Paryono (2011) Pemetaan Perencanaan dalam Pembangunan Bidang Pendidikan di Kecamatan Muncang Kabupaten Lebak-Banten dalam Rangka Meningkatkan Pelayanan Pendidikan Melalui Analisis Sistem Informasi Geografis. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Perencanaan pembangunan pendidikan dapat diartikan sebagai keseluruhan proses dalam mempersiapkan seperangkat keputusan bagi kegiatan-kegiatan pendidikan masa depan, yang diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan (Anwar, 1986:82). Dalam arti yang luas, Philip H. Cooms (1987:4) mengemukakan bahwa perencanaan pendidikan adalah penerapan yang rasional analisis sistematis proses pembangunan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih berhasil guna dan berdaya guna sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pelajar dan masyarakat. Menurut Sukarsa (2009:1) di bidang pendidikan, peran data dan informasi menjadi semakin penting untuk menunjang upaya pembangunan pendidikan secara berkelanjutan serta mengurangi atau mencegah upaya peningkatan mutu pendidikan yang didasarkan pada common sense . Namun demikian, dalam kaitan dengan peningkatan mutu pendidikan, peran pendayagunaan data dan informasi untuk pengambilan keputusan ternyata masih sangat terbatas. Untuk jangka panjang, kondisi ini akan menjadi salah satu faktor penghambat dalam mewujudkan mutu pendidikan yang berkelanjutan. Menurut Rahayu (2008:1) peran Sistem Informasi Geografi dalam pembangunan pendidikan diantaranya adalah untuk pemerataan dan perluasan akses pendidikan. Peran ini dapat dilakukan dengan adanya pemetaan sekolah (School mapping) yang apabila disinergikan dengan pemanfaatan , akan diperoleh suatu sistem yang mampu mendata daerah atau wilayah mana saja yang belum terlayani pendidikan secara baik untuk diberikan solusi. Sehingga program-program yang direncanakan bisa tepat sasaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pelayanan pendidikan di wilayah Kecamatan Muncang Kabupaten Lebak telah memenuhi aspek pemerataan baik dari segi kuantitas maupun kualitas berdasarkan aturan yang ada. Selanjutnya dijadikan dasar perencanaan perbaikan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari segi kuantitas, pelayanan pendidikan di Kecamatan Muncang belum sepenuhnya memenuhi aspek pemerataan. Masih ada beberapa bagian wilayah yang mengalami kendala aksesibilitas, dikarenakan jauhnya jarak ke sekolah, kondisi geografis yang berbukit-bukit serta belum adanya sarana transportasi umum. Dari segi kualitas, pelayanan pendidikan di Kecamatan Muncang belum memenuhi aspek pemerataan. Sekolah-sekolah yang berada di sekitar pusat kota/ pemerintahan rata-rata kondisi jauh lebih baik daripada sekolah-sekolah yang berada di pelosok. Secara umum dilihat dari kondisi lahan dan bangunan, 45% belum sesuai standar, dari kondisi sarana dan prasarana 60% belum sesuai standar dan dari kondisi tenaga guru 75% belum sesuai standar. Berdasarkan jumlah rombel yang ada, dari 20 SD di wilayah Kecamatan Muncang, terdapat 12 sekolah atau 60% masih kekurangan ruang kelas dengan total kekurangan sebanyak 35 ruang kelas. Analisis kondisi tenaga guru berdasarkan jumlah rombel yang ada, menunjukkan 75% SD masih kekurangan guru kelas dengan total kebutuhan sebanyak 30 guru. Sebanyak 5 SD atau 25% belum memiliki guru agama, terdapat 10 SD atau 50% belum memiliki guru olah raga dan sebanyak 18 sekolah atau 90% belum memiliki guru bahasa inggris.
English Abstract
The education development planning may be defined as a set of processes to prepare some decisions for the future education activities, which is directed to achieve the education objective (Anwar, 1986: 82). In wider sense, Philip H. Cooms (1987:4) admits that the education planning is the rational application of systematic analysis for the education development process in order to produce a successful and beneficial education which is satisfying the learner and community`s demand and the interest. Sukarsa (2009:1) adds that the data and information in the education field seems greatly important and necessary to build up a sustainable education development, and to minimize or to prevent the common sense -based education quality. In relation to the education quality improvement, however, the use of data and information for decision making is more limited. For long term perspective, such condition becomes a constraining factor to produce a sustainable education quality. According to Rahayu (2008:1), Geographic Information System in the education development plays a functional role for the distribution and the extension of education access. School Mapping can be used to facilitate this role when it is synergized with the use of . It will attain a system with the ability to encode the data which region or area with less education service and with the demand of solution. Any programs preplanned, therefore, can be targeted appropriately. The objective of research is to understand the education service at Muncang Subdistrict, Lebak Regency, whether it already meets the distribution aspect in term of quantity and quality based on the regulation existed. Herewith, it becomes a base for planning improvement to increase the education service quality. Result of research indicates that in term of quantity, the education service in Muncang Subdistrict is failed to meet the distribution aspect. Some regions experience accessibility barriers because the longer distance of school, mountainous geographic condition, and very few public transport structure. In the term of quality, education service at Muncang Subdistrict has been fail in the distribution aspect. The schools around the center of the city/government have better condition in average rather than those at remote area. In general, 45 % of schools are less than the standard of the land and building conditions, 60 % less than the standard of structure and infrastructure conditions, and 75 % less than the standard of teacher condition. Considering the learning room, of 20 elementary schools at Muncang Subdistrict, 12 schools or 60 % experience the lack of classroom. The total rate is that 35 classrooms are absent. The analysis over teacher condition based on the number of learning room indicates that 75 % elementary schools are hardly demanding teachers, which the total demand is 30 teachers. Five elementary schools or 25 % do not have religion teachers, while 10 elementary schools or 50 % without physical exercise teachers, and 18 schools or 90 % with the absence of English teachers.
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | TES/353.8/PAR/p/041100732 |
Subjects: | 300 Social sciences > 353 Specific fields of public administration > 353.8 Public administration of agencies supporting and controlling education |
Divisions: | Program Pascasarjana > Magister Studi Ketahanan Nasional, Program Pascasarjana |
Depositing User: | Endro Setyobudi |
Date Deposited: | 15 Mar 2011 10:17 |
Last Modified: | 15 Mar 2011 10:17 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/156978 |
Actions (login required)
View Item |