Kedudukan Hak Mewaris Anak Angkat tanpa Surat Wasiat Menurut Hukum Waris Islam

Utami, Pinkan (2013) Kedudukan Hak Mewaris Anak Angkat tanpa Surat Wasiat Menurut Hukum Waris Islam. Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Setiap perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan sumber kebahagiaan sebuah keluarga adalah kehadiran seorang anak.Akan tetapi, tidak semua keluarga memperoleh anak dari keturunannya sendiri, sehingga berkembanglah system pengangkatan anak (adopsi).Tujuan dari pengangkatan anak selain karena tidak dapat mempunyai anak kandung juga dilakukan atas dasar belas kasihan.Agama Islam mengenal pengangkatan anak yang menimbulkan hubungan saling mewaris dengan orang tua angkatnya. Pengangkatan anak dalam Islam hanya sebatas dalam hal pemeliharaan dan pendidikan saja. Penelitian ini mengkaji mengenai kedudukan hak mewaris anak angkat dari seorang pewaris yang meninggal dunia tanpa meninggalkan surat wasiat kepada anak angkatnya tersebut, sekalipun dalam agama Islam tidak mengakui hubungan mewaris antara anak angkat dengan orang tua angkatnya. Penulis menganggap perlu untuk mengkaji hal tersebut demi keadilan dan rasa kemanusiaan bagi anak angkat. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif yang bersifat deskriptif analitis. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan dengan menganalisis peraturan perundang-undangan yang terkait dengan masalah pengangkatan anak dan waris. Berdasarkan hasil penelitian, anak angkat yang tidak mendapat surat wasiat dari orang tua angkatnya dapat diberi bagian dari harta warisan pewaris dengan jalan wasiat wajibah. Wasiat wajibah mengatur pembagian harta warisan dari pewaris sebanyak-banyaknya dengan porsi 1/3 untuk semua ahli waris.Tetapi bagian 1/3 ini tidak mutlak (bisa kurang atau lebih), tergantung pada kesepakatan antara ahli waris dengan anak angkat yang bersangkutan. Hal demikian tentunya dengan mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan kondisi dari anak angkat itu sendiri.

English Abstract

Every marriage aims to establish a happy family and a families a source of happiness presence of a child. However, not all families have children of their own off spring, so that the developing system of adoption (adoption). The purpose of theremoval of the childin addition to being unable to have biological children also performed on the basis of compassion. Islamic religion recognize adoptions that give rise to a relationship of mutual heir adoptive parents. Adoption in Islam was limited in terms of maintenance daily-life and education only. This study looks at the position of the right heir of a testators adopted son, who died without leaving a will to the foster child, even in the religion of Islam does not recognize in heritance relationships between foster children with adoptive parents. Author considers it necessary to look into the the sake of justice and humanity for adopted children. This study uses a normative approach is descriptive analytical. The approach used in this study is the statutory approach to analyzing legislation related to adoption and inheritance issues. Based on the results of the study, adopted children who do not received a letter adoptive parents will be given a share of the estate of the heirs of the road was borrowed. Was borrowed regulate the distribution of the estate of the testator as much as possible heirs. But part1/3 is not absolute (could be less or more), depending on the agreement between the heirs of childin question. It thus certainly to consider matters relating to the condition of the adopted children themselves.

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: TES/346.052/UTA/k/041308676
Subjects: 300 Social sciences > 346 Private law
Divisions: S2/S3 > Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum
Depositing User: Endro Setyobudi
Date Deposited: 22 Jan 2014 09:07
Last Modified: 22 Jan 2014 09:07
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/156527
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item