Perencanaan Pembangunan Pertanian Berkelanjutan di Kota Batu (Kajian tentang Pengembangan Pertanian Organik di Kota Batu)

Fadlina, InnekeMeilia (2013) Perencanaan Pembangunan Pertanian Berkelanjutan di Kota Batu (Kajian tentang Pengembangan Pertanian Organik di Kota Batu). Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Pengembangan pertanian organik merupakan perwujudan nyata dari upaya pemerintah Kota Batu, Propinsi Jawa Timur dalam mewujudkan pembangunan pertanian berkelanjutan. Hal ini ditempuh sebagai langkah untuk mengatasi dampak negatif penerapan teknologi pertanian konvensional pada aspek ekonomi petani, sosial dan lingkungan. Upaya pembangunan tidak lepas dari kegiatan perencanaan sebagai proses awal pelaksanaan pembangunan. Suatu perencanaan yang baik diharapkan memberi peluang terselenggaranya upaya pembangunan dengan lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis: 1) pe-rencanaan pengembangan pertanian organik di Kota Batu; 2) stakeholder dalam perencanaan pengembangan pertanian organik di Kota Batu; 3) strategi peren-canaan untuk mewujudkan keberlanjutan pengembangan pertanian organik di Kota Batu; 4) faktor-faktor yang mendukung dan menghambat perencanaan pengembangan pertanian organik di Kota Batu. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis des-kriptif. Sumber data berasal dari informan dan dokumen dengan teknik pengum-pulan data melalui wawancara, dokumentasi dan observasi. Data dianalisis menggunakan model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Perencanaan pengembangan pertanian organik didasari oleh adanya perma-salahan penurunan daya dukung tanah pada lahan pertanian serta tingginya tingkat pemakaian pestisida oleh petani yang ditunjukkan adanya residu pesti-sida pada tanah dan produk hortikultura. Didukung oleh potensi SDA dan SDM yang dimiliki, maka dirancang upaya pengembangan pertanian organik dengan menentukan strategi yang berpijak pada permasalahan serta kondisi tujuan yang diharapkan, yaitu mewujudkan pertanian organik dengan konsep agrowisata di Kota Batu. Perencanaan dilakukan melalui pendekatan politik, teknokratis, top down dan bottom up , serta partisipasi. (2) Perencanaan yang dilakukan telah melibatkan stakeholder utama sebagai penerima manfaat kegiatan (petani, kelompok tani); stakeholder penunjang yang berperan sebagai perantara dan pendukung proses penyampaian kegiatan (Dinas Pertanian dan Kehutanan, perguruan tinggi, aparat desa, PPL, POPT, praktisi organik, media massa); serta stakeholder kunci yang berperan sebagai penentu kebijakan yang menunjang kelancaran terlaksananya kegiatan (Walikota dan anggota DPRD). Masih ada stakeholder yang belum dilibatkan dalam perencanaan, dan mekanisme koordinasi yang dilakukan belum mampu memberikan komitmen yang kuat diantara pihak-pihak yang terlibat. (3) Ditinjau dari prinsip interaktif pada perencanaan, maka perencanaan pengem-bangan pertanian organik di Kota Batu belum ideal karena hanya memenuhi prinsip partisipatif dan prinsip kesinambungan, adapun prinsip holistik tidak terpenuhi. Strategi yang ditempuh agar pertanian organik dapat berkelanjutan adalah dengan membentuk kawasan organik di beberapa desa sebagai pilot project. Namun demikian perencanaan kawasan organik yang dilakukan lebih mengutamakan penguatan sektor hulu (produksi organik) dan belum mengintegrasikan penguatan di sektor hilir (pasca panen, pemasaran). (4) Faktor pendukung adalah: a) dukungan SDA Kota Batu; b) potensi ekonomi, c) dukungan sosial kemasyarakatan: kesediaan petani, d) dukungan pemerintah Kota Batu; e) dukungan kelembagaan: keberadaan kelompok tani dan gapoktan; dan f) faktor pendukung lainnya seperti potensi peternakan dan dukungan media massa. Adapun faktor pendukung eksternal meliputi wisatawan yang mengunjungi Kota Batu, lokasi perguruan tinggi yang cukup dekat dari Kota Batu, peraturan nasional yang mendukung penerapan pertanian organik, sumber dana dari luar Kota Batu, serta adanya lembaga sertifikasi organik. Sedangkan faktor yang menghambat meliputi: a) kendala teknis di lapangan; b) kendala sumber daya terutama pola pikir petani yang cenderung konvensional; c) kendala administrasi yaitu tidak ada dokumen rencana teknis, kurangnya koordinasi, tidak ada penganggaran honorarium tim pelaksana teknis pada kegiatan pengembangan kawasan pertanian organik. Rekomendasi yang dapat disampaikan bahwa perencanaan pemba-ngunan pertanian berkelanjutan dapat diwujudkan melalui pengembangan perta-nian organik di suatu daerah. Perencanaan yang dilakukan harus terpadu dan menyeluruh (holistik) dengan mempertimbangkan keterkaitan sektor hulu-hilir secara berkesinambungan. Penguatan sektor hulu dan hilir dilakukan secara bersama-sama dari mulai perencanaan, dengan dikoordinir oleh sektor terkait dalam satu payung perencanaan pembangunan daerah. Koordinasi antar stake-holder akan lebih efektif apabila melibatkan pihak manajemen puncak di tingkat pemerintahan kota, meliputi Walikota dan pimpinan SKPD terkait serta ditetapkan melalui SK oleh Walikota. Pendekatan kawasan merupakan salah satu alternatif strategi yang tepat dalam pengembangan pertanian organik. Bagi pemerintah Kota Batu disarankan untuk melanjutkan kegiatan pengembangan pada kawasan organik yang sudah dibentuk dengan fokus memperkuat motivasi petani yang telah muncul, melanjutkan pendampingan petani kearah kemandirian dan merin-tis pemasaran yang pada perencanaan sebelumnya belum dilakukan. Perenca-naan hendaknya disusun secara cermat dengan memperhitungkan kebutuhan biaya, waktu pencapaian target, keterpaduan subsidi input dan subsidi output, indikator keberhasilan yang terukur dan diwujudkan dalam suatu dokumen peren-canaan yang ditetapkan secara legal.

English Abstract

The development of organic farming is a real manifestation of the governments efforts in Batu, East Java in achieving sustainable agricultural development. It is under taken as a measure to overcome the negative impact of the application of conventional agricultural technologies on the economic aspects of farmers, social and environmental. Development efforts cannot be separated from the activities of the planning process as the beginning of the development. Good planning efforts are expected to provide opportunities to better development. This study aims to describe and analyze: 1) planning development of organic farming in Batu, 2) stakeholders in the planning of the development of organic farming in Batu, 3) planning strategies to realize sustainable development of organic farming in Batu, 4) supporting and inhibiting factors in the development planning of organic farming in Batu. The research method uses a descriptive qualitative approach. Data sources are from informants and documents. Data collection techniques are interviews, documentation and observation. Data is analyzed using an interactive model. The results shows that: (1) The development planning of organic farming is based on the capacity of the soil problems on farms as well as high levels of pesticide use by farmers demonstrated by pesticide residues in soil and horticultural products. Powered by the potential of natural resources and human resources, it is designed efforts to develop organic agriculture by determining a strategy grounded in the problems and conditions of the expected goal, namely to realize organic farming with the concept of agro tourism in Batu. Planning is done through political, technocratic, top-down and bottom-up, and participation. (2) The planning has involved major stakeholders as beneficiaries of the activities (farmers, farmer groups); supporting stakeholders having roles as intermediary and supporting the delivery of act supporting activities (Department of Agriculture and Forestry, college, village, PPL, POPT, organic practitioners, the media ), as well as key stakeholders who play a role as a determinant of policies that support the smooth implementation of the activities (the Mayor and members of parliament). There are still stakeholders that have not been involved in the planning. (3) Judging from the interactive principles to the planning, the development planning of organic farming in Batu is not ideal because it only meets the principles of participatory and sustainable principles, while the holistic principles are not met. The strategy pursued in order to be sustainable organic agriculture is to form organic in some rural areas as pilot projects. However, the planning area does prefer to strengthen the upstream sector (organic production) and not to integrate the reinforcement in the downstream (post-harvest, marketing). (4) Supporting factors are: a) potential of natural resources in Batu, b) economic potential, c) social support: the willingness of farmers, d) government support; e) institutional support: the existence of farmer groups and gapoktan, and f) other supporting factors such as media support. The external support factors include tourists visiting Batu, college location quite close to Batu, national regulations that support the implementation of organic farming, the source of funds from outside, and the presence of organic certification bodies. While the inhibiting factors includes: a) technical problems in the field, b) resource constraints, especially the mindset of farmers tend to be conventional, c) administrative constraints: no documents for technical planning, lack of coordination, no budgeting honorarium of technical implementation team. Recommendations proposed are the planning of sustainable agricultural development can be realized through the development of organic farming in the region. The planning should be integrated and comprehensive (holistic) taking into account the upstream-downstream linkages continuously. Strengthening the upstream and downstream sectors together from initial planning which is coordinated by the relevant sectors under one umbrella of regional development planning. Regional approach (cluster) is an alternative appropriate strategy in the development of organic agriculture. For Batu advised to continue the development of the organic cluster which has been established focusing on strengthening the motivation of farmers that have appeared, to continue assisting farmers towards independence, and pioneering marketing which has not been done in the previous planning. Planning should be drafted carefully to take into account the needs of cost, time achievement of targets, measurable indicators of success, and embodied in a set of legal planning documents.

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: TES/338.18/FAD/p/041301929
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture
Divisions: S2/S3 > Magister Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi
Depositing User: Endro Setyobudi
Date Deposited: 05 Apr 2013 19:04
Last Modified: 05 Apr 2013 19:04
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/155991
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item