Amaliyah, DinarRizqi (2013) Analisis Daya Saing Kopi Arabika PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Kalisat-Jampit. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Sektor pertanian Indonesia tidak hanya berperan penting untuk menghidupi keperluan hidup masyarakat Indonesia sehari-hari, tetapi juga masyarakat di negara lain melalui perdagangan internasional. Kopi merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang memiliki kontribusi cukup besar dalam perekonomian Indonesia, antara lain sebagai penghasil devisa, sumber pendapatan petani, penghasil bahan baku industri, penciptaan lapangan kerja dan pengembangan wilayah. Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang diekspor ke pasar dunia. PTPN XII merupakan satu-satunya PTPN yang mengembangkan komoditas kopi arabika dalam skala luas yang ditanam di dataran tinggi Ijen di Jawa Timur. Perkebunan kopi Arabika Kalisat-Jampit, milik PTPN XII inilah satusatunya perkebunan kopi Arabika yang masih tersisa di pulau Jawa setelah terjadinya serangan penyakit karat daun pada tahun 1876. PTPN XII Kebun Kalisat-Jampit merupakan salah satu penghasil dan eksportir kopi arabika yang berperan dalam perekonomian nasional. PTPN XII telah cukup lama bergerak dalam usahatani kopi. Fenomena pergeseran dari kopi Robusta ke kopi Arabika ini juga banyak dipicu dan dipelopori oleh PTPN, yang terlebih dahulu telah menjalin kontak dengan pembeli kopi di pasar global. Produk kopi Arabika PTPN XII mayoritas digunakan untuk ekspor, sisanya sebanyak 12 persen untuk pasar lokal. Mengingat bahwa kopi merupakan bahan perdagangan yang sangat penting dan menjadi salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia dalam perdagangan dunia, maka untuk mensukseskan hal tersebut perkebunan kopi mendapat kepercayaan dan tugas dari pemerintah untuk menghasilkan kopi sebagai bahan ekspor Indonesia. Untuk mendorong keberlanjutan perkopian nasional yang tangguh di masa mendatang, maka diperlukan kegiatan penelitian dan pengembangan mengenai daya saing agribisnis kopi arabika PTPN XII Kebun Kalisat-Jampit di pasar domestik dan pasar dunia. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis daya saing kopi arabika ekspor dan lokal di PTPN XII Kebun Kalisat-Jampit. (2) Menganalisis dampak kebijakan pemerintah yang mempengaruhi output maupun faktor produksi yang digunakan pada pengolahan kopi arabika ekspor dan lokal di PTPN XII Kebun Kalisat-Jampit. (3) Menganalisis tingkat kepekaan daya saing produk kopi arabika ekspor dan lokal PTPN XII Kebun Kalisat-Jampit. Usaha pengolahan kopi arabika PTPN XII Kebun Kalisat-Jampit untuk pasar ekspor dan pasar lokal sama-sama memiliki daya saing, dengan nilai keunggulan komparatif (DRC) dan keunggulan kompetitif (PCR) kurang dari satu. Tingkat keunggulan komparatif kopi arabika untuk pasar lokal lebih baik daripada kopi arabika untuk pasar ekspor. Hal ini ditunjukkan dengan nilai DRC kopi arabika lokal (0,400) yang lebih rendah daripada kopi arabika ekspor (0,492). Akan tetapi, apabila dilihat dari nilai PCR kopi arabika untuk pasar ekspor memiliki tingkat keunggulan kompetitif yang lebih baik daripada kopi arabika untuk pasar lokal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai PCR kopi arabika ekspor (0,492) yang lebih rendah daripada kopi arabika lokal (0,493). Kebijakan pemerintah terhadap output maupun faktor produksi yang digunakan pada pengolahan kopi arabika ekspor memberikan keuntungan kepada PTPN XII Kebun Kalisat-Jampit. Hal ini ditandai dengan nilai NT (92.559.775), SRP (0,00186), NPCO (1,003), PC (1,0037), dan EPC (1,005). Sedangkan kebijakan pemerintah terhadap output maupun faktor produksi yang digunakan pada pengolahan kopi arabika pasar lokal mengurangi keuntungan produsen. Hal ini ditandai dengan nilai NT (-590.611.795), SRP (-0,231), NPCO (0,814), PC (0,687), dan EPC (0,814). Perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar, harga input non tradeable buah kopi arabika gelondong, harga output kopi arabika ekspor dan lokal berpengaruh terhadap tingkat keunggulan komparatif dan tingkat keunggulan kompetitif pengolahan kopi arabika PTPN XII Kebun Kalisat-Jampit, baik untuk pasar ekspor maupun pasar lokal. Tingkat keunggulan komparatif kopi arabika untuk pasar ekspor dan lokal akan meningkat apabila terjadi depresiasi nilai tukar Rupiah dan penurunan harga buah kopi gelondong. Sedangkan keunggulan komparatif kopi arabika akan mengalami penurunan apabila terjadi apresiasi nilai tukar Rupiah dan peningkatan harga buah kopi gelondong. Untuk tingkat keunggulan kompetitif kopi arabika ekspor dan lokal akan meningkat apabila terjadi penurunan harga buah kopi gelondong dan kenaikan harga kopi arabika ekspor dan lokal. Sedangkan keunggulan kompetitif kopi arabika akan mengalami penurunan apabila terjadi peningkatan harga buah kopi gelondong dan penurunan harga kopi arabika ekspor dan lokal. Sementara itu, kopi arabika ekspor dan lokal tidak memiliki keunggulan komparatif ketika terjadi apresiasi nilai tukar sebesar 50,58 persen (ekspor) dan 59,55 persen (lokal) serta kenaikan harga pokok buah kopi gelondong sebesar 106,1 persen (ekspor) dan 154,2 persen (lokal). Kopi arabika ekspor dan lokal tidak memiliki keunggulan kompetitif ketika terjadi kenaikan harga pokok buah kopi gelondong sebesar 106,5 persen (ekspor) dan 106 persen (lokal) serta penurunan harga aktual kopi arabika sebesar 50,6 persen (ekspor) dan 50,3 persen (lokal). Saran dari penelitian ini adalah: (1) Untuk meningkatkan tingkat daya saing kopi arabika, diperlukan adanya peningkatan mutu biji kopi arabika melalui upaya perbaikan teknik budidaya dan sarana pengolahan kopi arabika sehingga dapat menghasilkan biji kopi arabika yang berkualitas dan dapat bersaing dengan negara-negara produsen kopi arabika di dunia. (2) Untuk penelitian lebih lanjut dapat dilakukan perbandingan daya saing antara kopi arabika dan kopi robusta indonesia dengan menggunakan alat analisis Revealed Comparative Advantage , Constant Market Share
English Abstract
Agricultural sector in Indonesia not only plays an important role to support the purposes of the Indonesian people daily lives, but also people in other countries through international trade. Coffee plantations is the one commodity that have a significant contribution to the Indonesian economy, among others, as a foreign exchange earner, source of income of farmers, producers of industrial raw materials, job creation and regional development. Indonesian coffee is one of the commodities that are exported to the world market. PTPN XII is the only PTPN that develops Arabica coffee for large-scale and grown in the highlands of Ijen in East Java. Arabica coffee plantation PTPN XII Kalisat-Jampit is the only Arabica coffee plantations that are still left on the island of Java after the onset of leaf rust disease in 1876. PTPN XII Kalisat-Jampit Farm is one of producer and exporter of Arabica coffee that play a role in the national economy. PTPN XII has long been engaged in coffee farming. The phenomenon of a shift of Robusta coffee to Arabica coffee is too much driven and spearheaded by PTPN, the advance has been in contact with the coffee buyers in the global market. PTPN XII Arabica coffee products are used for the majority of exports, and the remaining 12 percent to the local market. An analysis of the competitiveness is used to determine whether arabica coffee for exports and local arabica coffee plantation of PTPN XII Kalisat-Jampit have sustained competitiveness. Given that coffee is a very important commodity trade and became one of the Indonesian export commodities in world trade, then to achieved that objective, coffee plantation get credibility and assignment from government to produce a coffee as an export commodity of Indonesia. To provide sustainability of national coffee in the future, so its necessary to do some reseach and development in competitiveness of coffee PTPN XII Kalisat-Jampit Farm in the domestic and international market. This study aims to: (1) Analyze the competitiveness of exports and local arabica coffee in the PTPN XII Kalisat-Jampit Farm. (2) Analyze the impact of government policies that affect output and factors of production are used in the processing of export and local arabica coffee in the PTPN XII Kalisat-Jampit Farm. (3) Analyze the sensitivity of the competitiveness of the export and local arabica coffee PTPN XII Kalisat-Jampit Farm. The processing of Arabica coffee PTPN XII Kalisat-Jampit Farm for export and local markets have the same competitiveness, the value of comparative advantages (DRC) and competitive advantage (PCR) is less than one. Level of comparative advantage Arabica coffee for the local market better than Arabica coffee for export markets. This is indicated by the DRC value of the local Arabica coffee (0,400) lower than arabica coffee exports (0.492). However, when seen from the PCR value of Arabica coffee for export markets have high levels of competitive advantage better than Arabica coffee for the local market. This is indicated by the PCR value of exports of arabica coffee (0.492) is lower than the local arabica coffee (0.493). Government policy on output and production factors used in the processing of arabica coffee exports gives benefit to PTPN XII Kalisat-Jampit Farm. It is characterized by the value of NT (92,559,775), SRP (0.00186), NPCO (1.003), PC (1.0037), and EPC (1,005). While the governments policy on output and production factors used in the processing of arabica coffee producers reduce profits of local markets. It is characterized by the value of NT (-590 611 795), SRP (-0.231), NPCO (0.814), PC (0.687), and EPC (0.814). Changes in exchange rate of Rupiah against the dollar, the price of nontradeable inputs arabica coffee fruit as raw material, prices of arabica coffee export and local influence on the level of comparative advantage and competitive advantage processing arabica coffee PTPN XII Kalisat -Jampit Farm, both for the local market and the export market. Level of comparative advantage Arabica coffee for export and local markets will increase in case of depreciation of the currency and falling prices of arabica coffee fruit. While arabica coffee comparative advantage will decrease in case of exchange rate appreciation and an increase in the price of arabica coffee fruit. Level of the competitive advantage exports and local arabica coffee will increase if arabica coffee fruit prices decline and rising prices of arabica coffee exports and local. Competitive advantage of arabica coffee will decrease when price of coffee fruit logs increased and prices of arabica coffee exports and local decreased. Meanwhile, exports and local arabica coffee does not have a comparative advantage when there is appreciation of exchange rate as much as 50.58 percent (exports) and 59.55 percent (local). It also occurs as well as when the cost of the arabica coffee fruit increased as much as 106.1 percent (exports) and 154,2 percent (local). Arabica coffee exports and local does not have a competitive advantage when the cost of the arabica coffee fruit increased as much as 106.5 percent (exports) and 106 percent (local) and the actual price of Arabica coffee decline as much as 50.6 percent (exports) and 50.3 percent (local). Suggestions of this study are: (1) To increase the level of competitiveness of arabica coffee, necessary to improve the quality of arabica coffee beans through efforts to improve cultivation techniques and processing facilities so
| Item Type: | Thesis (Magister) |
|---|---|
| Identification Number: | TES/338.173 73/AMA/a/041309523 |
| Subjects: | 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture |
| Divisions: | S2/S3 > Magister Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian |
| Depositing User: | Endro Setyobudi |
| Date Deposited: | 27 Feb 2014 16:26 |
| Last Modified: | 27 Feb 2014 16:26 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/155977 |
Actions (login required)
 |
View Item |