Analisa pengaruh suku bunga, Inflasi, Kurs Mata Uang, Indeks Harga Saham Gabungan terhadap imbal hasil Reksadana Saham di Bursa Efek Indonesia (BEI)

MelianaYudith (2010) Analisa pengaruh suku bunga, Inflasi, Kurs Mata Uang, Indeks Harga Saham Gabungan terhadap imbal hasil Reksadana Saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Krisis ekonomi terjadi pada pertengahan tahun 1997, mata uang Indonesia mengalami pelemahan dan akibatnya harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia turun lebih dari 44,31%. Oleh sebab itu, dalam menyusun rencana investasi banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dan diperhatikan oleh pemodal di Indonesia. Salah satu faktor terpenting adalah kestabilan politik dan ekonomi. Untuk mempertimbangkan keputusan investasi dengan biaya modal tahunan yang tergantung pada suku bunga dan apabila suku bunga deposito akan mengakibatkan kegiatan investasi dalam bentuk saham akan semakin menurun. Beberapa kebijaksanaan pemerintah yang sangat berpengaruh pada suku bunga, misalnya dengan adanya kebijaksanaan yang ketat ( Tight Money Policy ) yaitu pemerintah mengambil kebijaksanaan untuk mengurangi jumlah uang yang beredar. Dengan menurunnya jumlah uang yang beredar, penawaran atas uang ( supply of money ) akan menurun sehingga tingkat suku bunga akan naik. Naiknya suku bunga deposito berjangka menyebabkan pemodal mencari alternatif lain yang lebih menguntungkan sehingga berakibat imbal hasil reksadana saham akan menurun. Salah satu cara untuk mendapatkan dana adalah pada pasar modal yaitu pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta. Dipertengahan tahun 2007,ada fenomena yang menarik ketika terjadinya krisis subprime martgage atau macetnya kredit perumahan di Amerika Serikat. Krisis tersebut memicu jatuhnya hamir seluruh pasar saham dunia tidak terkecuali bursa saham Indonesia sebagian pelaku reksadana sempat kuatir akan terjadinya penarikan besar dari reksadana saham karena penurunan kinerja reksadana yang cukup signifikan. Namun yang terjadi ada adalah sebaliknya, banyak investor reksadana saham justru memanfaatkan kondisi terkoleksi bursa saham sebagai kesempatan untuk menambahkan investasinya atau melakukan pembelian baru. Di Indonesia merupakan kasus yang luar biasa yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tampaknya investor reksadana sudah lebih berorientasi jangka panjang serta lebih memahami risiko sehingga tidak mudah panic dan lebih rasional dalam bertindak, satu lagi bahwa reksadana tidak saja menjadi solusi investasi di era modern tetapi juga di saat krisis.

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: TES/332.642/YUD/a/041003094
Subjects: 300 Social sciences > 332 Financial economics > 332.6 Investment
Divisions: S2/S3 > Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Depositing User: Endang Susworini
Date Deposited: 02 Feb 2011 15:38
Last Modified: 02 Feb 2011 15:38
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/155797
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item