Eksistensi Komunitas Lokalisasi Moroseneng (Suatu Kajian terhadap Lokalisasi Moroseneng Surabaya dari Perspektif Feminisme)

Suharnanik (2013) Eksistensi Komunitas Lokalisasi Moroseneng (Suatu Kajian terhadap Lokalisasi Moroseneng Surabaya dari Perspektif Feminisme). Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Prostitusi merupakan sebuah kegiatan yang didalamnya terdapat wanita yang dipekerjakan oleh mucikari untuk memberikan jasa seks terhadap kaum laki-laki. Data lokalisasi Moroseneng terdapat 437 wanita pekerja seks dan 103 mucikari pada tahun 2012. Keberadaan lokalisasi ini menjadi perdebatan yang ketat antara yang pro dan kontra, dari sisi hukum dan kaum feminis. Namun pada kenyataannya terdapat lokalisasi Dolly, Jarak dan Moroseneng di kota Surabaya. Peneliti menggunakan analisa teori Fungsional AGIL dari Talcott Parson dalam melihat keberadaan masyarakat. Selain itu perspektif feminisme radikal, liberal dan sosialis juga menjadi pembahasan dalam melihat kondisi dan keadaan wanita yang bekerja di sektor jasa seks. Legalisasi tentang prostitusi yang ada juga menjadi sub bahasan dalam melihat keberadaan lokalisasi Moroseneng. Penelitian ini menggunakan paradigma naturalis yang bersumber dari pandangan positivisme . Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan fenomenologis dengan jenis penelitian kualitatif. Lokasi penelitian adalah di Moroseneng yang terletak di kelurahan Sememi dan Klakahrejo Kecamatan Benowo Kota Surabaya Jawa Timur. Informan yang menjadi target penelitian ini adalah 4 Mucikari, 4 wanita pekerja seks, 3 tokoh masyarakat dan 1 orang perempuan aktivis gender. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Moroseneng berasal dari kelompok-kelompok kecil yang berupa warung pinggir jalan dengan menyediakan wanita pekerja seks. Kemudian berangsur-angsur menjadi wisma yang akhirnya menjadi lokalisasi Moroseneng. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari informan menyatakan bahwa Moroseneng berdiri sekitar tahun 70an. Perspektif feminisme liberal terhadap wanita pekerja seks menyatakan bahwa pekerjaan dilakukan tersebut kerena rendahnya pendidikan dan ketrampilan. Perspektif feminisme radikal melihat bahwa status sosial wanita tidak seimbang dengan kaum laki-laki, apalagi kalau wanita tersebut menjadi pekerja seks maka lebih buruk status sosialnya. Perspektif feminisme sosialis memandang bahwa pekerjaan disektor seks harus di beri gaji yang layak dan mendapatkan jaminan kesehatan dan keamanan. Prostitusi melanggar undang-undang, namun dalam beberapa kebijakan malah cenderung melegalkan prostitusi tersebut. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa prostitusi menjadi bagian dari subsistem dalam sebuah sistem sosial yang diperlukan dalam masyarakat. Dari pandangan feminisme wanita selalu berada tidak sejajar dengan kaum laki-laki dan mendapatkan diskriminasi dari sistem sosial. Kriminalisasi yang diperlakukan pada prostitusi tidak mempan melawan kebijakan dengan kepentingan berbagai program dan kesepakatan lokal. Saran dari hasil penelitian ini adalah sistem sosial dan hukum seharusnya lebih adil dalam melihat fenomena yang terjadi dalam kehidupan prostitusi. Bukan malah memberikan strata sosial yang rendah dan memberikan perlakuan hukum yang tidak sepantasnya kepada WPS.

English Abstract

Prostitution is an activity in which there are women who are employed by a machmaker to provide sexual services for men. The are 437 womans sex worker and machmaker 103 persons of data localization at Moroseneng in 2012. The existence of this localization rigorous debate between agree and disagree, prostitution can criminal and decriminalisasi. Eventhougt many feminist debate about this prostitution. But in fact there is Dolly, Jarak and Moroseneng in the city of Surabaya. The researcher was used the functional theory analysis of Talcott Parsons AGIL to analysis the existence of this community. Additionally perspective radical feminism, liberal and socialist also a discussion to view of the conditions and circumstances of women who worked sex services. Legalization of prostitution are showed to know the existence of localization at Moroseneng. This study was used a naturalistic paradigm that derived from the view of positivism. While the approach done phenomenological approach to qualitative research. Moroseneng study site is located in the village of Sememi and Klakahrejo Benowo District of Surabaya in East Java. Informan who became the target of this study is 4 machmakers, 4 woman sex workers, 3 persons of community leaders and 1 women of gender activists. The results of this study was indicate that Moroseneng comes from small groups in the form of roadside that provide women sex workers. Then gradually became homestead or wisma which eventually became the Moroseneng localization. Based on information obtained from informans stated that Moroseneng standing around the 1970 years ago. The Liberal feminist perspective on women sex workers stated that the work done is because they lack the education and skills. Perspective of the radical feminism saw that the social status of women is not balanced with men, especially if she is a sex worker then worse social status. The Socialist feminism perspective show that the sex work should give a decent salary and get health insurance and security. Prostitution is criminal of the law, but in the some policy instead to legalize prostitution. The conclusion from this study is that prostitution has become a part of the subsystem within a social system that is needed in the community. The feminisme say that the women are not always parallel to the men and always get discrimination from the social system. Treated on the prostitution criminalization does not work against the interests of the various policies and programs of local agreements. Suggestion of this research is the social and legal system should be fair in view of the phenomena that occur in the life of prostitution. Instead of providing a low social strata and provide legal treatment should not for women sex workers (WSW).

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: TES/306.74/SUH/e/041305540
Subjects: 300 Social sciences > 306 Culture and institutions > 306.7 Sexual relations
Divisions: S2/S3 > Magister Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Depositing User: Endro Setyobudi
Date Deposited: 03 Jan 2014 11:25
Last Modified: 03 Jan 2014 11:25
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/155538
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item