Zulia, Zulfaidha (2016) Studi Etnobiologi Terhadap Tanaman Dan Hewan Upacara Adat Larung Sembonyo Di Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek Jawa. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Budaya suatu masyarakat merupakan suatu cerminan dari kearifan budaya lokal yang dilandasi dari suatu tingkah laku masyarakat Indonesia dalam memperlakukan sebuah kebudayaan yang ada di Indonesia. Kearifan lokal dapat membentuk suatu tradisi atau suatu kebudayaan yang sering kali dilakukan oleh masyarakat. Masyarakat di Indonesia sebagian besar masih menjunjung tinggi adanya suatu kebudayaan atau tradisi. Keberagaman budaya dan adat istiadat menunjukkan bahwa Indonesia kaya atas suku bangsa. Budaya tidak dapat dipisahkan dari manusia, sehingga dengan cara diwariskan secara turun temurun suatu budaya tersebut dapat dipertahankan keberadaannya. Upacara Adat Larung Sembonyo merupakan tradisi turun temurun yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Karanggongso, Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek. Upacara Adat Larung Sembonyo sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan atas segala nikmat yang telah diberikan dan sarana untuk menghormati leluhurnya yang telah berjasa membuka kawasan Teluk Prigi. Tradisi Larung Sembonyo tidak terlepas dari pemanfaatan sumberdaya hayati terutama tanaman dan hewan asli yang dimiliki oleh masyarakat Kecamtan Watulimo. Masyarakat Kecamatan Watulimo banyak memanfaatkan tanaman dan hewan untuk digunakan sebagai sesaji ataupun pelengkap dalam Upacara Larung Sembonyo. Namun, pengetahuan lokal yang digunakan lambat laun akan terkikis apabila tidak dilakukan sebuah dokumentasi terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan perlengkapan sesaji dalam Upacara Larung Sembonyo. Oleh sebab itu, diperlukan studi etnobiologi untuk menunjang dalam proses dokumentasi dan analisis tentang pengetahuan masyarakat Karanggongso dalam memanfaatkan tumbuhan dan hewan untuk Upacara Adat Larung Sembonyo. Penelitian ini bertujuan untuk: (a) mengungkap jenis tumbuhan dan hewan ritual yang digunakan dalam upacara adat Larung Sembonyo di Dusun Karanggongso, Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek; (b) Mengungkap pengetahuan masyarakat Dusun Karanggongso akan nilai dan makna tiap spesies tumbuhan dan hewan ritual upacara adat Larung Sembonyo; (c) Menganalisis dan membuat strategi pengembangan pelestarian wisata budaya upacara adat Larung Sembonyo untuk mengkonservasi tumbuhan dan hewan ritual adat. xi Penelitian ini menggunakan kombinasi penelitian kualitatif dan kuantitatif serta pendekatan etik dan emik. Metode yang digunakan ialah entografi, etnobotani dan penyusunan strategi pengemabngan menggunakan SWOT, diperoleh kesimpulan: pertama, Terdapat 38 jenis tanaman ritual Larung Sembonyo yang terbagi menjadi 23 famili. Jumlah tanaman yang paling sering dimanfaatkan untuk Larung Sembonyo ialah dari Famili Euphorbiaceae, Zingiberaceae, Cucurbitaceae, Solanaceae, dan Poaceae. Nilai Index Cultural Significance (ICS) sepuluh tertinggi dari tanaman ritual Larung Sembonyo ialah Oryza sativa L., Oryza glutinosa, Cocos nucifera L., Musa paradisiaca L., Pandanus amaryllifolus Roxb., Piper battle L., Alium cepa L., Alium sativum L. dan Manihot esculenta Crantz. Nilai Family Use Values (FUVs) lima tertinggi ditempati oleh Famili Arecaceae, Euphorbiaceae, Musaceae, Solanaceae dan Poaceae. Semakin tinggi nilai FUVs maka semakin banyak pula penggunaan dan pemanfaatan bagian tanaman tersebut dalam upacara ritual Larung Sembonyo. Hewan ritual yang sering digunakan dan dimanfaatkan dalam upacara adat Larung Sembonyo di Dusun Karanggongso adalah ayam kamung (Gallus gallus). Kedua, Macam sesaji yang digunakan dalam upacara adat Larung Sembonyo ada 31 yang masing-masing ditempatkan dalam wadah yang terbuat dari daun pisang yakni takir. Sesaji yang digunakan dalam ritual memiliki nila dan makna tersendiri menurut masyarakat Karanggongso. Sesaji dalam acara Larung Sembonyo di Dusun Karanggongso diantaranya Jenang abang jenang sengkolo jenang pangapuro, Mule metri lodho sego gurih, Sego punar, Brokahan, Buceng sakembaran jongkong mripih iwel-iwel, jenang poncowarno, Panggang buceng, Pindang angkep lan sate, Buceng emas, Buceng robyong, Buceng panggang intil, Buceng rusak taman, Buceng palang, Buceng jebug, Buceng meteng, Horog-horog kaleh mlinjon, Mas kemambang, Paes agung, Jajan pasar, Panji anom, Dawet, Bulu sangkrem, Gulo gimbal gulo gingsing, manten, Jenang blowok, Jenang katul, Kupat mupat lan kleman, Rarangginang, Polo kesimpar polo gumantung polo kependem, Cok bakal dan Kembar mayang. Hasil penelitian ini memberikan strategi pengembangan pelesetarian wisata budaya untuk mengkonservasi tumbuhan dan hewan ritual diantaranya (a). mendorong dukungan aktif pemerintah terkait eksistensi upacara adat Larung Semboyo; (b) membuat paket wisata alam dan wisata budaya; (c) meningkatkan partisipasi warga dalam setiap kegiatan desa; (d) mengembangkan Home industry untuk mengolah hasil pertanian lokal menjadi sebuah produk yang dapat dijual kepada wisatawan sebagai oleh-oleh.
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | TES/306.4/ZUL/s/2017/.041702287 |
Subjects: | 300 Social sciences > 306 Culture and institutions > 306.4 Spesific aspects of culture |
Divisions: | Program Pascasarjana > Magister Pengelolaan Lingkungan, Program Pascasarjana |
Depositing User: | Nur Cholis |
Date Deposited: | 05 May 2017 08:17 |
Last Modified: | 05 May 2017 08:17 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/155536 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |