Peranan Zakat Sebagai Manifestasi Ketaqwaan Dalam Penanggulangan Kemiskinan (Studi Implementasi Lembaga Amil Zakat Al-Ittihad Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik)

Abiyoso, Lukman (2014) Peranan Zakat Sebagai Manifestasi Ketaqwaan Dalam Penanggulangan Kemiskinan (Studi Implementasi Lembaga Amil Zakat Al-Ittihad Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik). Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Membayar zakat adalah salah satu bentuk manifestasi ketaqwaan seseorang, dimana taqwa merupakan kunci dari pintu kesejahteraan. Sehingga ketika kita mengkaji penanggulangan kemiskinan tidak dapat dipisahkan dari ketaqwaan. Program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh Pemerintah, Swasta maupun Lembaga Swadaya masyarakat belum mampu secara maksimal menanggulangi kemiskinan, sehingga perlu digali potensi lain untuk dapat membantu pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan. Zakat merupakan potensi yang perlu digali mengingat secara nasional, dana zakat yang terkumpul hanya Rp. 2,7 triliun atau 1% dari potensi yang ada sebesar Rp. 217 triliun. Untuk lebih memaksimalkan potensi zakat dalam menanggulangi kemiskinan di desa Sidowungu, maka dibentuklah Lembaga Amil Zakat Al-ittihad sebagai sarana dakwah dan pengorganisasian pengelolaan zakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1) pengelolaan zakat, infaq dan shodaqoh oleh Lembaga Amil Zakat Al-Ittihad, (2) sasaran yang dicapai oleh Lembaga Amil Zakat Al-Ittihad dalam menanggulangi kemiskinan (pemenuhan kebutuhan dasar), dan (3) faktor-faktor yang mengindikasikan ketaqwaan masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan. Penelitian dilakukan di desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik dengan studi implementasi pada Lembaga Amil Zakat Al-Ittihad. Informan dari penelitian ini adalah para amil, muzakki dan mustahiq dipilih dengan menggunakan teknik snawball sampling, dimana data yang terkumpul akan dianalisa menggunakan model interaktif (miles dan huberman,1992). Dari penelitian yang dilakukan didapati hasil sebagai berikut : (1) Pengelolaan zakat, infaq dan shodaqoh oleh Lembaga Amil Zakat Al-Ittihad dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi serta untuk mewujudkan kesejahteraan dan penanggulangan kemiskinan. Hal ini sesuai dengan pasal 3 Undang-Undang No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. (2) Lembaga Amil Zakat Al-ittihad melibatkan masyarakat untuk aktif dalam pengelolaan zakat, infaq dan shodaqoh, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat. Hal ini dapat dilihat didalam struktur organisasi Lembaga Amil Zakat Al-Ittihad, dimana ketua RT adalah anggota amil zakat yang memiliki tugas untuk : (a) mengumpulkan dan mendistribusikan zakat fitrah, (b) menentukan warga yang termasuk fakir dan miskin. Dan (c) merekam aspirasi masyarakat terkait pengelolaan zakat, infaq dan Shodaqoh. Tiga tugas tersebut sekaligus menunjukkan bahwa tugas ketua RT tidak hanya dalam bidang sosial kemasyarakatan saja melainkan juga dalam bidang sosial keagamaan. (3) Hal yang menarik dalam pengelolaan zakat fitrah adalah pengumpulan zakat fitrah dilakukan di rumah ketua RT dan didistribusikan oleh ketua RT. Cara pengumpulan dan distribusi zakat fitrah seperti ini berbeda dari yang umumnya dilakukan yaitu dengan memusatkan pengumpulan dan distribusi zakat fitrah di masjid. Dalam hal pendistribusian zakat fitrah, ketua RT melaporkan dalam forum rapat pembagian zakat fitrah tentang jumlah zakat fitrah yang terkumpul dan jumlah fakir miskin di wilayahnya. RT yang kekurangan zakat fitrah dapat mengambil dari RT yang kelebihan. Dalam membagi zakat fitrah warga yang termasuk dalam fakir mendapat bagian lebih banyak daripada warga miskin . warga fakir mendapat 14 kantong beras (± 35 kilogram) sedangkan warga miskin mendapat 9 kantong beras (± 22,5 kilogram). (4) Dalam pengumpulan zakat mal biasanya dilakukan dalam bulan Ramadhan. Zakat mal didistribusikan kepada fakir dan miskin pada akhir bulan ramadhan untuk santunan hari raya dengan porsi pembagian warga fakir lebih banyak dari warga miskin. Warga fakir mendapat uang sebesar Rp. 100.000,- sedangkan warga miskin mendapat uang sebesar Rp. 70.000,-. Hal yang istimewa adalah warga fakir mendapat santunan bulanan sebesar Rp. 35.000,- yang diberikan satu bulan sekali. (5) Pengumpulan infaq dan shodaqoh dilakukan setiap bulan pada tanggal 25 sampai tanggal 27 . penggunaan dana infaq dan shodaqoh diprioritaskan untuk memberikan biaya pendidikan kepada anak yatim, selebihnya digunakan untuk memberi santunan hari raya kepada anak yatim, santunan dengan permintaan khusus kepada anak yatim, bantuan insentif Taman Pendidikan Al-Qur`an, modal kerja, santunan obat bagi fakir dan miskin. (6) Sasaran dari pendayagunaan zakat adalah penduduk miskin yang mana Lembaga Amil Zakat Al-Ittihad membagi menurut tingkat keparahan kemiskinan menjadi fakir dan miskin, dimana penduduk fakir lebih miskin dari penduduk miskin. Dalam menentukan fakir miskin digunakan dua variabel, yaitu variabel ekonomi dan varibel non-ekonomi. Mayoritas dari fakir miskin di desa sidowungu adalah janda yang tidak bekerja atau janda yang penghasilannya sangat sedikit ditambah beban tanggungan keluarga serta orang tua lanjut usia. Para janda masuk ke dalam fakir miskin disebabkan beberapa faktor, diantaranya : berpendidikan rendah, tidak memiliki ketrampilan, masih memiliki tanggungan keluarga (anak masih sekolah / cacat). Sedangkan orang tua lanjut usia masuk dalam fakir miskin karena sudah tidak kuat lagi untuk bekerja. (7) Untuk membantu fakir miskin, Lembaga Amil Zakat Al-ittihad mendesain sasaran yang ingin dicapai dalam dua instrumen pokok yaitu : zakat (zakat fitrah dan zakat mal) yang dipergunakan untuk meningkatkan kesejahteraan fakir miskin dengan memberikan santunan hari raya dan santunan bulanan, serta infaq dan shodaqoh yang dipergunakan untuk penanggulangan kemiskinan, yang dalam hal ini diprioritaskan untuk biaya pendidikan anak yatim. (8) Beberapa faktor yang mengindikasikan ketaqwaan dari masyarakat desa Sidowungu ditandai dengan adanya masjid dan beberapa musholah yang tersebar di kampung-kampung, begitu pula dengan adanya jamaah pengajian. Sedangkan yang yang berhubungan langsung dengan penanggulangan kemiskinan adalah dibentuknya Lembaga Amil Zakat Al-Ittihad. Beberapa faktor lainnya yang mengindikasikan ketaqwaan adalah : (a) alasan muzakki membayar zakat karena sebagai bentuk ketaatan kepada ALLAH SWT, (b) zakat dibayarkan kepada fakir miskin melalui amil zakat maupun dibayarkan langsung ke fakir miskin, (c) warga yang mempunyai harta tidak sampai satu nishob juga giat bersedekah melalui infaq, sehingga dapat dikatakan tidak hanya mereka yang kaya saja yang menyisihkan hartanya, (d) membayar zakat dan menyisihkan harta dalam bentuk infaq dilakukan karena suatu keyakinan akan mendapatkan keberkahan. (9) Para muzakki semakin termotifasi untuk terus membayar zakat serta mengeluarkan infaq dan shodaqoh karena merasakan dampak positif dalam kehidupannya berupa ketentraman hati, kemudahan rejeki dan keharmonisan rumah tangga. Selain itu mereka juga berharap do`a dari anak yatim serta fakir dan miskin karena do`a dari anak yatim serta fakir dan miskin sangat mustajabah. Dan yang paling utama mengharap ridho dari ALLAH SWT atas segala amal baiknya. (10) Segala hal yang dapat memotifasi para muzakki untuk terus beramal baik melalui zakat, infaq dan shodaqoh itulah yang dalam ilmu sosial pada teori pertukaran sosial yang dikenalkan oleh George Homans dapat dianalogkan dalam proposisi nilai. (11) Seluruh program dari Lembaga Amil Zakat Al-ittihad dapat berjalan baik karena Masyarakat desa Sidowungu memiliki kesadaran kolektif yang kuat

English Abstract

Paying zakat is one form of manifestation of ones piety, taqwa which is the key of the human welfare. So when we examine the poverty reduction can not be separated from faith. Poverty alleviation programs undertaken by the Government, Private and Governmental Organization community has been unable to optimally overcome poverty, so that needs to be explored another potential to assist the government in tackling poverty. Zakat is a potential that needs to be explored in view of national, zakat is collected only Rp. 2.7 billion or 1% of the existing potential of Rp. 217 trillion. To further maximize the potential zakat in tackling rural poverty Sidowungu, then formed Institute Amil Zakat Al-ittihad as a means of propaganda and organizing the management of zakat. This research aims to analyze (1) the management of zakat, infaq and shodaqoh by the Institute of Zakat Al-Ittihad, (2) the target to be achieved by the Institution of Zakat Al-Ittihad in reducing poverty (the fulfillment of basic needs), and (3) The factors that indicates the faith communities to alleviate poverty. The study was conducted in the Sidowungu village, Menganti District of Gresik to study the implementation of the Central Zakat Al-Ittihad. The informants of this study is the amyl, and mustahiq muzakki selected using sampling techniques snawball, where the data collected will be analyzed using an interactive model Miles and Huberman, 1992). From research conducted found the following results: (1) Management of Zakat, infaq and shodaqoh by the Institute of Zakat Al-Ittihad was conducted in order to improve the effectiveness and efficiency as well as for the welfare and poverty reduction. This is accordance to the 3rd article of Law No. 23 of 2011 on Zakat Management. (2) Institute Amil Zakat Al-ittihad to actively involve the community in the management of zakat, infaq and shodaqoh, from planning, organizing, implementing and controlling the collection and distribution, and utilization of zakat. It can be seen in the organizational structure of the Institute Amil Zakat Al-Ittihad, which is a member of the RT alms collectors have a duty to: (a) collect and distribute zakat fitrah, (b) determining citizens including poor and needy. And (c) record the aspirations of the people related to the management of zakat, infaq and Shodaqoh. The third tasks at the same time shows that the task of the RT not only in the social field alone but also in the socio-religious field. (3) The interesting thing in management is the collection of zakat fitrah done in-house of RT and distributed by the head of the neighborhood. How the collection and distribution of zakat fitrah as it is different from that commonly done is to centralize the collection and distribution of zakat fitrah in the mosque. In terms of the distribution of zakat fitrah, the head of the neighborhood reported the distribution of zakat fitrah meeting forum on the amount of zakat fitrah collected and the number of poor in the region. RT deficient zakat fitrah can take the advantages of RT. In dividing zakat fitrah indigent residents who are included in a share more than the poor. wagra indigent received 14 bags of rice (± 35 kg) while the poor got 9 bags of rice (± 22.5 kg). (4) In the collection of zakat maal usually conducted in the month of Ramadan. Zakat maal distributed to poor and needy at the end of the month of Ramadan for the benefit feast with a portion of the division of indigent citizens more than the poor. Indigent citizens received Rp. 100.000, - while the poor get money Rp. 70.000, -. The great thing is indigent residents receive a monthly compensation of Rp. 35.000, - which is given once a month. (5) Collection infaq and shodaqoh performed every month on the 25th until the 27th. use of funds infaq and shodaqoh is prioritized to provide the cost of education to the orphans, and the rest is used to provide compensation for the feast to the orphans, assistance with special requests to the orphans, aid incentives Taman Pendidikan Al-Quran, working capital, assistance with medications for indigent and poor. (6) The goal of utilization of zakat is poor which Institute Amil Zakat Al-Ittihad split according to the severity of poverty is poor and needy, which the indigent population is poorer than the poor. In determining the poor use two variables, namely the economic variables and non-economic variables. The majority of the poor in the village sidowungu is not working widow or widows whose income is very little added burden of family responsibilities as well as the elderly. Widows get into the poor due to several factors, including: less educated, unskilled, still have dependents (children still in school / disability). While the elderly fall into the poor because it is no longer capable of working. (7) To help the poor, Institute Amil Zakat Al-ittihad design objectives to be achieved in two principal instruments are: zakat (zakat fitrah and zakat maal) which is used to improve the welfare of the poor by providing compensation for holidays and monthly compensation, as well as infaq and shodaqoh used for poverty reduction, which in this case is prioritized for education of orphans. (8) Some of the factors that indicate the faith of the villagers Sidowungu marked by a mosque and some musholah scattered in the villages, as well as the presence of pilgrims recitation. While that is directly related to poverty reduction is the establishment of the Institute Amil Zakat Al-Ittihad. Some other factors that indicate faith is: (a) the reason muzakki pay zakat as a form of obedience to ALLAH SWT, (b) paid zakat to the poor through zakat and paid directly to the poor, (c) people who have no property to one nishob also active in charity through infaq, so it can be said not only the rich who put aside his property, (d) pay the zakat and set aside assets in the form of infaq done because a beliefe will get a blessing. (9) The muzakki more motivated to continue to pay zakat as well as pulling infaq and shodaqoh because feeling the positive impact in his life such as peace of heart, ease of fortune and domestic harmony. In addition, they also hope the prayers of the orphans and the needy and the poor because of the prayers of the orphans and the needy and the poor very mustajabah. And most of all hope and the blessings of ALLAH SWT for all the good deeds. (10) Anything that can motivate the muzakki to continue charity through zakat, infaq and shodaqoh that is in the social sciences to the social exchange theory introduced by George Homans can dianalogkan in proportion to the value. (11) The entire program of the Institute Amil Zakat Al-ittihad can run either as Villagers Sidowungu have a strong collective consciousness and attention to share their neighborhoods. This is in accordance with the type of mechanical solidarity in Emile Durkheims theory of solidarity. In addition to the collective consciousness, the involvement of the RT in zakat shows that religious values with social values in society can co-exis.

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: TES/297.54/ABI/P/041407940
Subjects: 200 Religion > 297 Islam, Babism, Bahai Faith > 297.5 Islamic ethics and religious experience, life, practice
Divisions: S2/S3 > Magister Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Depositing User: Endro Setyobudi
Date Deposited: 23 Jan 2015 09:21
Last Modified: 15 Apr 2019 01:10
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/155478
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item