Metilasi pada Tepung Porang (Amorphophallus muelleri) Menggunakan Pereaksi Dimetil Sulfat Berbagai Variasi Konsentrasi.

Irawan, SandymasSatria (2013) Metilasi pada Tepung Porang (Amorphophallus muelleri) Menggunakan Pereaksi Dimetil Sulfat Berbagai Variasi Konsentrasi. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Salah satu masalah utama pada tepung porang yang saat ini dikembangkan di Indonesia adalah kelarutannya yang rendah pada air sehingga dipandang sebagai sebuah kelemahan untuk digunakan pada beberapa produk. Salah satu kandungan utama pada tepung porang adalah glukomannan yang mencapai 64,98 %. Metode kimia yang sering digunakan dalam penelitian untuk meningkatkan kelarutan glukomannan adalah metilasi. Metilasi adalah proses penggantian suatu gugus dengan gugus metil. Pada polisakarida, terjadi substitusi gugus hidrogen dengan gugus metil dalam metilasi. Substitusi gugus hidrogen menjadi metil inilah yang nantinya berpengaruh pada kelarutan glukomannan. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud untuk mengaplikasikan metode metilasi dengan menggunakan pereaksi dimetil sulfat (DMS) pada tepung porang varietas Amorphophallus muelleri yang saat ini sedang dikembangkan di Indonesia untuk meningkatkan kelarutannya. Penelitian dilakukan menggunakan tepung porang hasil maserasi sebanyak 5 gram. Penelitian ini disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu konsentrasi pereaksi Dimetil Sulfat (DMS) yang terdiri dari 3 level yaitu 10 ml, 20 ml, dan 35 ml. Setiap perlakuan dilakukan 2 ulangan sehingga diperoleh 6 satuan percobaan. Parameter mutu yang diamati meliputi : analisa dengan spektrofotometer FTIR, analisa waktu rehidrasi. Pada bahan baku tepung porang sebelum termetilasi dilakukan analisa-analisa antara lain : analisa dengan spektrofotometer FTIR, analisa waktu rehidrasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa perbedaan perlakuan jumlah penambahan pereaksi dimetil sulfat tidak memberikan pengaruh secara nyata (α = 0.05) terhadap waktu rehidrasi tepung porang termetilasi. Perlakuan metilasi dengan penambahan pereaksi dimetil sulfat sebanyak 10 dan 20 ml menghasilkan tepung porang dengan rerata waktu rehidrasi masing-masing 1241 dan 1613 detik yang lebih lama waktu rehidrasinya dibandingkan dengan tepung porang tanpa metilasi (950 detik). Sedangkan, pada perlakuan metilasi dengan penambahan pereaksi dimetil sulfat sebanyak 35 menghasilkan tepung porang dengan rerata waktu rehidrasi selama 828 detik yang lebih cepat waktu rehidrasinya dibandingkan tepung porang tanpa metilasi yang memiliki waktu rehidrasi 950 detik. Pada pengamatan melalui spektrofotometer FTIR keberadaan gugus metil terlihat pada rentang spektrum 2904,60 – 2956,67 cm-1 yang berkaitan dengan vibrasi regangan gugus –CH. Semakin meningkatnya jumlah dimetil sulfat yang ditambahkan pada proses metilasi membuat pita spektra gugus metil terlihat semakin tajam dan jelas, yang menunjukkan bahwa gugus metil yang semakin banyak.

English Abstract

One of the main problems in porang flour that has been developed in Indonesia is their low solubility in water so it is seen as a weakness to be used in some products. One of the main content of the porang flour is glucomannan porang which reached 64.98%. Chemical methods that often used in research to improve the solubility glucomannan is methylation. Methylation is the process of replacing a group with a methyl group. On polysaccharides, there is substitution reaction of hydrogen group with a methyl group in the methylation. Substitution of a methyl group hydrogen will affect the solubility of glucomannan. Therefore, this research intend to apply the method of methylation by using the reagent dimethyl sulfate (DMS) on porang flour varieties of Amorphophallus muelleri is currently being developed in Indonesia to increase its solubility. The research was conducted using 5 grams porang flour treated with maceration before. This research was compiled using completely randomized design (CRD) with one factor : reagent concentrations Dimethyl Sulfate (DMS) which consists of 3 levels: 10 ml, 20 ml, and 35 ml. Each treatment was repeated twice in order to obtain 6 experimental unit. Quality parameters observed were: analysis by FTIR spectrophotometer, analysis of hydration time. At porang flour before methylated performed analyzes include: analysis by FTIR spectrophotometer, analysis of hydration time. The results showed that the difference in treatment of the number of additional reagents dimethyl sulfate did not affect significantly (α = 0.05) to methylated porang flour hydration time. Methylated porang flour that treated with 10 and 20 ml dimethyl sulfate reagent addition have a mean time of hydration in 1241 and 1613 seconds, longer than the porang flour without methylation hydration time (950 seconds). Meanwhile, the methylation treatment with the addition of 35 ml dimethyl sulfate reagent produce porang flour with 828 seconds mean of hydration time, quicker than porang flour without methylation hydration time which is 950 seconds. On observations by FTIR spectrophotometer, methyl groups present on the spectral range from 2904.60 to 2956.67 cm-1 associated with the-CH stretch vibration. The increasing amount of dimethyl sulfate is added to the methylation process make the broad band of the methyl group stronger, which indicates that there are more methyl groups.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FTP/2013/225/051309076
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture
Divisions: Fakultas Teknologi Pertanian > Teknologi Hasil Pertanian
Depositing User: Hasbi
Date Deposited: 28 Oct 2013 13:24
Last Modified: 22 Oct 2021 02:17
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/149331
[thumbnail of Skripsi_Sandymas_METILASI_PADA_TEPUNG_PORANG_(Amorphophallus_muelleri)_MENGGUNAKAN_PEREAKSI_DIMETIL_SULFAT.pdf]
Preview
Text
Skripsi_Sandymas_METILASI_PADA_TEPUNG_PORANG_(Amorphophallus_muelleri)_MENGGUNAKAN_PEREAKSI_DIMETIL_SULFAT.pdf

Download (5MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item