FitaMarischasari (2011) Produksi Pengawet Alami Nisin Dengan Metode Mixed Culture : Kajian Konsentrasi Maltosa dan Waktu Inokulasi Kluyveromyces marxianus NRLL Y - 8281. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Nisin merupakan senyawa peptida bersifat antimikrobia yang dihasilkan dari spesies Lactococcus. Peptida ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen antara lain Listeria monocytogenes, Staphylococcus aureus dan Bacillus cereus, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengawet makanan. Keberadaan nisin sebagai pengawet makanan karena memiliki beberapa kelebihan yaitu tidak beracun, bakteri yang memproduksi nisin berasal dari strain L. lactis dimana L. lactis merupakan bakteri food grade sehingga aman untuk dikonsumsi, tidak digunakan secara klinis, tidak ada cross resistance dalam bakteri yang memungkinkan adanya efek antibiotic therapeutics, serta dapat dicerna secara cepat. Permasalahan utama dalam produksi nisin adalah tingginya jumlah asam laktat yang dihasilkan oleh L. lactis, sehingga produksi nisin menurun. Untuk mengurangi jumlah asam laktat yang dihasilkan oleh L. lactis, dilakukan penghambatan asam laktat dengan menggunakan metode mixed culture. Metode mixed culture merupakan metode yang digunakan dalam produksi nisin yang memanfaatkan mikroba lain yaitu K. marxianus dalam mengasimilasi asam laktat yang dihasilkan oleh L. lactis sehingga produksi nisin diharapkan dapat meningkat. Dalam metode mixed culture, hal penting yang harus dikontrol adalah konsentrasi maltosa sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan L. lactis dan waktu inokulasi K. marxianus untuk mendapatkan kombinasi yang optimal antara kedua mikroba dalam menurunkan jumlah asam laktat sehingga dihasilkan produksi nisin yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan konsentrasi maltosa serta waktu inokulasi K. marxianus NRRL Y-8281 yang tepat dalam sistem fermentasi mixed culture. Fermentasi dilakukan dalam skala flask dengan volume 150 ml, pada suhu 30oC selama 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemilihan konsentrasi maltosa yang optimal dalam produksi nisin adalah 4% dengan nisin sebesar 600 IU/mL dan waktu inokulasi K. marxianus yang tepat adalah pada penambahan setelah 1 jam fermentasi. Produksi nisin pada sistem mixed culture meningkat sebesar 2 kali lipat dibanding produksi nisin pada single culture (300 IU/ml).
English Abstract
Nisin is an antimicrobial peptide produced by Lactococcus species. This peptide can inhibit the growth of pathogenic bacteria i.e. Listeria monocytogenes, Staphylococcus aureus and Bacillus cereus. Therefore, Nisin can be used as a food preservative. Nisin is a food presevative since it has several advantages such as it is non-toxic, produced by food grade microorganisme so that it is safe to be consumed, there is no any cross resistance in the bacteria that can cause antibiotic therapeutics effect and it can also digested rapidly. The main problem in the production of Nisin is the high amount of lactic acid produced by L. lactis, thus decreasing the production of Nisin. Mixed culture method is used to inhibit lactic acid for reducing the amount of lactic acid produced by L. lactis. Mixed culture was done by using K. marxianus for asimilated the lactate which is produced by L. lactis. By using the method, it is assumed that the nisin production will be improved. Two important factors that have to be controlled in mixed culture method are the concentration of maltose as a source of nutrients for the growth of L. lactis and the inoculation time of K. marxianus to obtain the optimal combination between the two microbes in reducing the amount of lactic acid. The purpose of this study was to determine appropriate concentration of maltose and inoculation time of K. marxianus NRRL Y-8281 in the mixed culture fermentation system. Fermentation was conducted in flask scale with the volume of 150 ml and the temperature condition of 30 oC for 24 hours. The results showed that the optimal concentration of maltose in Nisin production was 4% with Nisin at 600 IU/mL and the optimal inoculation time of K. marxianus was 1 hour after fermentation. The production of Nisin in mixed culture system increased two times compared with the production of Nisin in single culture system (300 IU/ml).
| Item Type: | Thesis (Sarjana) |
|---|---|
| Identification Number: | SKR/FTP/2011/25/051100384 |
| Subjects: | 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture |
| Divisions: | Fakultas Teknologi Pertanian > Teknologi Hasil Pertanian |
| Depositing User: | Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id |
| Date Deposited: | 09 Mar 2011 13:28 |
| Last Modified: | 21 Oct 2021 15:05 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/148703 |
![[thumbnail of 051100384.pdf]](http://repository.ub.ac.id/style/images/fileicons/text.png) |
Text
051100384.pdf Restricted to Registered users only Download (3MB) |
Actions (login required)
 |
View Item |