PertiwiDhevianaPalupiningDyah (2007) Uji Mulsa Organik Lembaran Berbahan Eceng Gondok dan Pelepah Pisang pada Budidaya Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Mentimun merupakan tanaman semusim yang bersifat menjalar atau merambat dengan perantaraan alat pemegang yang berbentuk spiral. Dan merupakan salah satu jenis sayuran buah yang memiliki banyak kegunaan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap mentimun yang semakin banyak, perlu adanya pengembangan cara budidaya mentimun. Salah satunya adalah dengan menggunakan mulsa. Dari penelitian sebelumnya (mulsa organik dari eceng gondok) menggunakan kertas koran sebagai bahan serat. Akan tetapi pada tinta koran terdapat limbah logam berat (Timbal/Pb) yang akan diakumulasikan oleh tumbuhan. Oleh karena itu pada penelitian ini kami menggunakan pelepah pisang sebagai pengganti kertas koran untuk bahan seratnya. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) mengetahui pengaruh komposisi eceng gondok dan pelepah pisang sebagai bahan pembuat mulsa organik lembaran pada budidaya tanaman mentimun; 2) mengetahui pengaruh penambahan NaOH dan urea sebagai bahan pengurai serat dalam pembuatan mulsa organik lembaran terhadap budidaya tanaman mentimun; 3) membandingkan penggunaan mulsa organik lembaran dan mulsa plastik hitam perak terhadap hasil tanaman mentimun. Dengan batasan masalah: 1) penelitian dilaksanakan di lahan tegalan dan 2) tidak membahas analisa ekonomi. Peralatan yang digunakan antara lain: blender, timbangan digital, sterofoam dan kain tipis, brazillian test, penggaris, jangka sorong, termometer dan oven. Bahan-bahan yang digunakan yaitu: eceng gondok, pelepah pisang, NaOH dan urea, air, tanah regosol, benih mentimun hibrida varietas Titan dan mulsa plastik hitam perak. Penelitian disusun dengan percobaan faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor, yaitu: 1) komposisi bahan (K 1:100%eceng gondok+0%pelepah pisang; K2:90%eceng gondok+10%pelepah pisang; K3:80%eceng gondok+20%pelepah pisang; K4:70%eceng gondok+30%pelepah pisang); dan 2) Bahan pengurai serat (B1: 1%UREA dan B2: 1%NaOH). Ditambah dengan penggunaan mulsa plastik hitam perak sebagai kontrol (K0B0), sehingga didapatkan 9 kombinasi perlakuan yang diulang 2 kali. Parameter pengamatan meliputi: suhu media tanam dan suhu lingkungan, kadar air media tanam, pemberian air, C/N ratio mulsa organik lembaran, umur tanaman, jumlah bunga dan buah pertanaman, banyaknya cabang, bobot segar buah pertanaman, panjang dan diameter buah pertanaman, jumlah buah, produksi buah per hektar, serta tegangan normal dan tegangan tarik. Data yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk grafik dan dianalisis menggunakan analisis ragam antar perlakuan yaitu dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor dan 2 ulangan. Uji perbandingan yang dilakukan adalah Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan α =5% dan Uji T dengan α =1% dan α =5% Adapun hasil yang didapat antara lain tanaman mentimun dapat tumbuh dengan suhu lingkungan antara 21 0C- 320C, dengan suhu optimum sebesar 270C. Pengaruh perlakuan komposisi bahan (perbandingan eceng gondok dan pelepah pisang) terhadap budidaya tanaman mentimun menunjukkan pengaruh yang nyata pada jumlah buah per tanaman mentimun yaitu pada perlakuan K3 (80% eceng gondok dan 20% pelepah pisang) sebesar 8 buah, banyaknya cabang yaitu pada perlakuan K3 (80% eceng gondok dan 20% pelepah pisang) sebanyak 5 cabang, panjang buah yaitu pada perlakuan K3 (80% eceng gondok dan 20% pelepah pisang) sepanjang 19,073 cm. Pengaruh perlakuan komposisi bahan (perbandingan eceng gondok dan pelepah pisang) terhadap budidaya tanaman mentimun menunjukkan pengaruh yang sangat nyata pada produksi tanaman mentimun per Ha yaitu pada perlakuan K3 (80% eceng gondok dan 20% pelepah pisang) sebesar 40,799 Ton. Pengaruh perlakuan komposisi bahan (perbandingan eceng gondok dan pelepah pisang) terhadap mulsa organik lembaran menunjukkan pengaruh yang sangat nyata pada nilai C/N ratio minggu ke- 0, 2m 4 dan 5 berturut-turut yaitu pada perlakuan K1 (100% eceng gondok) sebesar 701,269; 324,971; 302,349; dan 266,599. Pengaruh perlakuan bahan pengurai (UREA atau NaOH) terhadap mulsa organik lembaran menunjukkan pengaruh yang sangat nyata pada tegangan normal minggu ke-2, 4 dan 5 berturut-turut yaitu pada perlakuan B2 (NaOH) sebesar 147,496 N/cm2, 124,646 N/cm2, dan 103,429 N/cm2, tegangan tarik minggu ke-0, 2, 4 dan 5 berturut-turut yaitu pada perlakuan B2 (NaOH) sebesar 485,8125 N/cm2, 302,359 N/cm2, 140,491 N/cm2, dan 93,071 N/cm2. Pengaruh perlakuan komposisi bahan dan bahan pengurai terhadap budidaya tanaman mentimun menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan K3B2 (80% eceng gondok dan 20% pelepah pisang + NaOH) adalah perlakuan terbaik dengan memberikan hasil yang paling baik. Dari hasil perbandingan penggunaan mulsa organik lembaran dan mulsa plastik hitam perak menunjukkan perbedaan yang nyata pada suhu siang dan sore hari. Dimana suhu siang pada mulsa organik lembaran sebesar 30,4290C sedangkan pada mulsa plastik hitam perak sebesar 36,3090C, dan suhu sore pada mulsa organik lembaran sebesar 27,6660C sedangkan pada mulsa plastik hitam perak sebesar 31,6270C. Penggunaan mulsa organik lembaran berbahan eceng gondok dan pelepah pisang lebih mampu mempertahankan fluktuasi suhu dibandingkan dengan penggunaan mulsa plastik hitam perak.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FTP/2007/050702710 |
Subjects: | 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture |
Divisions: | Fakultas Teknologi Pertanian > Teknologi Hasil Pertanian |
Depositing User: | Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id |
Date Deposited: | 25 Oct 2007 00:00 |
Last Modified: | 21 Oct 2021 04:44 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/147709 |
![]() |
Text
050702710.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) |
Actions (login required)
![]() |
View Item |