SuriKusumaWijaya (2007) Pembuatan dan Uji Mulsa Organik Lembaran dari Bahan Baku Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes (Mart.) Solms.) dan Pelepah Pisang (Musa Paradisiaca L.). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) merupakan gulma air yang perlu diperhatikan karena pertumbuhannya yang pesat dan mampu memenuhi permukaan air dalam waktu singkat. Hal ini menimbulkan kerugian di daerah perairan yaitu mempercepat pendangkalan, dan mengganggu transportasi. Usaha-usaha untuk menanggulangi dan mencegah terjadinya efek langsung eceng gondok terhadap kerusakan lingkungan telah banyak dilakukan, akan tetapi gulma ini masih menjadi masalah terus menerus sehingga dalam pemanfaatannya perlu dieksplorasi untuk merubah fungsi dari water weeds menjadi produk yang mempunyai nilai tambah (added value). Eceng gondok dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal, salah satunya dapat sebagai bahan pembuatan mulsa organik lembaran untuk penutup tanah. Pelepah pohon pisang memiliki jenis serat yang cukup baik dan biasanya batang/pelepah pisang ini hanya akan menjadi limbah pertanian setelah melewati proses pemanenan. Tujuan penelitian adalah pertama, membuat mulsa organik lembaran dari bahan utama eceng gondok dan bahan serat pelepah pisang. Kedua, menguji sifat fisik mulsa organik lembaran terhadap penggunaan NaOH dan urea (CO(NH2)2). Penelitian ini disusun secara faktorial dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri atas dua faktor dan dua ulangan. Faktor tersebut antara lain: Kombinasi eceng gondok dan pelepah pisang dengan variasi K1, K2, K3 dan K4 serta konsentrasi Urea (CO(NH2)2) 1% (B1) dan NaOH 1% (B2). Panjang serat pelepah pisang setiap kombinasi perlakuan adalah 1 cm. Dari hasil penelitian didapatkan mulsa organik lembaran dengan ukuran 50 cm, lebar 30 cm, tebal 0,015 cm – 0,09 cm dan memiliki berat rata-rata 25,874 gram. Hasil analisis ragam uji tegangan normal mulsa didapatkan pengaruh penggunaan bahan pengurai serat peling besar pada perlakuan B2 sebesar 271,216 N/cm2, sedangkan pada perlakuan B1 menunjukan pengaruh lebih kecil terhadap tegangan normal mulsa sebesar 166,372 N/cm2. Untuk perlakuan K (perlakuan kombinasi bahan) tidak memiliki pengaruh yang sangat nyata. Untuk analisis ragam tegangan tarik mulsa didapatkan pada perlakuan B1 menunjukan pengaruh yang kecil terhadap tegangan tarik sebesar 306,500 N/cm2. Perlakuan B2 menunjukan pengaruh yang sangat besar terhadap tegangan tarik sebesar 665,9.3 N/cm2, sedangkan untuk perlakuan K didapatkan perlakuan K4 dan K1 sebesar 428,382 N/cm2 dan 467,590 N/cm2 menunjukan pengaruh yang kecil terhadap tegangan tarik mulsa. Perlakuan K3 dan K2 menunjukan pengaruh yang sangat besar terhadap tegangan tarik mulsa sebesar 520,907 N/cm2 dan 527,928 N/cm2. Untuk analisis ragam daya serap mulsa didapatkan perlakuan B tidak memiliki pengaruh yang sangat nyata. Perlakuan K1 sebesar 2,627%; perlakuan K2 sebesar 5,983% dan perlakuan K3 sebesar 24,483% memiliki pengaruh yang kecil terhadap daya serap mulsa terhadap air. Akan tetapi pada perlakuan K4 sangat besar pengaruhnya terhadap daya serap mulsa sebesar 38,774%. Untuk analisis ragam rendemen mulsa untuk perlakuan B tidak memiliki pengaruh yang sangat nyata. Perlakuan K1 dan K2 terjadi pengaruh yang sangat kecil pada rendemen mulsa sebesar 53,351% dan 67,047%, akan tetapi pada perlakuan K4 dan K3 sangat berpengaruh pada tingkat rendemen yang dihasilkan yaitu sebesar 81,953% dan 82,480%. Untuk analisis ragam kadar air mulsa didapatkan perlakuan B1 memiliki pengaruh yang sangat kecil terhadap kadar air mulsa sebesar 25,271%. Perlakuan B2 memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kadar air mulsa sebesar 26,311%. Pada perlakuan K1, K4 dan K2 memiliki pengaruh yang sangat kecil terhadap kadar air mulsa sebesar 25,311%; 25,501% dan 25,868%. Perlakuan K3 memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kadar air mulsa sebesar 26,485%. Untuk analisis ragam jumlah lubang pada mulsa didapatkan perlakuan B tidak memiliki pengaruh yang sangat besar. Perlakuan K2 dan K1 memiliki pengaruh yang kecil terhadap jumlah lubang pada mulsa yang jumlah lubangnya 1 da 3 lubang. Perlakuan K3 dan K4 memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap jumlah lubang pada mulsa yang dihasilkan sebanyak 4 lubang. Untuk uji vilensky dilakukan pada ketinggian 30 cm dari permukaan mulsa, dengan interval waktu tetesan 0,5-1 detik. Dari hasil pengamatan, uji vilensky tidak dapat menyebabkan terjadinya lubang pada permukaan mulsa walaupun telah dilakukan pengujian hingga pada volume air 17.700 cm3 dengan 354.000 tetesan pada setiap kombinasi perlakuan. Berdasarkan hasil uji BNT dari pengujian tegangan normal mulsa (N/cm2), tegangan tarik mulsa (N/cm2) dan pengujian dengan menggulung mulsa, menunjukan bahwa pada kombinasi perlakuan 80% eceng gondok + 20% pelepah pisang + 1 gr NaOH (K3B2) adalah kombinasi perlakuan yang paling baik digunakan sebagai bahan mulsa organik lembaran.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FTP/2007/050702562 |
Subjects: | 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture |
Divisions: | Fakultas Teknologi Pertanian > Teknologi Hasil Pertanian |
Depositing User: | Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id |
Date Deposited: | 27 Sep 2007 00:00 |
Last Modified: | 21 Oct 2021 04:38 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/147693 |
Text
050702562.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) |
Actions (login required)
View Item |