Oktavianti, Elfira (2015) Studi Pengaruh Metode Isolasi Dan Penambahan Zat Anti Browning Terhadap Rendemen Dan Karakteristik Pektin Dari Ampas Apel. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Produktivitas apel jenis Rome Beauty dan Manalagi di Kota Batu mencapai 17,05 ton/ha dengan total produksi 448.745 ton. Industri pengolahan buah apel semakin dikembangkan untuk memanfaatkan hasil panen apel yang melimpah. Namun, hasil sampingnya mencapai 20-35% dengan total volume 3 – 4,2x106 Mton per tahun. Selama ini, limbah padat sebagai limbah industri apel kurang dimanfaatkan padahal ampas apel memiliki kandungan pektin sebesar 15-20%. Pektin banyak dimanfaatkan dalam industri pengolahan pangan dan farmasi. Pektin dapat diisolasi menggunakan metode maserasi-refluks dan ekstraksi soxhlet. Dari hasil penelitian terdahulu, diketahui bahwa rendemen pektin hasil isolasi maserasi-refluks lebih rendah dibandingkan hasil ekstraksi soxhlet. Pengaruh metode isolasi tersebut akan dipelajari dengan menggunakan ampas apel Rome beauty. Buah apel umumnya menghasilkan warna coklat yang tidak diinginkan dalam pengolahannya sehingga perlu ditambahkan zat anti browning untuk menghambat reaksi pencoklatan. Penambahan zat anti browning akan diteliti untuk mengetahui pengaruhnya terhadap karakteristik dan rendemen pektin. Penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium menggunakan Rancang Acak Lengkap Faktorial 2x4 dengan 2 kali ulangan dan dua faktor penentu. Faktor pertama adalah metode isolasi yaitu metode maserasi-refluks dan ekstraksi soxhlet. Faktor kedua adalah penambahan zat anti browning yaitu asam sitrat 2000 ppm, natrium metabisulfit 2000 ppm, vitamin C 2000 ppm, dan tanpa penambahan zat anti browning yang berfungsi sebagai kontrol. Prosedur penelitian terdiri dari tahap persiapan sampel, isolasi, dan karakterisasi pektin. Sampel yang digunakan adalah tepung ampas apel Rome beauty 80 mesh. Sampel diisolasi menggunakan larutan HCl 0,02 N. Metode maserasi-refluks dioperasikan pada pH 3, suhu 70±5oC, kecepatan pengadukan 60 rpm selama 2 jam sedangkan ekstraksi soxhlet dioperasikan pada titik didih pelarut, 6 kali siklus, dan pH 3. Hasil isolasi dipisahkan dan dimurnikan dengan cara filtrasi, pengendapan, dan evaporasi. Pektin yang diperoleh kemudian dikeringkan vakum dan dikarakterisasi. Karakterisasi berupa analisa kadar metoksil, derajat penggembungan, uji kelarutan, uji kecerahan warna pektin dan uji spektrum IR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecerahan warna tepung ampas apel tertinggi yaitu 81,3% diperoleh saat menggunakan penambahan natrium metabisulfit 2000 ppm sedangkan tingkat kecerahan warna pada pektin tertinggi yaitu 62% diperoleh tanpa menggunakan zat anti browning. Rendemen tertinggi sebesar 8,3% diperoleh saat menggunakan metode maserasi-refluks dengan penambahan zat anti browning berupa asam sitrat 2000 ppm. Karakterisasi dari rendemen tertinggi dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitiatif menghasilkan kadar metoksil sebesar 7,32%, derajat swelling 4,5 dan nilai kecerahan warna pektin 61,7% sedangkan analisa kualitatif melalui uji kelarutan dan uji FTIR menunjukkan bahwa pektin yang dihasilkan memiliki ciri yang sama dan mengandung gugus fungsi yang sama dengan pektin standar.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FT/2015/353/051504730 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 660 Chemical engineering and related technologies |
Divisions: | Fakultas Teknik > Teknik Kimia |
Depositing User: | Budi Wahyono Wahyono |
Date Deposited: | 13 Aug 2015 13:24 |
Last Modified: | 13 Aug 2015 13:24 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/143432 |
Actions (login required)
View Item |