Budiono, Arif (2011) Sarana Pendidikan Konservasi Penyu di Pulau Kemujan Karimunjawa. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Penyu adalah salah satu jenis satwa langka dari golongan vertebrata (bertulang punggung) kelas reptil (melata) yang mampu hidup di dua dunia yaitu di darat dan di laut. Penyu dapat ditemukan di semua samudra di dunia dan di hampir seluruh perairan Indonesia. Sebagian besar hidup penyu dihabiskan di dalam laut dan sesekali muncul ke permukaan laut untuk bernafas, karena penyu bernafas menggunakan paru-paru. Peristiwa pendaratan penyu adalah salah satu alasan penyu berada di daratan. Tujuan keberadaan penyu di darat adalah untuk meletakkan telur-telur penyu sebagai bakal regenerasi penyu selanjutnya. Penyu mengalami siklus bertelur yang sangat lama yaitu antara 2 - 8 tahun sekali. Namun masa bertelur penyu bisa sampai 7 kali dalam sekali siklus. Hal ini dikarenakan penyu betina mampu menyimpan sperma dalam tubuhnya hingga menjadi 7 kumpulan telur yang nantinya menjadi 7 sarang dalam sekali masa bertelur. Dalam sekali bertelur, seekor penyu mampu bertelur hingga ratusan butir (umumnya antara 100 – 150 butir) , namun hanya belasan yang menetas yang artinya regenerasi penyu dalam sekali periode hanya sekitar 5 - 10%. Pernyataan tersebut di atas telah menjadikan penyu sebagai satwa langka yang masuk ke dalam daftar merah (red list) di IUCN dan Appendix I CITES yang berarti bahwa keberadaannya di alam telah terancam punah sehingga segala bentuk pemanfaatan dan peredarannya harus mendapat perhatian secara serius. Faktor lain penyebab rendahnnya tingkat populasi penyu adalah pergeseran fungsi lahan yang menyebabkan kerusakan habitat pantai dan ruaya pakan, kematian penyu akibat kegiatan perikanan, pengelolaan teknik-teknik konservasi yang tidak memadai, perubahan iklim, penyakit, pengambilan penyu dan telurnya oleh keserakahan manusia serta ancaman predator, merupakan faktor-faktor penyebab penurunan populasi penyu. Secara astronomis Indonesia berada pada titik 6 0 LU – 11 0 LS dan 95 0 BT – 141 0 BT garis katulistiwa dan secara geografis diapit oleh dua samudera yaitu samudera Hindia dan samudera Pasifik. Kepulauan Indonesia yang mencapai 17.508 pulau telah menjadikan perairan Indonesia kaya akan rumput-rumputan atau jenis ganggang, ikanikan kecil, spons, dan molusca yang merupakan makanan pokok dari berbagai jenis penyu. Kondisi tersebut menjadikan kepulauan Indonesia disinggahi lima dari enam jenis penyu yang hidup di dunia. Salah satu kepulauan Indonesia yang terdiri dari 27 pulau bagian dengan seluruh kekayaan lautnya yaitu Karimunjawa, khususnya wilayah Kemujan, telah menjadi daya tarik bagi penyu untuk mendarat di sana. Sehingga sejak tahun 2003 hingga sekarang, Balai Taman Nasional Karimunjawa (BTNK) telah menggagas program konservasi penyu sebagai bentuk kepedulian terhadap kehidupan penyu. Perancangan Sarana Pendidikan Konservasi Penyu di Pulau Kemujan Karimunjawa (SPKPPK) merupakan sebuah wadah aktifitas pengelolaan konservasi penyu yang mencoba untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kehidupan penyu dengan jalan penangkaran, serta sebagai media komunikasi dengan masyarakat untuk membagi wawasan, pengetahuan, serta pengalaman tentang pengelolaan konservasi penyu yang benar, dengan jalan sosialisasi serta sumbangsihnya di dunia pendidikan. Untuk lebih memudahkan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya konservasi penyu, maka metode perancangan yang digunakan haruslah mampu merepresentasikan misinya baik dari segi program aktifitas yang disusun maupun bentuk bangunan dirancang, namun tetap memperhatikan unsur rekreatifnya. Konsep ekoturisme serta metode perancangan bentuk transformasi metaforis merupakan kombinasi yang sesuai untuk program konservasi penyu yang berbasis wisata ekologis dalam merancang SPKPPK. Konsep ekoturisme dalam hal ini terbagi atas dua unsur yaitu unsur wisata yang diimplimentasikan ke dalam rangkaian program pendidikan konservasi penyu yang merupakan salah satu media sosialisasi pengelolaan konservasi penyu kepada masyarakat dengan jalan simulasi dan pelatihan, serta unsur ekologis yang diimplementasikan dalam rancangan yang terbagi atas lima aspek yaitu aspek ruang, aspek biotik, aspek abiotik, aspek struktural, dan aspek budaya dan lingkungan. Sedangkan metode transformasi metaforis adalah suatu alat yang digunakan dalam perancangan bentuk bangunan sebagai bagian dari salah satu aspek ekologis khususnya aspek biotik. Aspek biotik disusun dari komponen mahkluk hidup yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Secara singkat pengertian transformasi metaforis merupakan proses perubahan bentuk dengan menggunakan komponen hewan khususnya penyu, sebagai objek metaforasi, menjadi ide dasar pencarian bentuk Sarana Pendidikan Konservasi Penyu di Pulau Kemujan Karimunjawa.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FT/2011/158/ 051102053 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 690 Construction of buildings |
Divisions: | Fakultas Teknik > Arsitektur |
Depositing User: | Endang Susworini |
Date Deposited: | 19 Apr 2011 09:13 |
Last Modified: | 19 Apr 2011 09:13 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/140694 |
Actions (login required)
View Item |