Pelestarian Kawasan Bersejarah Istana Taman Air Soekasada. Kabupaten Karangasem Propinsi Bali.

WahyuArimurtiWardhana (2009) Pelestarian Kawasan Bersejarah Istana Taman Air Soekasada. Kabupaten Karangasem Propinsi Bali. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Menurut mitologi yang didasarkan pada hasil penemuan sebuah prasasti, wilayah Karangasem diciptakan oleh Bhatara Guru di Tahun 1072 caka atau sekitar 850 tahun yang lalu untuk masyarakat Hindu. Proses penciptaan wilayahnya sendiri dimulai dari sebuah Gunung bernama Adri Karang atau Lempuyang, dan hingga saat ini gunung tersebut masih diyakini oleh masyarakat Karangasem sebagai penjaga umat manusia dari malapetaka bencana alam di Bali. Kedudukan Gunung Lempuyang sebagai satu dari tiga gunung terpenting di Bali, tidak hanya membuatnya menjadi tujuan ziarah bagi masyarakat Karangasem, tapi juga oleh masyarakat Bali secara keseluruhan. Ketika Kerajaan Gelgel yang merupakan kerajaan terbesar di Bali terpecah belah di awal abad ke-14, kerajaan-kerajaan kecil yang lebih modern mulai terbentuk. Di Karangasem, peradaban melalui kerajaan semacam ini terbentuk di sebuah daerah yang kini menjadi ibukotanya, yaitu di Amlapura, yang memiliki jarak sekitar 5-7 km dari kaki Gunung Lempuyang. Saat ini, di kaki Gunung Lempuyang dapat ditemui sebuah situs istana keraton peninggalan Puri Agung Karangasem (dinasti kerajaan Karangasem yang paling akhir) yang ketiga, dan disebut Istana Taman Air Soekasada. Istana Taman Air Soekasada didirikan dan dirancang sendiri oleh Raja Puri Agung Karangasem I Gusti Bagus Djelantik, yang merupakan sebuah kawasan istana dengan perpaduan berbagai konsep unik, antara lain: 1) Berupa kawasan, dengan luasan inti 29,5 Ha, yang terletak di kaki gunung dan juga di kawasan pesisir pantai; 2) Bangunan-bangunan di dalam komplek inti kawasan merupakan perpaduan dari tiga arsitektur besar, yakni Bali-Eropa-dan Cina; dan 3) Konsep permukiman di dalamnya adalah banjar muslim/ Islam. Tujuan dari studi pelestarian ini, antara lain: 1) Mengidentifikasi karakteristik lama sosial budaya dan fisik dari kawasan bersejarah ITAS; 2) Mengidentifikasi perubahan karakteristik sosial budaya dan fisik dari kawasan bersejarah ITAS; dan 3) Mendapatkan arahan pelestarian yang sesuai untuk kawasan bersejarah ITAS. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kulitatifhistoris-deskriptif, dan teknik untuk menemukan arahan pelestarian yang digunakan adalah dengan metode ZOPP akar masalah dan tujuan hingga tahap penentuan arahan tindakan pelestarian. Identifikasi karakteristik lama/ lampau sosial budaya dan fisik kawasan menghasilkan temuan antara lain: 1) Fungsi pembentukan ruang kawasan adalah sebagai balai budaya terbesar di Karangasem, dan satu-satunya kawasan yang memiliki nilai monumental sebagai simbol persahabatan dua negara yaitu Kerajaan Karangasem dan Kerajaan Lombok; 2) Terdapat kegiatan kesenian budaya kawasan yang berkembang dari dua entisitas yang berbeda, yaitu dari kelompok masyarakat Hindu beretnis Bali dan masyarakat imigran Islam beretnis Sasak. Kegiatan seni budaya yang memanfaatkan ruang fisik kawasan di antara dua entisitas tersebut diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu kegiatan upacara religi, kegiatan kesenian asli bentukan kawasan, dan kegiatan kesenian umum Bali; 3) Perkembangan kehidupan sosial dan ekonomi di masa lampau memiliki berbagai gambaran yang positif, yang Pertama tidak terjadi gesekan antara kelompok Hindu dengan imigran, karena laut yang menjadi ladang pekerjaan utama bagi kaum imigran merupakan ladang pekerjaan yang dijauhi oleh kelompok Hindu karena memiliki nilai nista , yang Kedua kesejahteraan ekonomi masyarakat dapat terpenuhi karena laut dan ladang pertanian hanya menghidupi suatu kelompok masyarakat yang hidup masih secara tradisional; 4) Penguasaan lahan kawasan pada masa lampau sepenuhnya berada di bawah Puri Agung Karangasem, penduduk imigran Sasak mendapatkan hak atas tanah hibah pada sebagian kawasan, yang disebut tanah pauman ; 5) Perkembangan tata ruang dan fisik bangunan kawasan yang dipengaruhi oleh Hindu meliputi kawasan pesisir, pura, dan kawasan istana di bawah konsepsi Sekala Niskala dan Tri Hitta Karana , sedangkan perkembangan tata ruang dan fisik bangunan kawasan yang dipengaruhi oleh Islam Sasak meliputi seluruh area lahan pauman di bawah konsepsi tradisional Sasak; dan 6) Sarana dan prasarana fisik kawasan lama terbentuk terutama berdasarkan kebutuhan oleh ruang Hindu (istana), dan rua

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FT/2009/430/050902938
Subjects: 300 Social sciences > 307 Communities > 307.1 Planning and development > 307.121 6 City planning
Depositing User: Endang Susworini
Date Deposited: 27 Oct 2009 14:10
Last Modified: 19 Oct 2021 19:41
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/140021
[thumbnail of BAB_II_Tinjauan_Teori.pdf]
Preview
Text
BAB_II_Tinjauan_Teori.pdf

Download (3MB) | Preview
[thumbnail of BAB_IV_Hasil_dan_Analisa.pdf]
Preview
Text
BAB_IV_Hasil_dan_Analisa.pdf

Download (5MB) | Preview
[thumbnail of BAB_V_Penutup.pdf]
Preview
Text
BAB_V_Penutup.pdf

Download (3MB) | Preview
[thumbnail of BAB_III_Metode_Penelitian.pdf]
Preview
Text
BAB_III_Metode_Penelitian.pdf

Download (3MB) | Preview
[thumbnail of Bab_0_Kata_Pengantar.pdf]
Preview
Text
Bab_0_Kata_Pengantar.pdf

Download (3MB) | Preview
[thumbnail of BAB_I_Pendahuluan.pdf]
Preview
Text
BAB_I_Pendahuluan.pdf

Download (3MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item