SantikaAgustin (2007) Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah di RSU Mataram. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Instalasi Pengolahan Air Limbah di RSU Mataram mulai digunakan pada tahun 1991. Setelah 12 ( Dua belas ) tahun beroperasi banyak ditemukan beberapa parameter kualitas air pada effluent berada di atas baku mutu Oleh karena itu diperlukan evaluasi yang bertujuan untuk menilai beban limbah pada instalasi pengolahan air limbah RSU Mataram dan mengevaluasi secara detail sarana pengolahan limbah yang ada serta mengevaluasi efektifitas bangunan tersebut terhadap parameter kualitas air yang ada, mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan efektivitas unit instalasi pengolahan air limbah RSU Mataram dalam mengolah limbah cair serta dapat mencari solusi yang terbaik. Sesuai dengan tujuan diatas, diharapkan bisa digunakan sebagai bahan rujukan atau masukan untuk pihak instansi terkait dalam hal ini adalah RSU Mataram agar lebih meningkatkan kinerja dalam hal sistem operasional dan pemeliharaan pada unit instalasi pengolahan air limbah demi terciptanya lingkungan yang sehat dan juga sebagai bahan masukan untuk rekan-rekan mahasiswa lainnya. Evaluasi instalasi pengolahan air limbah rumah sakit ini dimulai dari menganalisa beban limbah, analisa bangunan pengolah limbah (bak penampungan, bak aerasi, bak pengendapan dan bak chlorinasi) dan analisa proses dari lumpur aktif. Parameter kualitas air limbah yang dianalisa adalah kebutuhan oksigen biokimia (BOD), kebutuhan oksigen kimia (COD), kandungan total partikel suspensi (TSS), NH3 dan P-PO4. Selan itu juga, faktor penyebab berkurangnya efektivitas IPAL juga dianalisa. Hasil analisa beban limbah menunjukkan bahwa persentase nilai di outlet yang masih berada di atas baku mutu terhadap parameter Amoniak dan TSS sangat tinggi, dan untuk parameter BOD persentase nilai outlet yang dibawah baku mutu mencapai 91,64 % sedangkan Phospat mencapai 81,82 % dan COD 100 %. Untuk parameter TSS yang nilainya tinggi sekali di atas baku mutu disebabkan karena terjadi permasalahan di bak pengendapan dimana lumpur sulit untuk diendapakan sehingga keluar bersama effluent. Hasil analisa pada proses dan bangunan pengolah limbah menunjukkan bahwa kurangnya waktu tinggal pada bak penampungan awal, sehingga harus mengubah dimensi agar dapat menambah waktu tinggal limbah sehingga bak penampungan awal dapat mengurangi kadar TSS hingga 95,5 %. Untuk menurunkan kadar amoniak hingga 44,85 mg/(l/hari) maka waktu tinggal harus mencapai 0,9 hari atau 21 jam 14 menit untuk itu debit yang masuk pada bak aerasi dibatasi 112.000 l/ hari. Sedangkan untuk faktor-faktor penyebab berkurangnya efisiensi IPAL sendiri diantaranya karena terbatasnya tenaga ahli, keterbatasan dan mahalnya peralatan lab, serta adanya kerusakan alat.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FT/2007/381/050702383 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 627 Hydraulic engineering > 627.5 Reclamations, Irrigation, related topics > 627.52 Irrigation |
Divisions: | Fakultas Teknik > Teknik Pengairan |
Depositing User: | Endang Susworini |
Date Deposited: | 14 Sep 2007 00:00 |
Last Modified: | 22 Oct 2021 03:16 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/138648 |
Preview |
Text
050702383.pdf Download (4MB) | Preview |
Actions (login required)
View Item |