Pengaruh Umur Pemotongan Terhadap Produktivitas Rumput Gajah

Ikhsan, MuhammadNur (2015) Pengaruh Umur Pemotongan Terhadap Produktivitas Rumput Gajah. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Pemanenan tanaman pakan yang tepat merupakan faktor penting, terutama pada faktor umur pemotongan karena akan menentukan produksi sekaligus kandungan nutrisinya. Penelitian dilaksanakan di peternakan domba Agriranch, Desa Pandan Rejo Kecamatan Bumi Aji Kabupaten Batu pada ketinggian 1100 m dpl. Penelitian dilakukan pada tanggal 30 Mei - 14 Agustus 2012. Analisis kandungan nutrisi rumput gajah dilaksanakan di Laboraturium Nutrisi Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh umur pemotongan rumput gajah terhadap kandungan nutrisi, tingkat produksi dan kecernaan, guna mendapatkan kualitas dan kuantitas yang terbaik. Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk peternak dan bahan rujukan untuk penelitian lanjutan dalam manajemen pemotongan hijauan makanan ternak khususnya tanaman rumput gajah. Materi yang digunakan adalah rumput gajah yang telah berusia sekitar 3 tahun dengan jarak tanam 1x1 m dengan ukuran masing-masing petak 3x3 m sebanyak 12 petak dengan luas total 108 m2. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu timbangan, alat potong tanaman, dan alat- alat analisis proksimat. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari tiga perlakuan umur pemotongan viii dengan empat ulangan. Perlakuan penelitian ini adalah P1 (50 hari), P2 (60 hari) dan P3 (70 hari). Kandungan nutrisi BK tertinggi didapat dari umur pemotongan 70 hari (P3) sebesar 14,63 ± 0,612%, dengan kandungan BK yang meningkat seiring peningkatan umur pemotongan. Kandungan nutrisi BO menunjukkan bahwa umur pemotongan 50 hari (P1), 60 hari (P2) dan 70 hari (P3) menghasilkan nilai yang cenderung tetap yaitu 84,63 ± 1,008%, 84,75 ± 0,919% dan 84,22 ± 0,422%. Kandungan nutrisi PK tertinggi didapat dari umur pemotongan 50 hari (P1) sebesar 13,32 ± 1,105%, dengan kandungan PK yang menurun seiring dengan peningkatan umur pemotongan. Umur pemotongan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap kandungan BK dan PK, tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap kandungan BO. Produksi segar tertinggi didapat dari umur pemotongan 60 hari (P2) sebesar 346,67 ± 58,119 ton/ha/tahun, dengan produksi segar yang meningkat dari umur pemotongan 50 hari (P1) ke umur pemotongan (P2) tetapi menurun pada umur pemotongan 70 hari (P3). Produksi BK tertinggi didapat dari umur pemotongan 70 hari (P3) sebesar 44,77 ± 8,287 ton/ha/tahun, dengan produksi BK yang meningkat seiring peningkatan umur pemotongan. Produksi BO tertinggi didapat dari umur pemotongan 70 hari (P3) sebesar 37,71 ± 6,999 ton/ha/tahun, dengan produksi BO yang meningkat seiring peningkatan umur pemotongan. Produksi PK tertinggi didapat dari umur pemotongan 70 hari (P3) sebesar 4,13 ± 0,944 ton/ha/tahun, dengan produksi PK yang sama antara umur pemotongan 50 hari (P1) dengan 60 hari (P2), lalu meningkat pada umur pemotongan 70 hari (P3). Umur pemotongan tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap produksi segar, BK, BO dan PK. Kecernaan BK tertinggi didapat dari umur pemotongan 50 hari (P1) sebesar 64,61 ± 3,816%, dengan nilai kecernaan BK yang menurun seiring peningkatan umur pemotongan. ix Kecernaan BO tertinggi didapat dari umur pemotongan 50 hari (P1) sebesar 64,55 ± 3,925%, dengan nilai kecernaan BO yang menurun seiring peningkatan umur pemotongan. Umur pemotongan tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap kecernaan BK dan BO. Produksi BK yang dapat dicerna tertinggi didapat dari umur pemotongan 70 hari (P3) sebesar 27,43 ± 1,184 ton/ha/tahun, dengan nilai produksi BK yang dapat dicerna meningkat seiring peningkatan umur pemotongan. Produksi BO yang dapat dicerna tertinggi didapat dari umur pemotongan 70 hari (P3) sebesar 23,32 ± 1,070 ton/ha/tahun, dengan nilai produksi BO yang dapat dicerna meningkat seiring peningkatan umur pemotongan. Umur pemotongan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap produksi BK dan BO yang dapat dicerna. Dilihat dari rataan produksi per tahun dan rataan produksi yang dapat dicerna per tahun, maka umur pemotongan 70 hari merupakan umur pemotongan terbaik, karena pada umur tersebut didapatkan produksi BK, BO, PK dan produksi BK serta BO yang dapat dicerna dengan nilai tertinggi.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FPT/2016/29/051603283
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 636 Animal husbandry
Divisions: Fakultas Peternakan > Peternakan
Depositing User: Budi Wahyono Wahyono
Date Deposited: 29 Apr 2016 13:42
Last Modified: 20 Oct 2021 07:40
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/137909
[thumbnail of 0810550171_M._NUR_IKHSAN_JURNAL.pdf]
Preview
Text
0810550171_M._NUR_IKHSAN_JURNAL.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of 0810550171_M._NUR_IKHSAN_SKRIPSI.pdf]
Preview
Text
0810550171_M._NUR_IKHSAN_SKRIPSI.pdf

Download (3MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item