Hubungan Body Condition Score Terhadap Service Per Conception Dan Calving Interval Sapi Potong Peranakan Ongole Di Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan

Budiawan, Aditya (2014) Hubungan Body Condition Score Terhadap Service Per Conception Dan Calving Interval Sapi Potong Peranakan Ongole Di Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Keberhasilan usaha perkembangbiakan sangat terkait dengan tingkat produktifitas dan reproduksi. Banyak faktor yang mempengaruhi reproduksi diantaranya angka kawin per kebuntingan atau Service per Conception (S/C), jarak beranak atau Calving Interval (CI) dan penilaian kondisi tubuh atau Body Condition Score (BCS). Body Condition Score memiliki hubungan dengan reproduksi ternak, seperti kesuburan, kebuntingan, proses kelahiran, laktasi, semua akan mempengaruhi sistem reproduksi. Berbagai kelompok hewan bentuk tubuh (ukuran), usia, jenis kelamin dan keturunan juga akan memiliki pengaruh yang kuat pada sistem reproduksi, apabila ternak mempunyai bobot badan yang melebihi bobot badan ideal, ternak tersebut akan mengalami gangguan reproduksi dan penyakit metabolisme, sebaliknya apabila ternak memiliki bobot badan kurang dari ideal akan berdampak pada sistem reproduksi. Body Condition Score dapat dioptimalkan pada ternak dengan menstabilkan dan memberi pakan yang cukup serta perubahan bobot badan tidak semestinya sama untuk BCS pada semua periode. Body Condition Score adalah metode untuk memberi nilai kondisi tubuh ternak baik secara visual maupun dengan perabaan pada timbunan lemak tubuh dibawah kulit sekitar pangkal ekor, tulang punggung dan pinggul (Susilorini, Sawitri dan Muharlien, 2007). BCS digunakan untuk mengevaluasi manajemen pemberian pakan, menilai status kesehatan individu ternak dan membangun kondisi ternak pada waktu manajemen ternak yang rutin. BCS telah terbukti menjadi alat praktis yang penting dalam menilai kondisi tubuh ternak karena BCS adalah indikator sederhana terbaik dari cadangan lemak yang tersedia yang dapat digunakan oleh ternak dalam periode apapun. BCS perlu diketahui untuk peternakan sapi potong rakyat dalam menambah jumlah populasi ternak khususnya di wilayah Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan, karena hal tersebut seringkali dikesampingkan dalam manajemen pemeliharaan dan reproduksi serta memilih indukan sapi potong yang bagus. Menurut dinas peternakan Kabupaten Lamongan (2013) populasi ternak sapi potong sebanayak 96,714 ekor, sebanyak 3.315 ekor berada di Kecamatan Babat yang salah satunya terdiri dari sapi Peranakan Ongole (PO). Sapi PO memiliki beberapa keunggulan yaitu seperti daya adaptasi di iklim tropis yang tinggi, tahan terhadap panas, tahan terhadap gangguan parasit dan daya cerna yang baik terhadap pakan yang mengandung serat kasar yang tinggi. Namun disisi lain mempunyai laju pertumbuhan yang lambat (Astuti, 2004). Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan BCS terhadap angka kawin per kebuntingan atau Service per Conception (S/C) dan jarak beranak Calving Interval (CI) terhadap sapi PO . Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan. Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014. Penentuan lokasi dan sampel penelitian secara purposive sampling yaitu pemilihan subyek didasarkan atas ciri atau sifat-sifat tertentu yang sudah diketahui sebelumnya serta mengacu pada pengambilan sampel dengan sengaja untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Body Condition Score (BCS) terhadap angka kawin per kebuntingan dan jarak beranak di Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan. Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh peternak untuk memilih induk sapi yang mempunyai nilai BCS ideal sehingga efisien dan dapat menigkatkan produktifitas ternak. Selain itu juga sebagai acuan dalam pengembangan usaha sapi potong khusunya untuk meningkatkan populasi ternak di Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi potong betina sebanyak 100 ekor yang diambil secara acak yang terdapat di wilayah kerja inseminator Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan pengumpulan data primer dan sekunder, dengan mengambil sampel 100 ekor induk sapi PO. Pengambilan data primer dilakukan dengan cara pengamatan dan wawancara langsung dengan peternak menggunakan daftar pertanyaan yang tersedia, sedangkan data sekunder diperoleh dari petugas Inseminator. Variabel yang diamati meliputi BCS, angka kawin per kebuntingan, dan jarak beranak. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi dan regresi sederhana. Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa nilai S/C 1,13. Nilai CI 404,92 hari. Nilai persamaan regresi hubungan antara BCS dengan S/C Y=0,52+0,19X. Nilai koefisien determinasinya (R2) sebesar 21,9%. Nilai keeratan atau koefisien korelasi (r) sebesar 0,46. Nilai persamaan regresi hubngan BCS dengan CI Y=403,21+0,68X. Nilai koefisien determinasinya (R2) sebesar 0,6%. Nilai keeratan atau koefisien korelasi (r) sebesar 0,08. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Body Condition Score memiliki hubungan positif dan rendah terhadap S/C sehingga hanya menjelaskan 21,9% dari BCS. Body Condition Score memiliki hubungan positif dan sangat rendah terhadap CI sehingga hanya menjelaskan 0,6% dari BCS. Untuk meningkatkan efisiensi reproduksi pada induk sapi PO peternak diharapkan memperhatikan manajemen pemeliharaan seperti pakan, dan deteksi berahi yang tepat.

English Abstract

Study was carried at subdistrict Babat district Lamongan. The aim of this research was to determine the correlation of body condition score with service per conception and calving interval of Ongole cross breed female beef catle. The material used 100 heads of Ongole cross breed female beef catle. Samples were selected with purposive sampling. Data collection included primary and secondary data. Variables in primary data included the body condtion score (BCS), service per conception (S/C) and calving interval (CI). Data was analyzed by correlation and regression analysies. Results showed that BCS was postively and low related with S/C whereas it was postively and a lowest relationship with CI. Therefore, BCS was only explaned about 2.19% of S/C and 0.06% of CI

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FPT/2015/37/051501617
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 636 Animal husbandry
Divisions: Fakultas Peternakan > Peternakan
Depositing User: Budi Wahyono Wahyono
Date Deposited: 24 Feb 2015 14:39
Last Modified: 20 Oct 2021 03:40
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/137623
[thumbnail of SKRIPSI_Aditya_Budiawan_(105050100111160).pdf]
Preview
Text
SKRIPSI_Aditya_Budiawan_(105050100111160).pdf

Download (6MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item