Yulianto (2014) Performan Produksi Dan Estimasi Efek Heterosis Kambing Hasil Persilangan Boer Murni Dengan Peranakan Etawa (Pe) Generasi 1 Dan 2. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Penelitiandilaksanakan di LaboratoriumRisetFakultasPeternakanUniversitasBrawijaya yang bertempat di DesaSumberSekar, KecamatanDau, Kabupaten Malang padabulanMaret– April 2014. Dengantujuanmengamatiperforman produksi G1 dan G2 dengantetuanya, mengetahuiperforman produksipada G1 dan G2 untukkarakterberatlahir, berat sapih, pertambahan berat badan hariandanEstimasiefekheterosis. Materi yang digunakanadalahkambinghasil persilangan Boer murnidengankambinglokal (PE) pada generasi pertama (G1)sebanyak 15 ekor dan generasi kedua (G2)sebanyak 13 ekoryang telah mencapai umur sapih dan mempunyai databerat lahir. Data perhitungan berat lahir yang digunakan mulai tahun 2008-2014 sebanyak G1 51 ekor dan G2 29 ekor. Variabel yang diamati adalah berat lahir, berat sapih dan pertambahan berat badan harian.Analisis data dilakukansecaradeskriptif dan uji t tidak berpasangan. Hasilrata rataberatlahirkambinghasilpersilangan Boer dan PE untukkelompok G1 jantanadalah3.73± 0.83Kgdanbetina 3.29 ± 0.71kg. Sedangkanuntukkelompok G2 jantanadalah 3.60 ± 0.65kgdanbetina 3.47 ± 0.61 kg.Rata rataBeratSapihkambingpersilanganpadaumurterkoreksi 90 hari Boer dan PE padakelompok G1 jantanadalah12.13 ± 1.46kg vii danbetina 12.36 ± 3.14 kg, sedangkanpadakelompok G2 didapatkanberatsapihjantan 12.32 ± 2.10 kg, betina 12.50 ± 3.06 kg. PBBH kambinghasilpersilanganpada G1 dan G2 masingmasingadalah (jantan 50 gr/hari, betina 54 gr/hari) dan G2 (jantan 49 gr/hari, betina 39 gr/hari). Efekheterosisberatlahir G1lebihbesardibandingkan dengan G2, G1 memiliki keunggulan diatas rataan tetuanya (15,82%)sedangkan G2 (13,22 %). EfekheterosisberatsapihG1 memiliki rataan dibawah tetuanya lebih besar (-22,05 %) sedangkan G2(-14,65%). Efekheterosis PertambahanBeratBadanHarianG1 lebihbesardibandingkan dengan G2, G1 memiliki keunggulan diatas rataan tetuanya (0,53%)sedangkan G2 dibawah rataan tetuanya (-15,57 %). Kesimpulan dari penelitianini adalah kambing hasil persilangan G1 dan G2 pada penampilan produksi (berat lahir, berat sapih, dan PBBH) tidak berbeda nyata. Artinya program persilangan untuk mendapatkan hasil yang baik belum sepenuhnya berhasil dikarenakanpersilangan yang dilakukankemungkinanbelumstabilkarenasetiappersilanganhan yadilakukansatu kali danpengaruhdarifaktorlain seperti pemeliharaan yang samaantara kambinghasil persilangan dengan lokal. Efek heterosis bernilai positif pada parameter berat lahir dan PBBH sedangkan untuk berat sapih nilainya negatif. Saran yang diberikan adalahuntuk tujuan ternak niaga secara genetik sebaiknya persilangan dilakukan sampai pada generasi pertama saja karena memiliki keunggulan heterosis yang lebih tinggi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya yang bertempat di Desa SumberSekar, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang pada bulan Maret– April 2014. Dengan tujuan mengamati performan produksi G1 dan G2 Dengan tetuanya, mengetahui performan produksi pada G1 dan G2 untuk karakter berat lahir, berat sapih, pertambahan berat badan harian dan Estimasi efe kheterosis. Materi yang digunakan adalah kambing hasil persilangan Boer murni dengan kambing lokal (PE) pada generasi pertama (G1)sebanyak 15 ekor dan generasi kedua (G2)sebanyak 13 Ekor yang telah mencapai umur sapih dan mempunyai Data berat lahir. Data perhitungan berat lahir yang digunakan mulai tahun 2008-2014 sebanyak G1 51 ekor dan G2 29 ekor. Variabel yang diamati adalah berat lahir, berat sapih dan pertambahan berat badan harian.Analisis data dilakukan secara deskriptif dan uji t tidak berpasangan. Hasil rata rata berat lahir kambing hasil persilangan Boer dan PE untuk kelompok G1 jantan adalah3.73± 0.83Kgdan betina 3.29 ± 0.71kg. Sedangkan untuk kelompok G2 jantan adalah 3.60 ± 0.65kg dan betina 3.47 ± 0.61 kg.Rata Rata Berat Sapih kambing persilangan pada umur terkoreksi 90 hari Boer dan PE pada kelompok G1 jantan adalah12.13 ± 1.46kg Dan betina 12.36 ± 3.14 kg, sedangkan pada kelompok G2 Didapatkan berat sapih jantan 12.32 ± 2.10 kg, betina 12.50 ± 3.06 kg. PBBH kambing hasil persilangan pada G1 dan G2 Masing masing adalah (jantan 50 gr/hari, betina 54 gr/hari) dan G2 (jantan 49 gr/hari, betina 39 gr/hari). Efek heterosis berat lahir G1lebih besardibandingkan dengan G2, G1 memiliki keunggulan diatas rataan tetuanya (15,82%)sedangkan G2 (13,22 %). Efekheterosis beratsapihG1 memiliki rataan dibawah tetuanya lebih besar (-22,05 %) sedangkan G2(-14,65%). Efe kheterosis PertambahanBeratBadanHarianG1 lebihbesardibandingkan dengan G2, G1 memiliki keunggulan diatas rataan tetuanya (0,53%)sedangkan G2 dibawah rataan tetuanya (-15,57 %). Kesimpulan dari penelitianini adalah kambing hasil persilangan G1 dan G2 pada penampilan produksi (berat lahir, berat sapih, dan PBBH) tidak berbeda nyata. Artinya program persilangan untuk mendapatkan hasil yang baik belum sepenuhnya berhasil dikarenakanpersilangan yang dilakukankemungkinanbelumstabilkarenasetiappersilanganhan yadilakukansatu kali danpengaruhdarifaktorlain seperti pemeliharaan yang samaantara kambinghasil persilangan dengan lokal. Efek heterosis bernilai positif pada parameter berat lahir dan PBBH sedangkan untuk berat sapih nilainya negatif. Saran yang diberikan adalahuntuk tujuan ternak niaga secara genetik sebaiknya persilangan dilakukan sampai pada generasi pertama saja karena memiliki keunggulan heterosis yang lebih tinggi.
English Abstract
Research was conducted at Sumber Sekar field laboratorium of Animal Husbandry Faculty of Brawijaya University on Maret-April 2014. This researsch aimed to determine performance of production and estimation of heterosis effect of G1 and G2. This reserach used 15 individu of first generation goat (G1) and 13 individu of second generation (G2) which were resulted from cross breeding natural Boer between local goat. Counting Data of Weight born that was used started from 2008-2014 were 51 individu of G1 and 29 Individu of G2. Observed variabel in this reserach were born weight, cow weight and daily weight gain. Data analysis was conduted by using descriptif method and uncomplementer student t test method. Average of born weight result of cross breeding between Boer and PE for G1 group was 3.73±0.83kg for male and was 3.29±0.71 for female. Whereas for G2 group was 3.60±0.65kg for male and was 3.47±0.61 kg for female. Average cow weight of cross breeding between Boer and PE in 90 day life in G1 group was 12.13±1.46kg for male and 12.36±3.14kg for female, whereas in G2 group was 12.32±2.10kg for male and 12.50±3.06kg for female. PBBH goat result of cross breeding of G1 was 50g/day for male and 54g/day for female, whereas G2 was 49g/day for male and was 39 g/day for female. Heteroses effect of born weight on G1 was greater compare with G2. G1 has supperiority above its elder average (15,82%) whereas G2 (13,22%). Heterosis effect of cow weight on G1 has average below of its elder (-22,05%) whereas G2 (-14,65%). Hereosis effect of daily body weigth gain on G1 was greater compare with G2, G1 has superiority above its elder (0,53%) whereas G2 below its elder (-15,57%). Conclusion form this reserach is G1 and G2 goat result of cross breeding in production performance (born weight, cow weight and PBBH) was not significant different.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FPT/2014/215/051406553 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 636 Animal husbandry |
Divisions: | Fakultas Peternakan > Peternakan |
Depositing User: | Budi Wahyono Wahyono |
Date Deposited: | 08 Oct 2014 10:47 |
Last Modified: | 20 Oct 2021 03:33 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/137194 |
Text
Skripsi_Yulianto_PDF.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) |
Actions (login required)
View Item |