Pengaruh Posisi Mata Tempel Pada Keberhasilan Okulasi Beberapa Varietas Jeruk Keprok (Citrus Reticulata)

Musthofa, Mochammad Insan (2018) Pengaruh Posisi Mata Tempel Pada Keberhasilan Okulasi Beberapa Varietas Jeruk Keprok (Citrus Reticulata). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Tanaman jeruk banyak dibudidayakan di Indonesia karena memiliki iklim yang sesuai dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Produksi tanaman jeruk pada tahun 2014 mencapai 1.785.264 ton/tahun, sedangkan pada tahun 2015 produksi tanaman jeruk mengalami penurunan sebesar 40.925 ton/tahun (BPS, 2016). Hal tersebut disebabkan karena serangan hama dan penyakit, dan berkurangnya ketersediaan lahan budidaya tanaman jeruk akibat alih fungsi lahan menjadi bangunan. Penurunan produksi tanaman jeruk lokal di Indonesia membuat jeruk impor semakin mudah masuk ke dalam negeri. Laju impor yang tidak terkendali menyebabkan jeruk impor dengan mudah masuk ke Indonesia sehingga mengakibatkan jeruk lokal semakin sulit ditemukan di pasar tradisional dan pasar modern. Salah satu teknik perbanyakan tanaman jeruk yang banyak dilakukan di Indonesia yaitu dengan okulasi. Okulasi yaitu menggabungkan sifat unggul yang terdapat pada batang atas dengan sifat unggul yang terdapat pada batang bawah. Okulasi dilakukan dengan menempelkan mata tunas yang diambil dengan sedikit kulitnya dari cabang entres pohon induk, kemudian mata tunas ditempelkan ke batang bawah yang telah disayat kulitnya. Di Indonesia, okulasi merupakan cara yang lebih dianjurkan untuk meningkatkan produksi tanaman jeruk secara komersial. Perbanyakan dengan okulasi diantaranya tanaman berproduksi lebih cepat dan hasil produksi dapat sesuai dengan keinginan tergantung batang atas yang digunakan. Kendala yang sering terjadi dalam pelaksanaan okulasi adalah terjadinya dormansi atau tidak tumbuhnya hasil okulasi pada beberapa tanaman. Hal ini disebabkan terjadinya ketidakseimbangan hormon, laju pertumbuhan tunas ditentukan oleh keseimbangan hormonal pada tempat penempelan tunas. Makin keras batang bawah, sel-sel kambium makin kurang aktif sehingga pertumbuhan tunasnya juga lambat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui posisi mata tempel terbaik pada setiap varietas untuk menghasilkan bibit yang baik, untuk mengetahui perbedaan pada pertumbuhan bibit dengan posisi mata tempel yang berbeda dan untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan pada setiap varietas yang ditanam. Hipotesis dari penelitian ini adalah diduga setiap varietas membutuhkan posisi mata tempel yang berbeda guna menghasilkan bibit yang baik, diduga mata tempel yang berbeda posisi memberikan pertumbuhan bibit yang berbeda, varietas yang berbeda mempunyai pertumbuhan bibit yang berbeda pula. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2017 hingga Desember 2017 di Kebun Percobaan Tlekung Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) dengan suhu udara 23ºC ketinggian tempat 950 mdpl. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau atau cutter, gunting pangkas, plastik, tali rafia, tisu, jangka sorong, kertas label. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alkohol 70%, batang bawah Japanschecitroen dan batang atas jeruk keprok Batu 55, jeruk keprok SoE, jeruk keprok Terigas, dan jeruk keprok Tejakula. Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF) untuk melihat adanya pengaruh perlakuan. Terdiri dari dua faktor, yaitu faktor posisi mata tempel dan faktor varietas jeruk keprok. Penelitian ini menggunakan 12 kombinasi perlakuan. Masing – masing kombinasi perlakuan diulang sebanyak 4 ulangan sehingga didapat 48 satuan percobaan. Pada setiap satuan percobaan terdapat 3 tanaman, sehingga total tanaman yang digunakan sebanyak 144 tanaman. Variabel pengamatan dalam penelitian yaitu presentase keberhasilan okulasi, kecepatan pecahnya mata tunas, panjang tunas, jumlah daun per tunas, diameter batang tunas, diameter batang bawah. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat interaksi antara perlakuan posisi pengambilan mata tempel dengan perlakuan varietas. Keberhasilan okulasi tidak dipengaruhi oleh letak mata tempel pada semua varietas.

English Abstract

Citrus crops cultivated in Indonesia, due appropriate climate and have a high economic value. The citrus crop production in 2014 reached 1,785,264 tons/year, while in the year 2015 citrus crop production decreased by 40,925 tons/year (BPS, 2016). It due to pest and disease attack, and due to land over the function of the building. The decline in the local citrus crop production in Indonesia to make citrus imports easier entry into the country. The rate of uncontrolled imports led to the import of citrus with easy entry into Indonesia resulting in increasingly difficult local Orange found in traditional markets and modern markets. Conducted one of the techniques of multiplication citrus plant that much done in Indonesia with budding. Combine the budding that is found on the scion position with Japansche citroen used as rootstock. In Indonesia, budding is the way it is recommended to increase the production of citrus plants commercially. Duplication with the budding of which plants produce faster results and production can be liking depending upon the rod being used. Constraints that often occur in the implementation of budding is the onset of dormancy or not growing results at some plants. This is due to the onset of hormonal imbalance, the rate of growth of shoots was determined by the hormonal balance in place snapping shoots. The purpose of this research is to know the best eye scion position on each of the varieties to produce good seedlings, to tell the difference on the growth of seedlings with different eye scion position and to know the difference growth in each of the varieties planted. The hypothesis of this research is suspected of any varieties require different eye sciob position to produce good seedlings, eye scion positions give different seedling growth, different varieties have the growth of the seedlings. This research was carried out in August 2017 until December 2017 at the Indonesian Citrus And Subtropical Fruits Research Institute (ICSFRI) in Batu and air temperature 23°C height 950 mdpl. Tools used in this research is the knife or cutter, scissors, rope, plastic, digital camera, neraca, stationery. The materials used in the study of alcohol 70%. The rootstock stem and top citroen mandarin Batu Mandarin 55, mandarin SoE, mandarin Terigas and mandarin Tejakula. Methods this study used a Factorial Randomized Block Design to see the influence of the treatment. Comprised of two factors, factors position the eye scion and the varieties of Mandarin. This research uses 12 combination treatment. Each treatment combination is repeated as many as 4 replication so obtained 48 units of the experiment. On each unit of experimental plants, thus there are three total plant used as many as 144 plants. Variable observations in research namely percentage success of budding, speed eye scion rupture , length shoots, the number of leaves per shoot, top stem diameter, rootstock diameter.There is no significant interaction between the positions and treatment varieties. The success of the budding more determined by the quality of the entres and technicians of budding. The success of budding is not affected by the position of the eye scion on all varieties.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2018/787/051810680
Uncontrolled Keywords: Okulasi, Metode Tanam, Tanaman Buah-buahan, Jeruk Keprok, Citrus Reticulata
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 634 Orchards, fruits, forestry > 634.04 Cultivation, harvesting, related topics of orchards, of fruits, of trees > 634.044 1 Grafting (Fruit crops)
Divisions: Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 08 Mar 2019 01:55
Last Modified: 19 Oct 2021 16:04
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/13588
[thumbnail of MOCHAMMAD INSAN MUSTHOFA.pdf]
Preview
Text
MOCHAMMAD INSAN MUSTHOFA.pdf

Download (4MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item