Pengaruh Kualitas Air Terhadap Komunitas Fitoplankton dan Jaringan Otot Ikan Bandeng (Chanos Chanos Forsk.) pada Tambak Ikan Bandeng di Desa Kupang Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo

Aditia, Dito (2016) Pengaruh Kualitas Air Terhadap Komunitas Fitoplankton dan Jaringan Otot Ikan Bandeng (Chanos Chanos Forsk.) pada Tambak Ikan Bandeng di Desa Kupang Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Desa Kupang merupakan salah satu wilayah pesisir Kabupaten Sidoarjo yang telah dikenal sebagai penghasil ikan bandeng. Budidaya ikan bandeng mengalami permasalahan yaitu eutrofikasi, pakan alami yang sulit tumbuh, dan penyakit. Pola budidaya polikultur ikan bandeng dan rumput laut (Gracilaria verrucosa) muncul sebagai solusi alternatif karena dianggap memperbaiki kualitas air dan ikan bandeng. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kualitas air terhadap komunitas fitoplankton dan jaringan otot ikan bandeng (Chanos chanos Forsk.), serta menentukan pola budidaya yang baik untuk budidaya ikan bandeng di wilayah setempat. Penelitian ini dilaksanakan bulan Juli—Agustus 2015, di tambak Dusun Tanjungsari, Desa Kupang, Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo. Analisis kualitas air dan fitoplankton dilakukan di Laboratorium Lingkungan dan Bioteknologi Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang. Analisis jaringan otot ikan bandeng dilakukan di Laboratorium Anatomi Rumah Sakit Syaiful Anwar Malang. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif. Pengukuran kualitas air dilakukan bersamaan dengan pengambilan sampel air, fitoplankton, dan otot ikan bandeng (nener) sebanyak 3 kali pengambilan selama minggu ke 1—3. Lokasi pengambilan sampel yaitu tambak 1 (monokultur ikan bandeng) dan tambak 2 (polikultur ikan bandeng dan rumput laut Gracilaria verrucosa). Analisis data fitoplankton meliputi kelimpahan (N), kelimpahan relatif (KR), indeks keanekaragaman (H’), dan indeks dominasi (C). Analisis jaringan otot ikan bandeng dilakukan dengan mengamati keadaan jaringan otot ikan bandeng di mikroskop, kemudian dideskripsikan. Hasil analisis kualitas air menunjukkan bahwa parameter yang tergolong diluar nilai optimum di tambak 1 yaitu kecerahan, pH, karbondioksida, orthofosfat, salinitas dan TOM, sedangkan di tambak 2 yaitu orthofosfat dan salinitas. Fitoplankton yang ditemukan berjumlah 24 taksa, yang terdiri dari 3 divisi yaitu Chlorophyta (13 genus), Chrysophyta (9 genus), dan Cyanophyta (2 genus). Kelimpahan fitoplankton tambak 1 (2844 ind/ml) dan tambak 2 (2940 ind/ml) tergolong sedang. Komposisi fitoplankton tambak 1 yaitu Cyanophyta (40,02%), Chrysophyta (33,42%) dan Chlorophyta (26,54%), sedangkan tambak 2 yaitu Chrysophyta (47,32%), Chlorophyta (36,18%) dan Cyanophyta (16,50%). Cyanophyta kurang cocok dimakan ikan bandeng, sedangkan Chrysophyta dan Chlorophyta cocok dimakan ikan bandeng, sehingga ketersediaan pakan alami di tambak 2 banyak yang sesuai untuk budidaya ikan bandeng dibandingkan tambak 1. Indeks keanekaragaman rata-rata fitoplankton tambak 1 (3,133) dan tambak 2 (2,531) tergolong sedang, artinya ekosistem perairan dalam kondisi cukup stabil. Indeks dominasi rata-rata fitoplankton tambak 1 (0,133) dan tambak 2 (0,168) tergolong rendah, artinya tidak ada kecenderungan dominasi salah satu spesies fitoplankton. Hasil analisis jaringan otot ikan bandeng menunjukkan kondisi jaringan otot ikan bandeng di tambak 1 terserang nekrosis koagulasi, yang ditandai dengan perenggangan serabut otot. Hal ini disebabkan karena racun Microcystin-LR yang terkandung dalam Cyanophyta yang dimakan ikan bandeng dan bahan-bahan organik toksik, sedangkan kondisi jaringan otot ikan ii bandeng di tambak 2 normal. Hal ini disebabkan karena ikan bandeng banyak memakan Chrysophyta dan Chlorophyta yang memiliki kandungan gizi, serta kualitas air yang lebih baik di tambak 2. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kualitas air pada tambak 1 memberikan pengaruh bagi komunitas fitoplankton yaitu mendukung banyak tersedianya Cyanophyta beracun yang dapat dimakan oleh ikan bandeng, sehingga membuat jaringan otot ikan bandeng terserang nekrosis koagulasi, sedangkan kualitas air pada tambak 2 memberikan pengaruh bagi komunitas fitoplankton yaitu mendukung banyak tersedianya Chrysophyta dan Chlorophyta bergizi yang dapat dimakan ikan bandeng, sehingga membuat jaringan otot ikan bandeng dalam kondisi normal, kemudian pola budidaya yang baik terdapat pada tambak 2 yaitu dengan pola budidaya polikultur ikan bandeng dan rumput laut (Gracilaria verrucosa), hal ini dikarenakan parameter kualitas air, fitoplankton, dan jaringan otot ikan bandeng yang lebih baik dibandingkan tambak 1. Saran yang dapat diberikan adalah petambak ikan bandeng di wilayah setempat sebaiknya memperhatikan sumber air yang digunakan untuk tambak dengan cara membuat alat penyaring (filter) dan tandon pengendapan air di pintu masuk air (inlet) tambak, melakukan pengecekan rutin terhadap beberapa parameter kualitas air seperti suhu, kecerahan, oksigen terlarut, dan TOM, serta mengutamakan penerapan pola budidaya polikultur ikan bandeng dan rumput laut (Gracilaria verrucosa) karena terbukti dapat memperbaiki kualitas air dan kondisi jaringan otot ikan bandeng yang dibudidayakan.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FPR/2016/91/051603715
Subjects: 300 Social sciences > 333 Economics of land and energy > 333.9 Other natural resources > 333.91 Water and lands adjoining bodies of water
Divisions: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Manajemen Sumberdaya Perairan
Depositing User: Indah Nurul Afifah
Date Deposited: 02 May 2016 14:49
Last Modified: 20 Oct 2021 14:27
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/135630
[thumbnail of LAPORAN_SKRIPSI_DITO_ADITIA.pdf]
Preview
Text
LAPORAN_SKRIPSI_DITO_ADITIA.pdf

Download (6MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item