Analisis Sitogenik Kerbau Lumpur (Swamp Buffalo) Jantan Dan Betina Di Wilayah Malang

Dwijaya, Nur Oktavia (2018) Analisis Sitogenik Kerbau Lumpur (Swamp Buffalo) Jantan Dan Betina Di Wilayah Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Kerbau merupakan salah satu ternak potensial di kembangkan di Indonesia namun jumlahnya mengalami kenaikan dan penurunan. Perkawinan silang banyak dilakukan di tingkat peternak (inbreading maupun crossbreading) sehingga diperlukan analisis lebih lanjut untuk melihat pada tingakat gen. Karyotyping merupakan metode untuk menganalisa struktur, bentuk, jumlah kromosom dan mengetahui ada tidak kelaina pada kromosom kerbau. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif eksploratif. Tahapan proses karyotyping yaitu (1) preparasi dan kultur darah, (2) pemanennan hasil kultur darah, (3) perlakuan hipotonik dan fiksasi sel, (4) pembuatan preparat, (5) pewarnaan G-Banding, dan (6) analisa kromosom kerbau. Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada standarkaryotyping kerbau lumpur, analisa kromosom menggunakan sampel darah dengan pewarnaan GBanding. Hasil pengamatan kemudian di analisis menggunakan tool complete band karyotyping system/cytovisionimage ver 4.5.1, kemudian ditata secara manual berdasarkan letak sentromer, ukuran kromosom dan sesuai idiogram. Selain pengamatan kromosom juga dilakukan pengamatan secara fenotip kerbau lumpur jantan dan betina yang meliputi: warna kulit, bentuk tanduk dan warna kaki. Kerbau lumpur jantan dan betina memiliki warna kulit abu-abu kehitaman, bentuk tanduk lancip mengarah keatas dan warna kaki yang lebih terang dari pada badan. Analisis Karyotyping menunjukkan 3 kategori yaitu sel tidak pecah, sel pecah dengan spreading bagus dan sel pecah dengan spreading tidak bagus. Persentase dari keseluruhan di temukan jumlah sel yang tidak pecah lebih banyak dari pada yang lain yaitu pada kromosom kerbau jantan terdapat 98. 26 % sel yang tidak pecah, 1. 29% sel pecah dengan dengan spreading bagus, dan 0. 43 % sel pecah dengan sreading tidak bagus. Sedangkan kromosom kerbau betina menunjukkan 95. 16 % sel tidak pecah, 1. 61 % sel pecah dengan spreading tidak bagus dan 3. 22% sel pecah dengan spreading bagus. Sel kromosom yang di kultur tidak semua menghasilkan spreading bagus karena berbagai hal: yaitu terjadi kesalahan saat kultur, faktor infeksi ataupun faktor imun terhadap bahan kimia yang bersifat toksik. Bentukautosom kerbau jantan dan betina sama yaitu terdiri dari 4 metasentrik besar, 4 akrosentrik besar, 2submetasentrik besar dan 36 telosentrik kecil sedangan genosome kromosom X telosentris besar dan genosom kromosom Y telosentris paling kecil. Kesimpulan dari penelitian ini adalah, kromosom kerbau lumpur (Swamp buffalo) jantan dan betina menunjukkan jumlah kromosom 48 (2n) yang terdiri dari autosom (4 metasentrik besar, 4 akrosentrik besar, 2 submetasentrik besar dan 36 telosentrik kecil) dan genosom kromosom X telosentris besar dan genosom kromosom Y telosentris paling kecil. Berdasarkan analisis diatas tidak ditemukan kromosom yang berbeda dengan standar idiogram.

English Abstract

Karyotyping was a method for analyzing chromosomes. Sample buffalo taken in the area of Malang was done randomly (random simple sampling). The stages of karyotyping are: (1) preparation and blood culture, (2) harvesting of blood, (3) hypotonic treatment and cell fixation, (4) preparing, (5) G-Banding staining and (6) chromosome analysis. The analysis result showed 3 categories ie cell not broken, spreading good and spreading not good. The percentage of the total was found in the number of cells that did not break more than the other on the male buffalo chromosome 98.26% unbroken cell, 1. 29% good spreading cells, and 0.43% sreading not good. While female buffalo chromosome showed 95. 16% cell did not break, 1. 61% spreading not good and 3. 22% good spreading. cultured chromosome cells do not all produce goodspreading due to various things: errors during culture, infectious factors or immune factors against toxic chemicals. Spreading chromosomes are not the same because of many things: Autosomal forms of male and female buffalos are the same consisting of 4 large metacentric, 4 large acrocentric, 2 large submetacentrics and 36 small telocentric inhibitors of large telocentric X chromosome genomes and the smallest telocentric Y chromosome genome. The conclusions of this study were male and female buffalo chromosome (swamp buffalo) indicating 48 (2n) chromosomal counts consisting of autosomes (4 large metacentric, 4 large acrosentric, 2 large subcytic and 36 small telocentric) and a large telocentric X chromosome genome and the smallest telocentric Y chromosome genome. Based on the above analysis is not found chromosome abnormalitas.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FPT/2018/475/051808949
Uncontrolled Keywords: Karyotyping, G-Banding and spreading.
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 636 Animal husbandry > 636.2 Cattle and related animals > 636.29 Other larger ruminants and Camelidae > 636.293 Other Bovoidea
Divisions: Fakultas Peternakan > Peternakan
Depositing User: soegeng sugeng
Date Deposited: 19 Feb 2019 03:04
Last Modified: 23 Oct 2021 04:38
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/13545
[thumbnail of Nur Oktavia Dwijaya.pdf]
Preview
Text
Nur Oktavia Dwijaya.pdf

Download (3MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item