Perubahan Budaya Larung Sesajidanpetik Laut Dalam Perspektif Kearifan Lokal Pantai Tambakrejo Kecamatan Wonotirto Kabupaten Blitar Jawa Timur

Fenniar, Yhaki (2015) Perubahan Budaya Larung Sesajidanpetik Laut Dalam Perspektif Kearifan Lokal Pantai Tambakrejo Kecamatan Wonotirto Kabupaten Blitar Jawa Timur. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Indonesia adalah suau bangsa yang besar karena kaya akan sumber daya alam, masyarakat dan budaya yang beraneka ragam. Indonesia juga dikenal sebagai potensi kebudayaan yang unik dan sakral, yang sebagian besar sudah menjadi kepercayaan ataupun tradisi bagi masyarakatnya. Seperti hubungan masyarakat dengan Tuhan Yang Maha Esa, masyarakatnya dengan alam dan juga hubungan masyarakatnya dengan masyarakat lain. Kebudayaan yang menjadi sorotan yang ada pada bangsa Indonesia salah satu contohnya adalah budaya yang memiliki ciri khas tersendiri yaitu budaya larung sesaji, budaya petik laut, budaya sedekah bumi. Budaya tersebut oleh masyarakat pesisir maupun kelompok nelayan digunakan untuk membentuk suatu kelompok yang arif dalam hal kerjasama dan serta merta gotong royong. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini antara lain : mendiskripsikan makna antara larung sesaji dan petik laut, nilai budaya yang terdapat dalam upacara larung sesaji dan petik laut pada masyarakat pesisir Pantai Tambakrejo, perubahan pelaksanaan upacara larung sesaji dan petik laut yang berkaitan dengan sistem pelaksanaan serta budaya tersebut dijadikan suatu adat tradisi, dan bisa dikatakan sebagai suatu atraksi pertunjukkan dan sebagai sumber pendapatan. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April 2015. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan meliputi data : data sekunder dan data primer. Pengumpulan data dilakukan cara wawancara, observasi, dokumentasi, serta pengambilan dat dengan menggunakan purposive sampling dengan menggunakan kajian etnografi. Pada Pantai Tambakrejo sudah sangat dikenal dikenal dengan pereyaan yang dilaksanakan setiap tahunnya dua kali perayaan, yaitu larung sesaji yang dikenal sebagai perayaan 1 suro’ tradisi yang masih dianggap sakral, sedangkan petik laut yang dikenal dengan pesta rakyat masyarakat pesisir Pantai Tambakrejo. Meskipun memasuki di zaman yang modern, tetapi kedua perayaan tersebut tetap masih terjaga dan masih dianggap sakral meskipun sebagian dari msyarakat pesisir ada yang mengatakan perayaan tersebut hanyalah hiburan. Diantara kedua perayaan tersebut, juga tidak mengubah makna dari perayaan pelarungan. Larung sesaji dan petik laut meskipun mempunyai nama yang berbeda, dalam penggunaan simbol dan kepemilikan acara tetapi maknanya sama yaitu meminta dan rasa syukur atas hasil yang melimpah saat melaut. Antara larung sesaji dan petik laut juga memiliki simbol kepemimpinan yang berbeda yaitu larung sesaji menggunakan kepala hewan sapi, sedangkan petik laut menggunakan kepala hewan kambing kendit. Simbol tersebut mempunyai arti yang sama, hanya saja semuanya bergantung pada dana yang telah diperoleh. Larung sesaji memperoleh dana yang cukup besar karena dibantu oleh beberapa pihak dari pemerintah dan sponsor, sedangkan petik laut bisa dikatakan tidak ada dana dari pemerintah yang ikut campur karena petik laut merupakan acara khusus untuk nelayan, atau nadzar masyarakat nelayan jadi dana yang diperoleh dari para nelayannya dan sumbangan masyarakat sekitaran Pantai Tambakrejo. Budaya pelarungan ini, bisa dikatakan sebagai suatu kearifan lokal. Dikarenakan saat sebelum pelaksaan acara pelarungan para nelayan dihimbau agar tidak ada yang melaut selama ± 3 hari, hal ini juga sebagai pedoman atau batasan untuk para nelayan agar tidak ada aktifitas penangkapan yang berlebihan supaya sumber daya perikanan juga dapat dijaga dan ikan pelagis yang masih berumuran kecil-kecil tetap dilestarikan. Disisi lain budaya ini bisa dipandang sebagai suatu bentuk kearifan lokal, dari memanfaatkan waktu yang ada yang dimana saat nelayan tersebut tidak diperkenankan melaut mereka bisa menggunakan waktunya untuk saling bergotong royong dalam mempersiapkan segala yang dibutuhkan saat perayaan pelarungan yaitu dengan cara menghias perahu, membantu untuk kebutuhan sesajen. Tradisi pelarungan ini juga memilki dampak positif untuk masyarakat nelayan saat nelayan hendak melaut, mereka bisa berdagang aneka makanan ringan, menjual segala olahan makanan olahan dari ikan, bisa membuka area parkiran. Hasil yang di raih saat pelarungan dibandingkan hari-hari biasa, sangat menguntungkan saat pelarungan konsumsi para wiatawan lokal sangat membantu ekonomi masyarakat yang berdagangan dan bisa digunakan sebagai sampingan kerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Jadi, agar dapat membangun desa pesisir yang lebih baik ada saran yang dapat diberikan yaitu 1. Bagi Pemerintah, lebih meningkatkan informasi mengenai saat pelaksanaan perayaan larung sesaji dan petik laut melalui website Budaya Kabupaten Blitar bisa sebagai suatu informasi bagi wisatawan yang ada di luar Pantai Tambakrejo. Serta diadakannya penyuluhan kebersihan bagi masyarakat maupun pengunjung, serta dipebanyaknya suatu fasilitas tempat sampah lebih diperbanyak. Karena masih terdapat sampah yang tidak ramah lingkungan seperti pampers bayi, hal ini bisa lebih diperhatikan lagi. 2. Bagi Masyarakat, sebagai generasi muda msyarakat lebih menjaga suatu kelestarian budaya dan tradisi yang sudah diyakini. Supaya budaya tersebut dapat dikenalkan dan sebagai titik poin kemajuan terhadap para wisatawan. Untuk masyarakat pesisir serta pengunjung pantai akan lebih baiknya juga sadar pada lingkungan sekitaran pantai agar tetap terjaga dan bersih. Masih banyak sampah-sampah yang tidak bisa hancur berserakkan sangat mengganggu pandangan sekitaran pantai. 3. Bagi Akademisi, meningkatkan informasi dan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai perubahan dan perkembangan tradisi upacara pelarungan larung sesaji dan petim laut untuk tahun-tahun berikutnya.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FPR/2015/443/ 051505751
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 639 Hunting, fishing & conservation > 639.2 Commercial fishing, whaling, sealing
Divisions: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Sosial Ekonomi Agrobisnis Perikanan
Depositing User: Kustati
Date Deposited: 25 Aug 2015 13:28
Last Modified: 25 Aug 2015 13:28
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/134305
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item