Aziza, Mar`atul (2015) Pengaruh Ketinggian Air yang Berbeda Terhadap Kadar Hemosit THC (Total Haemocyte Count) dan DHC (Differential Haemocyte Count) pada Tiram (Crassostrea iredalei) dalam Bak-bak Percobaan. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Tiram merupakan hewan bentik yang sessile, yang selalu terkena perubahan pasang surut. Hemosit merupakan kebutuhan utama dalam sistem pertahanan tubuh tiram dan salah satu jenis tiram yang ada di Indonesia adalah tiram (Crassostrea iredalei). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh ketinggian air yang berbeda terhadap kadar hemosit tiram (C. iredalei) meliputi THC (Total Haemocyte Count) dan DHC (Differential Haemocyte Count). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2015 dengan sampel tiram diambil dari Perairan Desa Campurejo, Panceng, Gresik. Tiram di laboratorium direndam dengan ketinggian air yang berbeda yaitu 0 cm, 35 cm dan 70 cm selama 12 jam. Sebagai kontrol digunakan tiram tanpa perlakuan perendaman yang langsung diamati kadar hemositnya. Tiram perlakuan kemudian diamati kadar hemositnya. Disamping itu juga dilakukan pengukuran kualitas air pada air media perendaman meliputi suhu, pH, salinitas, oksigen terlarut dan bahan organik total. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rata-rata THC tiram sebelum direndam di laboratorium 38,2 x 104 sel/ml, sedangkan tiram perlakuan ketinggian air 0 cm, 35 cm dan 70 cm berturut-turut adalah 10,4 x 104 sel/ml, 13,4 x 104 sel/ml dan 17,6 x 104 sel/ml. THC tiram perlakuan lebih rendah dibandingkan tiram tanpa perlakuan perendaman karena media yang digunakan pada tiram perlakuan adalah air laut steril. Pengamatan DHC yaitu sel hyalinosit dan sel granulosit tiram sebelum direndam di laboratorium diperoleh 52% dan 48%, sedangkan tiram perlakuan ketinggian air 0 cm, 35 cm dan 70 cm diperoleh sel hyalinosit 72%, 65% dan 61%, dan sel granulosit 28%, 35% dan 39%. Sel hyalinosit tertinggi diperoleh pada ketinggian air 0 cm karena tidak adanya tekanan dari media air laut, sedangkan sel granulosit tertinggi diperoleh pada ketinggian air 70 cm karena tekanan air lebih tinggi dibandingkan pada 35 cm dan 0 cm. Hasil penelitian ini menunjukkan ketinggian air tidak berpengaruh secara nyata terhadap kadar hemosit tiram, namun THC mengalami peningkatan dengan bertambahnya ketinggian air karena semakin tinggi air maka semakin tinggi pula tekanan yang diterima oleh tubuh tiram. Nilai DHC yaitu sel hyalinosit mengalami penurunan dan sel granulosit mengalami peningkatan. Sel granulosit merupakan salah satu parameter peningkatan ketahanan tubuh tiram. Persentase sel hyalinosit lebih tinggi dibandingkan sel granulosit menunjukkan tiram lebih banyak melakukan pengenalan terhadap benda asing yang ada di perairan Desa Campurejo. Analisis kualitas air masih dalam batas toleransi kehidupan tiram yaitu suhu diperoleh 25°C – 31°C, pH 8 – 8,5, salinitas 34 ppt – 36 ppt, oksigen terlarut 5,4 mg/l – 7,84 mg/l dan bahan organik total 18,33 mg/l – 48,03 mg/l. Tekanan pada tiram lebih tinggi saat air pasang menyebabkan pertahanan tiram meningkat, menunjukkan terjadi peningkatan dalam kemampuan memfagositosis benda asing sehingga perlu dilakukan perendaman pada tiram yang diduga berasal dari perairan tercemar dengan air yang tidak tercemar sebelum dikonsumsi untuk mengurangi kadar benda asing dalam tubuh tiram.
| Item Type: | Thesis (Sarjana) |
|---|---|
| Identification Number: | SKR/FPR/2015/363/051505671 |
| Subjects: | 300 Social sciences > 333 Economics of land and energy > 333.9 Other natural resources > 333.91 Water and lands adjoining bodies of water |
| Divisions: | Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Manajemen Sumberdaya Perairan |
| Depositing User: | Budi Wahyono Wahyono |
| Date Deposited: | 25 Aug 2015 12:36 |
| Last Modified: | 20 Oct 2021 04:24 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/134215 |
Preview |
Text
LAPORAN_SKRIPSI_-_MAR'ATUL_AZIZA_115080113111003_MSP.pdf Download (3MB) | Preview |
Actions (login required)
 |
View Item |