Pendugaan Produktivitas Primer Perairan Menggunakan Metode Klorofil-A Dan Pendekatan Pengolahan Citra Satelit Modis Aqua Di Perairan Pantai Kota Probolinggo Jawa Timur

Saraswati, AisyaYudira (2015) Pendugaan Produktivitas Primer Perairan Menggunakan Metode Klorofil-A Dan Pendekatan Pengolahan Citra Satelit Modis Aqua Di Perairan Pantai Kota Probolinggo Jawa Timur. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Perkembangan budidayaAir sebagai komponen lingkungan hidup akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh komponen lainnya dimana air yang kualitasnya buruk akan mengakibatkan lingkungan hidup menjadi buruk pula sehingga penurunan kualitas air akan menurunkan daya guna, hasil guna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung dari sumberdaya air yang pada akhirnya akan menurunkan kekayaan sumberdaya alam. Faktor pemanfaatan suatu perairan antara lain ditentukan oleh tingkat kesuburan perairan dengan mengukur kelimpahan produsen primer yang terdapat di perairan. Banyaknya aktivitas manusia di Kota Probolinggo dapat menaikkan atau bahkan menurunnya produktifitas primer perairan. Dalam proses fotosintesis peranan penting ada pada klorofil-a sehingga terdapat hubungan antara produktivitas primer dengan klorofil-a. Untuk mengetahui kadar klorofil-a yang kemudian dapat menentukan produktivitas primer perairan dapat menggunakan teknologi penginderaan jarak jauh dengan satelit. Penginderaan jauh mempunyai kemampuan yang tinggi untuk menganalisa areal yang luas dan sulit ditempuh dengan cara konvensional dalam waktu yang singkat. Penginderaan jauh (remote sensing) merupakan teknologi yang dapat digunakan untuk memperoleh informasi dari suatu wilayah yang akurat dan cepat melalui citra satelit tanpa kontak langsung dengan obyek yang selanjutnya diolah dengan menggunakan fasilitas Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian dilaksanakan pada Bulan April sampai Mei tahun 2014 yang bertujuan untuk mengetahui konsentrasi Klorofil-a di wilayah perairan pantai Kota Probolinggo menggunakan citra satelit MODIS-Aqua tanggal 11 Mei 2014, dan dilakukan pengecekkan data lapang (ground chek) dengan mengukur kondisi, morfometri dan kualitas air sehingga dapat diketahui produktivitas primer perairan tersebut. Hasil klorofil-a yang diperoleh dari pengolahan citra satelit MODIS-Aqua pada tanggal 11 Mei 2014 yaitu pada stasiun 1 dan 3 tidak ada data, stasiun 2 adalah 1,595 mg/m3, stasiun 4 adalah 2,502 mg/m3, stasiun 5 adalah 1,353 mg/m3, stasiun 6 adalah 1,959 mg/m3, dan pada stasiun 7, stasiun 8, stasiun 9 memiliki nilai klorofil-a yang sama yaitu 1,711 mg/m3. Sedangakan pengukuran kadar klorofil-a (in situ) diperoleh nilai klorofil-a pada stasiun 1 yaitu 0,233 mg/m3, stasiun 2 yaitu 0,633 mg/m3, stasiun 3 yaitu 1,019 mg/m3, stasiun 4 yaitu 0,153 mg/m3, pada stasiun 5, stasiun 6, stasiun 7 diperoleh nilai klorofil-a masing-masing yaitu 0,091 mg/m3; 0,072 mg/m3; 0,183 mg/m3; selanjutnya stasiun 8 dan stasiun 9 nilai klorofilnya adalah 0,101 mg/m3; dan 0,215 mg/m3. Hasil Root Mean Square Error (RMS Error) 3,26 yang menunjukan hasil data satelit cukup akurat jadi proses penggunaaan citra tidak terlalu jauh berbeda dengan lapang. Diperoleh data pengukuran insitu kecepatan arus kisaran 36,844 m/s 116,880 m/s; kecerahan air berkisar antara 52 meter 338 meter; kisaran suhu 29,7 0C 32,5 0C; pH antara 8,28 8,55; DO berkisar 5,3 mg/l 8,8 mg/l; salinitas berkisar 29‰ 33‰; nitrat antara 0,32 mg/l 0,73 mg/l; orthofosfat antara 0,034 mg/l 0,186 mg/l dan kisaran Total Suspended Solid adalah 1,69 mg/l 2,29 mg/l. Fitoplankton yang ditemukan terdiri dari 8 divisi, yaitu Bacillariophyta, Chrysophyta, Ciliophora, Clorophyta, Cyanopyhta, Heterokontophyta, Ochrophyta, dan Pyrropycophyta. Sedangkan genus ditemukan sebanyak 32 genus yaitu Bacillariophyta: Amphora, Bacteriostrum, Chaetoceros, Nitzscia, Nitzsciasigma, Scelethonema, Synedra, Thallassiothrix, Thalassionema, Cyclotella, Hemiaulus, Lauderia, Navicula, Pleurosygma; Chrysophyta : Rhizocesolenia, Rhizosolenema, Cocinosdiscus; Ciliophora: Helicostomella; Clorophyta: Schroederia, Ulothrix, iv Uronema; Cyanopyhta: Chrooccoccus, Oscillatoria; Heterokontophyta: Asterionellopsis, Guinardia, Phinularia; Ochrophyta: Oscinosdiscus; Pyrropycophyta: Ceratium, Dinophysis, Phalacroma, Phyrophacus, Peridimium. Kelimpahan fitoplankton stasiun 1 adalah 2007 ind/ml, stasiun 2 yaitu 6339 ind/ml,stasiun 3 yaitu 1994 ind/ml, stasiun 4 yaitu 6524 ind/ml, pada stasiun 5, stasiun 6, stasiun7 kelimpahan plankton masing-masing adalah 13768 ind/ml; 6826 ind/ml; 1491 ind/ml; selanjutnya stasiun 8 dan stasiun 9 kelimpahan setiap stasiun adalah 2323 ind/ml dan 3944 ind/ml. Nilai kadar klorofil-a insitu digunakan untuk menentukan produktvitas primer perairan sehingga dihasilkan nilai produktivitas primer pada stasiun 1 adalah 0,343 gC/m2/hari; stasiun 2 adalah 0,632 gC/m2/hari; stasiun 3 adalah 0,845 gC/m2/hari; stasiun 4 adalah 0,168 gC/m2/hari; stasiun 5 adalah 0,194 gC/m2/hari; stasiun 6 adalah 0,266 gC/m2/hari; produktivitas primer stasiun 7; stasiun 8 dan stasiun 9 masing-masing adalah 0,327 gC/m2/hari; 0,206 gC/m2/hari dan 0,296 gC/m2/hari. Stasiun dengan status perairan Mesotropik adalah stasiun 1,2,3 dan stasiun 7, perairan Oligotropik pada stasiun 4,5,6,8 dan 9. Lokasi penelitian masih tergolong baik (belum terjadi eutrofikasi), perlu adanya kontrol dari pihak terkait (steakholder) agar perairan Kota Probilinggo tetap dalam kondisi baik, terutama kontrol buangan limbah dari perikanan budidaya dan pariwisata. Adanya peta sebaran klorofil-a dapat digunakan sebagai acuan penentuan fishing ground tentunya dengan pengecekan lapang terlebih dahulu (insitu) sehingga perlu diadakan penelitian lanjutan menggunatan citra satelit MODIS-Aqua di Perairan Kota Probolinggo dengan jangka waktu per minggu atau per bulan agar diperoleh data lebih valid. perikanan global termasuk indonesia mengalami peningkatan. Namun dengan adanya peningkatan tersebut tidak diikuti dengan penanganan limbah hasil buangan yang selama ini menjadi momok bagi kebanyakan pembudidaya. Teknologi bioflok merupakan salah satu upaya dalam mengatasi masalah tingginya buangan limbah amonia hasil budidaya dan tingginya biaya yang dialokasikan pada pakan. Gas Chromatography-Mass Spektrometri (GC-MS) merupakan alat perpaduan dari kromatografi gas dan spektroskopi massa yang mampu mengidentifikasi kandungan senyawa yang terdapat dalam bioflok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan bioflok dari sumber Karbon tepung sagu, tepung tapioka dan campuran tepung sagu dan tapioka pada budidaya ikan gurame dengan uji GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry). Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Reproduksi Ikan, Pembenihan dan Pemuliaan Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang dan Laboratorium Forensik Kepolisian Daerah (POLDA) Jawa Timur yang bertempat di Surabaya pada Juli hingga Agustus 2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan analisa secara deskriptif dan rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL), menggunakan 3 perlakuan dengan sumber karbon yang berbeda yaitu : A (Tepung sagu), B (Campuran) dan C(Tepung tapioka) sedangkan kontrol tanpa diberi perlakuan. Pemeliharaan dilakukan selama 1 bulan. Parameter utama dalam penelitian ini adalah kandungan senyawa dalam bioflok melalui uji GC-MS, dengan parameter penunjang yaitu volume flok, Kelulushidupan (SR) serta kualitas air meliputi suhu, pH dan oksigen terlarut (DO). Hasil penelitian menunjukkan adanya kandungan senyawa asam lemak esensial dari golongan asam oleat (asam lemak tidak jenuh) yang dominan, antara lain 10-Octadecenoic acid dan 9-octadecenoic acid. Keberadaan asam lemak yang mendominasi dalam kandungan bioflok ini dipengaruhi oleh ketersediaan pakan, kualitas air dan sumber karbon yang diberikan. Asam oleat dapat dikategorikan sebagai asam lemak esensial, yang berarti kehadirannya dibutuhkan oleh tubuh. Asam lemak ini dibutuhkan oleh ikan untuk proses pertumbuhan ikan. Tubuh ikan tidak dapat memproduksi asam oleat sendiri dan hanya bisa didapat dari sumber makanan. Pertumbuhan rata-rata volume flok tertinggi selama penelitian yaitu pada perlakuan sumber karbon tepung sagu sebesar 97,78 ml/L, sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada perlakuan tepung sagu dan tepung tapioka sebesar 64,44 ml/L. Kondisi ku

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FPR/2014/525/051500692
Subjects: 300 Social sciences > 333 Economics of land and energy > 333.9 Other natural resources > 333.91 Water and lands adjoining bodies of water
Divisions: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Manajemen Sumberdaya Perairan
Depositing User: Hasbi
Date Deposited: 06 Feb 2015 14:16
Last Modified: 22 Oct 2021 03:55
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/133863
[thumbnail of Bab_1.pdf]
Preview
Text
Bab_1.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of Bab_2.pdf]
Preview
Text
Bab_2.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of Bab_4.pdf]
Preview
Text
Bab_4.pdf

Download (2MB) | Preview
[thumbnail of Bab_3.pdf]
Preview
Text
Bab_3.pdf

Download (3MB) | Preview
[thumbnail of Cover_dan_Daftar_Isi.pdf]
Preview
Text
Cover_dan_Daftar_Isi.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of Bab_5.pdf]
Preview
Text
Bab_5.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of Daftar_Pustaka.pdf]
Preview
Text
Daftar_Pustaka.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of Lampiran.pdf]
Preview
Text
Lampiran.pdf

Download (2MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item