Level Residu Organoklorin Pada Ikan Dari Sungai Aloo, Sungai Porong, Kalimas, dan Sungai Surabaya di Provinsi Jawa Timur.

Santoso, DedyRama (2013) Level Residu Organoklorin Pada Ikan Dari Sungai Aloo, Sungai Porong, Kalimas, dan Sungai Surabaya di Provinsi Jawa Timur. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan/ atau komponen lain ke dalam air atau udara. Salah satu bahan pencemar pada perairan dapat bersumber dari penggunaan insektisida dalam kegiatan pertanian maupun penggunaan insektisida dalam aktivitas rumah tangga. Insektisida dapat dibagi 3 jenis menurut senyawanya, yaitu organofosfat, karbamat, dan organoklorin. Insektisida jenis organoklorin adalah senyawa insektisida yang mengandung atom-atom karbon, klor, dan hidrogen dan kadangkala oksigen, jenis yang paling toxic dan paling persisten/ tidak mudah terurai dan memiliki waktu paro yang lama,dalam jangka waktu 40 tahun residu organoklorin masih ditemukan di lingkungan dan biota, sifatnya yang toksik kronis, persisten, bioakumulatif, lipofilik (larut dalam lemak) dan bersifat karsinogenik. Residu organoklorin merupakan zat/senyawa tertentu yang masih terkandung dalam hasil pertanian, bahan pangan, atau pakanhewan baik sebagai akibat langsung maupun tak langsung dari penggunaan insektisida. Organoklorin dikelompokkan menjadi 3, yaitu : diklorodifenil etan (contoh : DDT, DDD, portan, metosiklor, dan metioklor), siklodin (contoh : aldrin, dieldrin, heptaklor, klordan, dan endosulfan), dan sikloheksan benzene terklorinasi (contoh : HCB, HCH, dan lindan). Akumulasiresidu oganoklorindapat menyebabkandegradasilingkunganairdan menyebabkan dampak yang besarbagi kehidupanorganisme air. Penggunaan ikan sebagai suatu bioindikator merupakan salah satu cara yang sudah banyak digunakan oleh para peneliti sebelumnya dalam menentukan status pencemaran suatu perairan. Tubuh ikan dapat menggambarkan level konsentrasi bahan pencemar sebagai akibat adanya sebuah akumulasi bahan pencemar yang terdapat pada suatu perairan tempat ikan tersebut hidup. Oleh sebab itu, dengan meneliti akumulasi bahan pencemar residu organoklorin pada tubuh ikan maka dapat diidentifikasi jenis residu organoklorin serta dapat dipetakan pula persebaran dari residu organoklorin tersebut pada perairan. Tujuan daripenelitian ini adalah:1. Untukmemberikan pandanganupdatekeanekaragaman ikandiDeltaBrantasdenganVisualisasi Geografis (peta); 2. Untuk menentukandistribusipolutanresidu organoklorin (level& type) yang mempengaruhi ikan spesimen. Metode yang digunakan adalah deskriptif eksploratif, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada di alam menurut apa adanya dengan cara melakukan analisa laboratorium pada saat penelitian dilaksanakan. Pengambilan sampel ikan dilakukan di Sungai Porong, Sungai Aloo, SungaiKalimas, dan Sungai Surabaya. Identifikasi ikan dan pengujian kualitas air dilakukan di Laboratorium Hidrobiologi, FPIK UB.Pengujian jenis dan level organoklorin dilakukan di Laboratorium Terpadu Balai Penelitian Lingkungan Pertanian (BALINGTAN), Pati, Jawa Tengah yang mengacu berdasarkan Komisi Pestisida 2006 dan AOAC edisi 18 tahun 2005 dalam Paramita (2009) dan telah dimodifikasi oleh Laboratorium Terpadu, Balai Penelitian Lingkungan Pertanian (BALINGTAN), Pati Jawa Tengah. Hasil dari penelitian ini adalah tangkapan ikan berjumlah 9 spesies dari masing-masing sungai yaitu : a. Sungai Aloo : ikan Mujair, ikan Keting, ikan Betik, ikan Gabus, dan ikan Sepat; b. Sungai Porong : ikan Keting, ikan Belanak, dan ikan Bandeng; c. Sungai Kalimas : ikan Tawes, ikan Mujair, dan ikan Nila; d. Sungai Surabaya : ikan Tawes, dan ikan Mujair. Analisa residu organoklorin diketahui pada Sungai Porong terdeteksi 5 jenis organoklorin pada hampir seluruh sampel ikan yang diujikan. Kandungan tersebut diantaranya, Aldrin, Endosulfan, Dieldrin, Eldrin, dan DDT. Level deteksi yang didapatkan beragam. Pada Ikan Keting, level organoklorin jenis Aldrin, Endosulfan, Endrin dengan level <LD, sedangkan untuk DDT terdeteksi dengan level 0,0176 mg/Kgb. Sungai Porong : DDT di ikan Keting. Pada Ikan Belanak terdeteksi Endosulfan, Dieldrin, DDT dengan level < LD. Pada Ikan Bandeng tidak terdeteksi adanya kandungan organoklorin. Kandungan residu organoklorin pada sampel ikan dari Sungai Aloo terdeteksi 3 jenis organoklorin. Ikan Mujair tedekteksi adanya kandungan Dieldrin dengan level <LD dan Endrin dengan level 0,0888mg/Kg. Sedangkan untuk jenis organoklorin lainnya hasil uji laboratorium tidak menunjukkan adanya konsentrasi lain pada ikan mujair. Sampel Ikan Keting menunjukkan adanya konsentrasi Endrin sebesar 0.0232 mg/Kg dan tidak menunjukkan adanya kandungan pada jenis organoklorin lainnya. Ikan Betik menunjukkan adanya konsentrasi pada keseluruhan jenis organoklorin. Konsentrasi Lindan, Aldrin, Endosulfan, Dieldrin, dan Endrin terdeteksi pada pada level < LD sedangkan Heptaklor tedeteksi sebesar 0.0224 mg/Kg dan DDT sebesar 0.1816 mg/Kg. Pada Ikan Gabus tidak ditemukan adanya kandungan pestisida organoklorin. Pada Ikan Sepat terdeteksi adanya Lindan dan Heptaklor. Lindan terdeteksi dengan level < LD dan Heptaklor terdeteksi sebesar 0,0028 mg/Kg. Sedangkan untuk jenis organoklorin selain Lindan dan Heptaklor, ikan gabus tidak menunjukkan adanya konsentrasi. Pada sampel ikan dari Sungai Surabaya yaitu Ikan Mujair dan Ikan Tawes menunjukkan adanya konsentrasi dari beberapa jenis organoklorin walau dengan level < LD. Ikan Mujair terdeteksi adanya kandungan Lindan, Aldrin dan Endosulfan. Sedangkan pada Ikan Tawes hanya terdeteksi kandungan Lindan dan Aldrin. Pada sampel ikan yang diambil dari Sungai Kalimas, Ikan Tawes menunjukkan adanya kandungan pada jenis organoklorin Lindan, Endosulfan, Dieldrin pada level < LD, Heptaklor sebesar 0,0044 dan DDT sebesar 0,0180 mg/Kg. Ikan Mujair hanya menunjukkan adanya kandungan Aldrin dan Endosulfan dengan level < LD. Sedangkan pada Ikan Nila hanya menunjukkan kandungan Heptakor dengan konsentrasi sebesar 0,0024 mg/Kg. Analisis kualitas air diketahui pada Sungai Aloo, Sungai Porong, Sungai Kalimas, dan Sungai Surabaya masih berada dalam kisaran hidup ikan tip-tiap sungi tersebut, yaitu Suhu 290C-310C; pH 7-8; DO 3,5-5 mg/L; total bahan organik (TOM) 7,43-9,25 mg/L. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat beberapa jenis spesies ikan pada tiap-tiap sungai, dan terdeteksi jenis dan level kandungan residu organoklorin di tiap-tiap sungai. Saran yang dapat diberikan setelah melakukan penelitian ini yaitu perlu adanya penelitian dengan menggunakan alat dengan ketelitian lebih kecil untuk mendeteksi level residu organoklorin dengan nilai lebih kecil (ppb). Pengukuran level residu organoklorin pada perairan juga dilakukan untuk vii memastikan bahwa level residu organoklorin pada ikan benar-benar berasal dari perairan tersebut. Pengukuran secara kualitatif residu organoklorin dapat dilakukan dengan kertas lakmus untuk mengetahui ada tidaknya residu organoklorin

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FPR/2013/189/051307952
Subjects: 300 Social sciences > 333 Economics of land and energy > 333.9 Other natural resources > 333.91 Water and lands adjoining bodies of water
Divisions: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Manajemen Sumberdaya Perairan
Depositing User: Hasbi
Date Deposited: 08 Oct 2013 09:10
Last Modified: 21 Oct 2021 05:01
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/133199
[thumbnail of SKRIPSI.pdf]
Preview
Text
SKRIPSI.pdf

Download (4MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item