WindraNeka (2008) Hubungan tutupan terumbu karang terhadap keanekaragaman genus karang pada kedalaman berbeda di tiga pulau gosong karang, Kepulauan Bawean, Kabupaten Gresik. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Penelitian dilaksanakan di perairan pulau gosong karang Kepulauan Bawean, Kabupaten Gresik pada bulan November 2008. Tujuan dari penelitian ini adalah ( 1 ) mengetahui perbedaan persentase tutupan terumbu karang, ( 2 ) mengetahui perbedaan keanekaragaman genus karang, ( 3 ) mengetahui hubungan persentase tutupan terumbu karang yang dikategorikan dalam kelas persentase tutupan terumbu karang dengan keanekaragaman genus karang, ( 4 ) mengetahui kelimpahan, kemerataan, kekayaan genus karang, indek kematian karang, pola sebaran terumbu karang, dan penentuan status terumbu karang (pengkategorian tutupan terumbu karang ke dalam kelas berdasarkan besarnya persentase tutupan), ( 5 ) mengetahui faktor-faktor yang merusak ekosistem karang, ( 6 ) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan karang. Materi dalam penelitian ini adalah genus karang yang berada dalam transek garis, faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan karang diantaranya kecepatan arus, tingkat keasaman perairan/pH, oksigen terlarut/DO, tingkat kecerahan dan suhu perairan ( faktor oceanography ) dan faktor-faktor yang merusak pertumbuhan karang di ekosistem terumbu karang pada perairan tiga pulau gosong karang ( Pulau Gili Noko, Pulau China, Pulau Noko ). Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik survei dan metode Line Intercept Transect ( LIT ) dalam pengambilan data sampel. Pengambilan sampel dilakukan pada saat air pasang dengan menggunakan transek garis berukuran 100 m. Dalam pengambilan sampel dilakukan 4 kali ulangan. Pengamatan dilakukan dengan mengidentifikasi karang yang berada dalam transek garis, kemudian dihitung presentase dan luas tutupan karangnya menggunakan formula English, Wilkinson and Baker, ( 1994 ). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase karang keras di Pulau Gili Noko pada transek kedalaman lima meter sebesar 89,1 persen terbagi dalam kategori Acropora sebesar 75,875 persen dan Non-Acropora 17,533 persen tidak ditemukan tutupan karang mati. Pada kedalaman sepuluh meter tutupan karang kerasnya sebesar 51,8 persen terbagi ke dalam Acropora sebesar 11,65 persen Non-Acropora sebesar 26,637 persen dengan tutupan karang mati sebesar 16,425 persen. Untuk Pulau China kedalaman lima meter didapat hasil tutupan karang keras sebesar 67,113 persen terbagi dalam kategori Acropora sebesar 38,388 persen dan Non-Acropora sebesar 22,025 persen dengan tutupan karang mati sebesar 10,363 persen. Pada kedalaman sepuluh meter didapat hasil tutupan karang keras sebesar 33,613 persen terbagi dalam kategori Acropora sebesar 8,5 persen dan Non-Acropora sebesar 27,163 persen dengan tutupan karang mati sebesar 24,45 persen. Dari Pulau Noko kedalaman lima meter diperoleh hasil tutupan karang keras sebesar 29,875 persen terbagi dalam kategori Acropora sebesar 9,725 persen dan Non-Acropora sebesar 5,925 persen dengan tutupan karang mati sebesar 3,1 persen. Pada kedalaman sepuluh meter tutupan karang kerasnya sebesar 44,375 persen terbagi dalam kategori Acropora sebesar 17,873 persen dan Non-Acropora 15,438 persen dengan tutupan karang mati sebesar 6,65 persen. Keanekaragaman genus karang di nyatakan dalam angka indek, pada transek kedalaman lima meter Pulau Gili Noko memiliki nilai indek sebesar 0,228 ( kecil ). Pulau China sebesar 0,241 ( kecil ). Pulau Noko sebesar 0,244 ( kecil ). Indek keanekaragaman genus pada kedalaman sepuluh meter Pulau Gili Noko sebesar 0,272 (kecil ), Pulau China sebesar 0,266 ( kecil ), Pulau Noko sebesar 0,247 ( kecil ). Hubungan persentase kelas tutupan terumbu karang terhadap keanekaragaman genus karang berdasarkan analisa statistic menggunakan metode Anova satu jalur dengan alat bantu SPSS 15 diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara keduanya. Pada kedalaman lima meter Pulau Gili Noko memiliki nilai kelimpahan genus sebesar 30, nilai rata-rata kemerataan sebesar 0,278, nilai kekayaan genus karang sebesar 1,471, indek kematian karang 0, pola sebaran berkelompok dan status persentase terumbu karang kondisi sangat baik. Untuk Pulau China memiliki nilai kelimpahan genus sebesar 45, nilai rata-rata kemerataan sebesar 0,278, nilai kekayaan genus karang sebesar 1,049, indek kematian karang 0,163, pola sebaran berkelompok dan status persentase terumbu karang kondisi baik. Untuk Pulau Noko memiliki nilai kelimpahan genus sebesar 36, nilai rata-rata kemerataan sebesar 0,322, nilai kekayaan genus karang sebesar 1,397, indek kematian karang 0,189, pola sebaran berkelompok dan status persentase terumbu karang kondisi cukup. Pada kedalaman sepuluh meter meter Pulau Gili Noko memiliki nilai kelimpahan genus sebesar 22, nilai rata-rata kemerataan sebesar 0,516, nilai kekayaan genus karang sebesar 1,942, indek kematian karang 0,527, pola sebaran berkelompok dan status persentase terumbu karang kondisi cukup. Untuk Pulau China memiliki nilai kelimpahan genus sebesar 25, nilai rata-rata kemerataan sebesar 0,481, nilai kekayaan genus karang sebesar 1,863, indek kematian karang 0,438, pola sebaran berkelompok dan status persentase terumbu karang kondisi cukup. Untuk Pulau Noko memiliki nilai kelimpahan genus sebesar 42, nilai rata-rata kemerataan sebesar 0,286, nilai kekayaan genus karang sebesar 0,802, indek kematian karang 0,153, pola sebaran berkelompok dan status persentase terumbu karang kondisi cukup. Faktor-faktor yang merusak ekosistem terumbu terbagi dua yaitu faktor alam yang terdiri dari faktor fisika-kimia diantaranya adalah gelombang dan suh periaran yang cukup tinggi, faktor biologi diantaranya pemangsaan planula karang oleh Acanthaster plancii . Faktor kerusakan yang berasal dari manusia meliputi limbah dan praktek penangkapan yang tidak ramah lingkungan ( bom, trawl ). Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan karang diantaranya adalah cahaya, suhu, salinitas, oksigen terlarut, sedimentasi, pergerakan massa air, substrat, tingkat keasaman perairan. Saran dari penelitian ini adalah perlu lebih banyak penelitian lanjutan tentang ekosistem terumbu karang tenteng peranannya, dan fungsi ekologis terhadap lingkungan. Hasil penelitian di ekosistem karang tiga pulau gosong menunjukkan bahwa di ekosistem tersebut sudah mengalami penurunan kualitas perairan, persentase tutupan dan keanekaragaman yang seharusnya lebih dari 50 %. Kondisi ini untuk masa yang akan datang akan semankin memburuk jika tidak segera ditangani. Untuk itu, diperlukan kebijakan pengelolaan yang lebih baik terutama dari aspek pengamanan kawasan. Perlu diadakannya studi pengelolaan kawasan agar dapat menentukan kebijakan pengelolaan yang tepat, sangat disayangkan jika pulau gosong karang mengalami kerusakan dengan sengaja ataupun tidak akibat kebijakan yang tidak tepat. Penyadaran tentang pentingnya terumbu karang kepada aparatur pemerintahan, masyarakat, dan institusi pendidikan agar tercipta keselarasan dengan alam lingkungan sehingga kemakmuran tercapai.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FPR/2008/6/050802989 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 639 Hunting, fishing & conservation > 639.2 Commercial fishing, whaling, sealing |
Divisions: | Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Teknologi Hasil Perikanan |
Depositing User: | Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id |
Date Deposited: | 14 Oct 2008 15:25 |
Last Modified: | 21 Oct 2021 03:25 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/132518 |
Preview |
Text
050802989.pdf Download (3MB) | Preview |
Actions (login required)
View Item |