FitraLutfiSukmana (2008) Monitoring Terumbu Karang dengan Metode Reef Check Di Perairan Sendang Biru, Kabupaten Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Dunia semakin terus bergantung pada lautan karena potensi dan fungsinya yang nyata bagi kehidupan manusia serta bagi peningkatan kesejahteraannya. Hal ini setidaknya ditandai dengan semakin meningkatnya pengeksplotasian sumberdaya kelautan ( resource maritime ) yang meliputi sumberdaya hayati antara lain ikan, rumput laut, terumbu karang dan sumberdaya non hayati seperti mineral, pasir, batubara, minyak, logam, dan lain-lain. Wilayah pesisir dan lautan, ditinjau dari berbagai macam peruntukannya, merupakan wilayah yang sangat produktif. Produktifitas primer di wilayah pesisir, seperti estuari, hutan bakau, padang lamun, dan terumbu karang. Tingginya produktivitas primer di wilayah pesisir, memungkinkan tingginya produktifitas sekunder (ikan dan hewan-hewan laut lainnya). Sehingga wilayah ini mampu menyumbangkan devisa Negara yang tidak sedikit. Salah satu sumberdaya hayati laut yang mempunyai produktifitas primer adalah sumber daya alam terumbu karang. Kerusakan ekosistem terumbu karang yang paling besar adalah karena ulah manusia, antar lain : penambangan atau pengambilan karang, penangkapan ikan secara destruktif (penggunaan bahan peledak, penggunaan racun, penggunaan bubu, penggunaan jaring, eksploitasi berlebih), pencemaran (minyak bumi, limbah industri dan rumah tangga), dan pengembangan daerah wisata bahari. Dengan terjadinya kerusakan terumbu karang pada saat ini, maka perlu adanya monitoring terumbu karang yang dilakukan secara berkala agar dapat memantau kondisi kerusakan terumbu karang pada wilayah tertentu, sehingga kerusakan terumbu karang tidak semakin meluas.Untuk mencegah semakin memburuknya kondisi terumbu karang, maka diperlukan pengelolaan ekosistem terumbu karang, dengan cara melakukan upaya konservasi. Perairan Sendang Biru dahulu dikenal sebagai perairan yang kaya terumbu karang, lambat laun keindahaan terumbu karang tersebut semakin menurun, hal tersebut disebabkan oleh rusaknya terumbu karang yang dikarenakan eksploitasi secara terus menerus oleh masyarakat sekitarnya yang mengakibatkan makin tingginya tingkat kerusakan karang. Seperti kegiatan penangkapan yang tidak ramah lingkungan, dibukanya Pulau Sempu sebagai daerah wisata, serta belum dibentuknya kawasan perlindungan laut di daerah tersebut yang dapat mengancam status terumbu karang di perairan tersebut. Kerusakan ekosistem ini mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya tempat berlindung bagi ikan-ikan yang juga dapat mempengaruhi kegiatan penangkapan oleh masyarakat sekitar (nelayan), sehingga daerah penangkapan ikan menjadi semakin berkurang. Penelitian ini dilakukan di Perairan Sendang Biru, Kabupaten Malang pada Bulan September 2007. Tujuan untuk mengetahui status terumbu pada perairan dengan melihat kondisi substrat, ikan, dan invert. Untuk mengetahui faktor-faktor yang merusak ekosistem karang di perairan Sendang Biru. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode Reef Check. Pada metode ini di lakukan survei pada 2 kedalaman yaitu 3 m dan 10 m berdasarkan data surut terendah pada masing-masing daerah yang dijadikan objek penelitian, antara lain Site 1 (Teluk Semut), Site 2 (Watu Meja), dan Site 3 (Kondang Buntung). Dari hasil pengukuran penutupan karang hidup di 3 site yaitu site I (Teluk Semut), site II (Watu Mejo), dan site III (Kondang Buntung) menunjukkan bahwa jumlah tutupan karang yang diidapatkan berbeda - beda pada tiap Site, antara lain : Pada site I (Teluk Semut) pada kedalaman 3 meter didapatkan persentase jumlah tutupan karang hidup adalah 37,5% sehingga kondisi status terumbu karang pada "kategori rusak", pada site II (Watu Meja) pada kedalaman 3 meter didapatkan persentase jumlah tutupan karang hidup adalah 71,875% sehingga kondisi status terumbu karang pada "kategori sehat", pada site II (Watu Meja) pada kedalaman 10 meter didapatkan persentase jumlah tutupan karang hidup adalah 48,125% sehingga kondisi status terumbu karang pada "kategori rusak", dan pada site III (Kondang Buntung) didapatkan persentase jumlah tutupan karang hidup adalah 55,625% sehingga kondisi status terumbu karang pada "kategori sehat". Pada lokasi site Teluk Semut ini kerusakan terumbu karang sebagian besar disebabkan karena faktor manusia antara lain pembukaan Teluk Semut sebagai daerah tujuan wisata sehingga menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan oleh sampah serta tumpahan bahan bakar kapal, sebagai jalur keluar masuknya kapal menuju PPI Pondok Dadap, dan aktivitas nelayan sekitar dalam usaha penangkapan lobster dengan cara mencongkel karang. Pada lokasi site Watu Mejo ini terjadi sedikit kerusakan terumbu karang, yang sebagian besar terjadi kerusakan akibat faktor alami karena letaknya yang hampir berhadapan langsung dengan Laut Selatan, sehingga arus di lokasi ini cukup deras. Pada lokasi site Kondang Buntung ini kerusakan terumbu karang sebagian besar disebabkan karena faktor manusia antara lain pembukaan kawasan mangrove untuk daerah hunian, pembukaan lahan untuk daerah pertanian, dan aktivitas masyarakat sekitar dengan membuang sampah ke laut.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FPR/2008/2/050802985 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 639 Hunting, fishing & conservation > 639.2 Commercial fishing, whaling, sealing |
Divisions: | Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Teknologi Hasil Perikanan |
Depositing User: | Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id |
Date Deposited: | 14 Oct 2008 13:59 |
Last Modified: | 20 Oct 2021 05:27 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/132482 |
Preview |
Text
050802985.pdf Download (8MB) | Preview |
Actions (login required)
View Item |