BagusPrasetyanto (2008) Pengaruh Suhu Air Dan Intensitas Cahaya Terhadap Pelepasan Spora Rumput Laut (Ptilophora pinnafitida) di Balai Budidaya Laut Lombok, Nusa Tenggara Barat. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Rumput laut jenis Ptilophora ini merupakan jenis baru yang akan dibudidayakan. Ptilophora dapat digunakan sebagai bahan baku alternatif pengganti bahan baku kayu untuk produk kertas. Pertumbuhan rumput laut di suatu perairan ditentukan oleh kondisi lingkungan yang mencakup lingkungan alam. Perkembangan alga laut dalam daur hidupnya dapat bersifat vegetatif dan generatif. Secara vegetatif alga laut berkembangbiak dengan pertumbuhan stek dan tunas, yang mana perkembangbiakan ini yang banyak digunakan di Indonesia untuk budidaya rumput laut. Setiap potong dari seluruh bagian thallus dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Sedangkan pertumbuhan secara generatif yaitu melalui perkembangan spora, yang mana jarang digunakan untuk budidaya rumput laut di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui jumlah spora yang dihasilkan dari proses pelepasan spora dikaitkan dengan suhu air dan intensitas cahaya. Parameter penelitian meliputi jumlah spora yang dilepaskan dilakukan selama thallus tidak membusuk. Pengukuran kualitas air juga dilakukan setiap 2 minggu sekali selama 6 minggu (70 hari). Teknik budidaya rumput laut menggunakan metode long line yang dilakukan pada bak percobaan. Parameter yang diamati meliputi; spora yang dilepaskan, bentuk dan ukuran spora (μm) serta lamanya periode pelepasan spora. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Rancangan penelitian untuk melihat pengaruh perlakuan suhu dan intensitas cahaya digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAK) pada faktorial dengan 2 perlakuan, masing-masing; suhu (A) dan intensitas cahaya (B). Perlakuan suhu yang dicobakan adalah 250C (A1), 280C (A2) dan 310C (A3), masing-masing diulang 3 kali, sedangkan tingkat cahaya yang dicobakan adalah 60% proteksi (27 lux (B1)); 80% proteksi (110 lux (B2)) dan 100% tanpa proteksi (552 lux (B3)). Hasil pengamatan terhadap kualitas air pada bak percobaan ini diantaranya. Hari ke-0 (4 Maret) suhu air 300C; intensitas cahaya 780 lux; pH 7; salinitas 35 (0/00). Hari ke-1 (18 Maret) suhu air 300C; intensitas cahaya 915 lux; pH 7; salinitas 36 (0/00). Hari ke-2 (1 April) suhu air 290C; intensitas cahaya 720 lux; pH 7; salinitas 35 (0/00). Hari ke- 3 (15 April) suhu air 290C; intensitas cahaya 926 lux; pH 7; salinitas 35 (0/00). Hari ke-4 (29 April) suhu air 300C; intensitas cahaya 1463 lux; pH 8; salinitas 35 (0/00). Hari ke-5 (13 Mei) suhu air 300C; intensitas cahaya 950 lux; pH 7; salinitas 38 (0/00). Hasil pengamatan terhadap suhu air pada bak percobaan ini terlihat tidak terlalu bervariasi, yaitu 29 dan 30oC. Sedangkan untuk intensitas cahaya yang tercatat selama pengamatan menunjukkan bahwa intensitas cahaya terendah pada pengamatan ke-2 yaitu sebesar 720 lux dan intensitas cahaya tertinggi pada pengamatan ke-4 yaitu sebesar 1463 lux. Setelah minggu ke-4 dan ke-5, P. pinnatifida sudah cukup dewasa untuk menghasilkan organ reproduksi. Sehingga pada hari tersebut diputuskannya untuk melakukan proses percobaan pelepasan spora seperti pada perlakuan.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FPR/2008/137/050901096 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 639 Hunting, fishing & conservation > 639.2 Commercial fishing, whaling, sealing |
Divisions: | Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Teknologi Hasil Perikanan |
Depositing User: | Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id |
Date Deposited: | 28 Apr 2009 10:34 |
Last Modified: | 20 Oct 2021 04:59 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/132442 |
Preview |
Text
050901096.pdf Download (4MB) | Preview |
Actions (login required)
View Item |