Studi Pendekatan Bioekonomi Gordon-Schaefer Ikan Lemuru (Sardinella lemuru) di Perairan Selat Bali Daerah Kerja Muncar Kab. Banyuwangi Jawa Timur.

BintariAuliaKresnaningsih (2007) Studi Pendekatan Bioekonomi Gordon-Schaefer Ikan Lemuru (Sardinella lemuru) di Perairan Selat Bali Daerah Kerja Muncar Kab. Banyuwangi Jawa Timur. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan industri bioteknologi kelautan merupakan asset yang sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tantangan untuk memelihara sumberdaya secara berkelanjutan merupakan permasalahan dalam pembangunan perikanan. Pemanfaatan sumberdaya perikanan juga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan dalam jangka panjang. Sehingga diperlukan analisis bioekonomi yang mengelola sumberdaya perikanan secara berkelanjutan dengan pertimbangan biologi dan ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah menstandarisasi alat tangkap untuk perikanan lemuru ( Sardinella lemuru ), mengetahui status perikanan lemuru secara biologi melalui pendekatan model Schaefer, mengetahui status pengelolaan perikanan lemuru secara ekonomi dengan menggunakan pendekatan model bioekonomi Gordon-Schaefer, mengetahui tingkat effort pada kondisi MSY, MEY serta kondisi open acces. , memberikan beberapa skenario kebijakan pengelolaan sumber daya ikan lemuru. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2007 di Perairan Selat Bali daerah kerja Muncar kabupaten Banyuwangi Jawa timur. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data produksi ( catch ) dan upaya ( effort ) dari laporan statistik Badan Pengelola Pangkalan Pendaratan Ikan (BPPI) Muncar Kab. Banyuwangi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara terhadap juragan darat. Sedangkan data sekunder yang berupa data alat tangkap dan produksi didapat dari BPPPI (Balai Pengelola Pangkalan Pendaratan Ikan) Muncar. Model estimasi MSY menggunakan model Schaefer. Dan analisis bioekonomi menggunakan Gordon-Schaefer. Ikan yang diteliti adalah ikan lemuru ( Sardinella lemuru ) yang ditangkap menggunakan beberapa jenis alat tangkap yaitu : purse seine, payang, bagan tancap serta alat tangkap lainnya. Namun alat tangkap yang dominan menangkap lemuru adalah purse seine, sehingga digunakan sebagai acuan dalam standarisasi alat tangkap. Berdasarkan hasil analisis Maksimum Sustainable Yield (MSY) dengan menggunakan model Schaefer maka (E MSY) untuk mempertahankan stok ikan lemuru pada kondisi lestari atau keseimbangan adalah 342 unit untuk menangkap hasil tangkapan maksimum sebesar 36.282,78 ton. Pada kondisi ini nelayan merugi sebesar Rp 639.711.699,2 per tahun. Sedangkan berdasarkan hasil analisis Maksimum Economic Yield (MEY) maka EMEY adalah 168 unit dengan produksi pada waktu MEY adalah 26.936,96 ton, dan nelayan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 10.604.075.460 per tahun. Dan berdasarkan hasil analisis MSocY menggunakan model Schaefer diperoleh (E SocY) adalah = 337 unit dengan produksi sebesar 36.274,56 ton . Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2006 kondisi perikanan lemuru di perairan Selat Bali daerah kerja Muncar. Secara biologi mengalami biological overfishing. Sebab jika dibandingkan dengan catch optimum lestari tingkat pemanfaatannya telah melebihi catch optimum lestari (MSY). Namun secara ekonomi masih under eksploited dengan tingkat upayanya (jumlah alat tangkap aktif) sebesar 157 unit dibawah tingkat upaya pada kondisi optimum yaitu sebesar 168 unit. Dari hasil wawancara ternyata hal ini disebabkan pada tahun 2006 nelayan andon di Muncar pergi dari daerah kerja Muncar sehingga nelayan asli bisa lebih aktif mendaratkan ikan di Muncar. Selain itu, tahun 2006 di perairan Selat Bali sedang terjadi musim ikan lemuru. Kemudian banyak nelayan Daker Muncar yang melakukan penangkapan secara ilegal (melebihi kapasitas jumlah tangkapan yang telah ditentukan) dan banyaknya alat tangkap yang belum terdaftar sebagai penangkap ikan lemuru. Sehingga Pemerintah perlu mengeluarkan beberapa kebijakan yaitu; sistem perijinan usaha penangkapan yang ada saat ini bisa digunakan untuk membatasi jumlah usaha penangkapan melalui pembatasan jumlah ijin usaha, baik untuk membatasi kapasitas penangkapan maupun prosedur untuk menghentikan perijinan ketika batas (kapasitas penangkapan) tersebut sudah tercapai. Sedangkan untuk mengatasi kondisi perekonomian nelayan yang semakin memburuk karena sering merugi, kemudian kebijakan peningkatan ketersediaan BBM dan es yang ditunjang dengan kenaikan harga ikan, agar pendapatan nelayan naik dan berdampak pada pencapaian target pengelolaan perikanan tangkap secara ekonomi maupun biologi. Namun, jika tetap terjadi peningkatan harga bahan bakar, maka solusinya adalah meningkatkan harga ikan agar nelayan tetap mendapatkan keuntungan dengan cara meningkatkan ekspor ikan lemuru. Hal ini berdampak positif secara biologi, karena sumberdaya perikanan lemuru dapat terselamatkan.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FPR/2007/6/050802974
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 639 Hunting, fishing & conservation > 639.2 Commercial fishing, whaling, sealing
Divisions: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Sosial Ekonomi Agrobisnis Perikanan
Depositing User: Endang Susworini
Date Deposited: 13 Oct 2008 11:29
Last Modified: 19 Oct 2021 17:31
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/132362
[thumbnail of 050802974.pdf]
Preview
Text
050802974.pdf

Download (4MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item