Penentuan Subsektor Kunci Pembangunan Sektor Perikanan Kabupaten Banyuwangi Dengan Analisis Input-Output Tahun 2004.

Ziratun, Insyiah (2007) Penentuan Subsektor Kunci Pembangunan Sektor Perikanan Kabupaten Banyuwangi Dengan Analisis Input-Output Tahun 2004. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten yang secara geografis mempunyai nilai strategis di bidang perikanan. Kabupaten Banyuwangi memiliki potensi perikanan dan kelautan yang cukup besar yaitu: panjang pantai 176±km, areal tambak seluas 961,9 ha, areal kolam ikan seluas 190,9 ha dan panjang sungai km (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Banyuwangi, 2004). Pengusahaan sumberdaya perikanan laut yang lebih banyak dilakukan di Selat Bali sudah dilakukan secara intensif sehingga dinyatakan padat tangkap, namun di perairan Samudra Indonesia pemanfaatannya masih relatif rendah, begitu juga dengan lahan tambak, sungai, dan perairan umum lainnya. 735± Tidak meratanya dan kurangnya pemanfaatan sumberdaya perikanan, diperlukan suatu strategi dan perencanaan yang sistematis bagi pembangunan perikanan. Mengingat keterbatasan dana pembangunan perikanan yang tersedia, maka perlu ditentukan satu subsektor dari tiga subsektor perikanan yang memiliki potensi untuk ditingkatkan nilai tambah dan daya saingnya sehingga dapat meningkatan ekspor dan menjadi kunci pembangunan perikanan Banyuwangi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran umum mengenai subsektor perikanan di Banyuwangi yang meliputi perikanan laut, tambak, dan perikanan darat dan menentukan subsektor kunci pembangunan perikanan yang memiliki potensi untuk ditingkatkan nilai tambah dan daya saingnya sehingga dapat meningkatkan ekspor dan memberikan sumbangan yang besar bagi perekonomian kabupaten Banyuwangi saat ini. Metode analisis yang dipakai dalam penelitian ini ada dua langkah, yang pertama adalah membuat tabel input output kabupaten Banyuwangi tahun 2004 dengan cara mengkonversi nilai PDRB yang ada pada tabel input output Jawa Timur tahun 2000 dengan PDRB kabupaten Banyuwangi tahun 2004. Langkah kedua adalah menghitung daya penyebaran dan derajat kepekaan dengan menggunakan matriks pengganda. Daya penyebaran dikenal juga dengan istilah backward linkage atau tingkat keterkaitan ke belakang, dan derajat kepekaan dikenal dengan istilah forward linkage atau tingkat keterkaitan ke depan. Setelah diketahui sub sektor dari sektor perikanan yang menjadi sektor kunci diharapkan akan ditemukan subsektor yang tangguh, yang memiliki keterkaitan sektoral tinggi serta dapat melakukan ekspansi dengan menyerap banyak input sekaligus menjadi input bagi banyak sektor lainnya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perikanan laut di Kabupaten Banyuwangi meliputi penangkapan dan budidaya. Daerah penangkapan salah satunya di Selat Bali yang luasnya960 mil±2 dengan basis utama kecamatan Muncar pada tahun 2004 pemanfaatannya mencapai 103,44% sehingga dinyatakan padat tangkap. Sedangkan Samudra Indonesia yang luasnya ± 2 juta mil2 termasuk perairan ZEE 200 mil dengan basis penangkapan di Grajagan, Pancer, Rajegwesi dan Lampon, pemanfaatannya baru mencapai ±0,068% sehingga sangat perlu ditingkatkan lebih lanjut. Budidaya perikanan laut terdiri dari budidaya rumput laut yang memiliki potensi untuk dikembangkan 1600 unit rakit, namun pemanfaatannya hanya 220 unit, dan budidaya di karamba jaring apung memiliki potensi 2250 unit, namun pemanfaatannya hanya 28 unit. Tambak di Banyuwangi memiliki potensi lahan seluas 2279 ha, sedang pemanfaatannya hanya seluas 1161 ha. Perikanan air tawar terdiri dari budidaya kolam yang memiliki potensi 500 ha sedang pemanfaatannya 199,17 ha, minapadi potensinya 1500 ha, pemanfaatannya baru 123,5 ha, dan karamba sungai memiliki potensi dikembangkan 1500 unit, namun pemanfaatannya hanya 139 unit. Penagkapan ikan di perairan umum meliputi sungai dengan panjang 735 km, waduk dan rawa dengan luas 6,5 ha. Hasil dari penelitian dengan menggunakan analisis input-output tahun 2004 menunjukkan bahwa subsektor yang memenuhi syarat sebagai subsektor kunci, yaitu subsektor tambak dengan nilai BL sebesar 1,3661 dan FL sebesar 1,2674, sedangkan perikanan laut memiliki nilai BL sebesar 0,9164 dan FL sebesar 1,2587, perikanan air tawar memiliki nilai BL sebesar 0,6017, dan FL sebesar 1,5410. Perikanan laut dan air tawar memiliki nilai BL yang kecil kemungkinan disebabkan barang modal tidak tersedia di wilayah domestik atau tergantung barang impor, sehingga memiliki jumlah transaksi yang kecil, kemudian kemungkinan juga rendahnya upaya peningkatan produksi dengan mengandalkan bantuan sektor lain, sehingga upaya produksi subsektor ini hanya mengandalkan kemampuan faktor-faktor produksinya semata yang hingga saat ini kebanyakan diantaranya masih sangat sederhana dengan kemampuan apa adanya (tradisional). Ketiga Subsektor memiliki nilai FL yang tinggi, kemungkinan karena banyaknya industri pengolahan ikan di Banyuwangi baik industri yang menghasilkan produk yang bisa langsung dikonsumsi atau produk bahan baku bagi sektor usaha yang lain. Salah satu tujuan penentuan subsektor kunci ini adalah untuk fokus pengalokasian dana pembangunan yang terbatas. Namun bukan berarti subsektor kunci terpilih adalah subsektor yang bisa dijadikan patokan strategi jangka panjang, dengan hanya menggunakan data input-output sebagai sumber data analisis, subsektor tambak hanya efektif bagi upaya perbaikan dalam jangka pendek. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Sektor perikanan mencakup 3 subsektor besar, yaitu subsektor perikanan laut, tambak, dan perikanan air tawar. Ketiga subsektor tersebut memiliki banyak potensi yang belum dimanfaatkan. Tambak merupakan subsektor kunci pembangunan perikanan Banyuwangi, dengan nilai BL sebesar 1,3661 dan FL sebesar 1,2674. Penggunaan data input output sebagai sumber data analisis ternyata membatasi ruang analisis hanya pada kondisi data yang dipergunakan. Hal ini melihat kelemahan data input output yang sifatnya statis sehingga tidak dapat melihat gejolak perekonomian di antara periode data input output terlebih untuk memprediksi kondisi ke depan. Saran yang dapat diberikan penulis adalah agar subsektor tambak dapat menunjukkan fungsi strategisnya dalam membantu pembenahan perekenomian Banyuwangi ini maka perlu didukung dengan kebijakan yang berdampak langsung pada produksi subsektor tambak maupun melalui intensifikasi produksi sektor-sektor komplementernya dengan memanfaatkan hubungan interdependensi terhadap subsektor tambak. Perlunya menumbuhkembangkan potensi subsektor perikanan yang lain, sehingga sektor perikanan bisa menjadi sektor kunci pembangunan Banyuwangi secara keseluruhan, bukan hanya secara parsial. Perlu kiranya dilakukan perluasan penelitian di bidang perikanan, khususnya subsektor tambak, agar didapatkan hal-hal baru yang dapat menunjang perkembangan subsektor ini.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FPR/2007/174/050803256
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 639 Hunting, fishing & conservation > 639.2 Commercial fishing, whaling, sealing
Divisions: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Sosial Ekonomi Agrobisnis Perikanan
Depositing User: Endang Susworini
Date Deposited: 25 Oct 2008 10:33
Last Modified: 28 Dec 2021 06:33
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/132300
[thumbnail of 050803256.pdf]
Preview
Text
050803256.pdf

Download (4MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item