YudhaRiatriSetiarini (2007) Pengelompokan Stasiun Pengamatan Sungai Lajing berdasarkan Makrozoobenthos di Desa Gubugklakah-Duwet Kecamatan Poncokusumo-Tumpang Kabupaten Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Sungai Lajing merupakan salah satu sungai yang bersumber di dataran tinggi Poncokusumo. Kawasan di sekitar Sungai Lajing tepatnya di Desa Gubugklakah - Desa Duwet telah dimanfaatkan oleh masyarakat setempat (wisata, pertanian, MCK, dan penambangan pasir). Adanya beban masukan ke sungai tersebut mengakibatkan perubahan ekosistem sungai sehingga berpengaruh terhadap perubahan struktur komunitas makrozoobenthos. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu diadakan penelitian tentang makrozoobenthos di Sungai Lajing. Tujuan penelitian ini adalah mengelompokkan stasiun pengamatan Sungai Lajing berdasarkan makrozoobenthos di Desa Gubugklakah-Duwet Kecamatan Poncokusumo–Tumpang Kabupaten Malang. Materi penelitian ini terdiri dari data primer (komunitas makrozoobenthos, air dan nir air) dan data sekunder (instansi terkait). Pengambilan sampel dilakukan pada 8 stasiun sebanyak 2 kali ulangan. Stasiun pengambilan sampel ditentukan berdasarkan daerah yang mendapat gangguan aktivitas manusia dan order sungai. Pengambilan sampel pada setiap stasiun menggunakan jala tangan dengan mata jaring 500 um secara “kick sampling” sepanjang 10 m. Sampel dipreservasi dengan alkohol 96%. Parameter air dan nir air yang diukur meliputi kecepatan arus, substrat dasar, suhu, TSS (“Total Suspended Solid”), DO (“Dissolved Oxygen”), pH, TOM (“Total Organic Matter”), dan kesadahan. Teknik analisis data menggunakan TWINSPAN. Berdasarkan parameter air dan nir air di Sungai Lajing didapatkan kecepatan arus berkisar 6,53-34,01 cm/detik, substrat dasar didominasi oleh batu kecil, kerikil, pasir, dan lumpur, suhu berkisar 17-21oC, TSS berkisar antara 6-41 mg/l, DO berkisar antara 4,51-6,73 mg/l, pH berkisar antara 7-8, TOM berkisar antara 6,32-44,87 mg/l, dan kesadahan berkisar antara 40-222 mg CaCO3/l. Dari hasil penelitian makrozoobenthos didapatkan 71 taxa yang terdiri dari dari 9 ordo (Coleoptera, Collembola, Diptera, Ephemeroptera, Hemiptera, Lepidoptera, Odonata, Plecoptera, Trichoptera), 4 kelas (Arachnida, Crustacea, Gastropoda, Oligochaeta), dan 1 filum (Platyhelminthes). Dari analisis data menggunakan TWINSPAN didapatkan pengelompokan stasiun pengamatan Sungai Lajing berdasarkan makrozoobenthos menjadi 5 kelompok stasiun pengamatan (A, B, C, D, E). Kelompok stasiun pengamatan A terdiri dari stasiun pengamatan 1.I, 1.II, 3.I dan 3.II (daerah wisata Coban Trisula, bekas tempat peristirahatan, dan MCK). Makrozoobenthos yang ditemukan pada kelompok stasiun pengamatan A antara lain Glossosomatidae, Tabanidae, Culicidae, dan Chironomus thumni. Kelompok stasiun pengamatan B terdiri dari stasiun pengamatan 2.I, 4.II, 5.I dan 5.II (daerah pertanian jagung, kol, dan wortel). Makrozoobenthos yang ditemukan pada kelompok stasiun pengamatan B antara lain Odontoceridae, Gyrinidae dewasa, Helodidae, dan Stratiomyidae. Kelompok stasiun pengamatan C terdiri dari stasiun pengamatan 2.II, 7.I dan 7.II (daerah pertanian jagung, kapri dan terdapat mata air yang digunakan petani untuk MCK). Makrozoobenthos yang ditemukan pada kelompok stasiun pengamatan C antara lain Cordulegasteridae, Zygoptera sp., dan Psychodidae. kelompok stasiun pengamatan D terdiri dari stasiun pengamatan 4.I, 6.I, dan 6.II (daerah pertanian jagung, kol dan MCK). Makrozoobenthos yang ditemukan pada kelompok stasiun pengamatan D antara lain Caenidae dan Lumbriculidae. Kelompok stasiun pengamatan E terdiri dari stasiun pengamatan 8.I dan 8.II (daerah penambangan pasir dan MCK). Makrozoobenthos yang ditemukan pada kelompok stasiun pengamatan E antara lain Hydroptilidae, Trichoptera sp., dan Gomphidae. Kelompok stasiun pengamatan A, B, C, D, dan E dalam kondisi sehat namun terdapat peringatan dengan ditemukannya jenis yang toleran terhadap bahan organik. Makrozoobenthos dapat digunakan sebagai bioindikator untuk menilai kondisi sungai dan dapat memberikan informasi untuk pengelolaan secara terpadu. Sungai Lajing berdasarkan hasil penelitian dalam kondisi sehat namun terdapat organisme yang toleran terhadap bahan organik sehingga perlu adanya usaha rehabilitasi untuk menjaga kelestarian sungai Lajing. Rehabilitasi diprioritaskan pada kelompok stasiun pengamatan yang mengalami gangguan terparah dimulai dari kelompok stasiun pengamatan C, D, E, A, dan B. Rehabilitasi dapat dilakukan dengan pelarangan pembuangan sampah secara sembarangan dengan penyediaan tempat-tempat sampah pada daerah wisata, pengaturan sistem pertanaman dengan mengurangi teknik penanaman ”up and down the slope” menjadi teknik penanaman menurut garis kontur yang dilengkapi dengan pembuatan teras pada daerah pertanian, pengawasan secara ketat dan penentuan kapasitas angkut maksimum pasir per hari pada daerah penambangan pasir, serta adanya penyuluhan tentang pentingnya menjaga lingkungan dan membangun sarana kebersihan seperti WC umum bagi masyarakat sekitar.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FPR/2007/150/0500803195 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 639 Hunting, fishing & conservation > 639.2 Commercial fishing, whaling, sealing |
Divisions: | Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Teknologi Hasil Perikanan |
Depositing User: | Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id |
Date Deposited: | 24 Oct 2008 15:42 |
Last Modified: | 19 Oct 2021 16:40 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/132279 |
Preview |
Text
050803195.pdf Download (5MB) | Preview |
Actions (login required)
![]() |
View Item |