Hubungan Kekerabatan Durian Merah Banyuwangi Dengan Dugaan Tetua Berdasarkan Analisis Morfologi Dan Isoenzim

PelitaPutri, Puput (2016) Hubungan Kekerabatan Durian Merah Banyuwangi Dengan Dugaan Tetua Berdasarkan Analisis Morfologi Dan Isoenzim. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Indonesia ialah negara mega biodiversitas karena memiliki kawasan hutan tropika basah dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi di dunia. Durian merupakan salah satu buah tropika yang memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi. Durian merah Banyuwangi ialah salah satu plasma nutfah yang ada di Banyuwangi yang memiliki ciri khas yakni terletak pada daging buahnya yang berwarna merah. Menurut Rusmiati et al., (2013) durian merah Banyuwangi diduga merupakan jenis turunan dari persilangan alami, antara Durio zibhetinus dan Durio graveolens (persilangan interspesifik). Beberapa cara untuk melihat sifat dan keragaman suatu tanaman antara lain dengan penanda morfologi dan penanda molekuler. Salah satu upaya untuk mengembangkan marka genetik koleksi plasma nutfah adalah dengan cara mengembangkan marka genetik secara biokimia menggunakan penanda protein didukung dengan penanda morfologi (Bansir et al., 2010). Menurut Widiyanti et al., (2006) salah satu pendekatan yang dilakukan untuk mengetahui jarak genetik suatu tanaman ialah dengan menggunakan pola pita isoenzim. Dalam penelitian ini dilakukan pendugaan hubungan kekerabatan 6 jenis durian merah Banyuwangi dengan dugaan tetua yakni D. zibhetinus putih dan kuning, D. kutejensis dan D. graveolens. Pendugaan tetua dari durian merah Banyuwangi ini mengacu pada warna daging buah durian merah yang dihasilkan. Hipotesis dari penelitian ini ialah dari beberapa durian merah Banyuwangi terdapat satu atau lebih yang memiliki tingkat kemiripan dengan dugaan tetua durian merah Banyuwangi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juni 2016. Pengambilan sampel dilaksanakan di Banyuwangi. Analisis isoenzim dilaksanakan di LSIH, Fakultas MIPA Univeritas Brawijaya. Bahan yang digunakan ialah sampel daun durian dari 10 jenis yang terdiri dari 6 jenis durian merah Banyuwangi (Dubang, Wayut, Musang Merah, Tretes Benel, Red King dan Balqis) dan 4 jenis durian dugaan tetua (D. zibhetinus putih dan kuning, D. kutejensis dan D. graveolens). Sedangkan bahan kimia yang digunakan ialah buffer pengekstrak, nitrogen cair, gel poliakrilamida (separating gel 7 % dan stacking gel 5 %), Redusing Sample Buffer (RSB), aquades, kertas aluminium foil, serta pewarna esterase (EST) dan peroksidase (PER). Sedangkan untuk analisis morfologi daun dilakukan pengamatan kualitatif dan kuantitatif. Analisis morfologi kualitatif daun sesuai buku panduan Biodiversity International Descriptors for Durian (D. zibethinus Murr.). sedangkan untuk analisis morfologi kuantitatif dilakukan dengan mengukur panjang dan lebar daun durian dengan penggaris. Analisis data menggunakan program komputer NTYS versi 2.02 melalui prosedur SIMQUAL (Similarity for Qualitative Data) dan dilanjutkan analisis pengelompokkan menggunakan prosedur SAHN (Sequential Agglomerative Hierarical Nested Cluster Analysis) (Rohlf, 2004). Indonesia ialah negara mega biodiversitas karena memiliki kawasan hutan tropika basah dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi di dunia. Durian merupakan salah satu buah tropika yang memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi. Durian merah Banyuwangi ialah salah satu plasma nutfah yang ada di Banyuwangi yang memiliki ciri khas yakni terletak pada daging buahnya yang berwarna merah. Menurut Rusmiati et al., (2013) durian merah Banyuwangi diduga merupakan jenis turunan dari persilangan alami, antara Durio zibhetinus dan Durio graveolens (persilangan interspesifik). Beberapa cara untuk melihat sifat dan keragaman suatu tanaman antara lain dengan penanda morfologi dan penanda molekuler. Salah satu upaya untuk mengembangkan marka genetik koleksi plasma nutfah adalah dengan cara mengembangkan marka genetik secara biokimia menggunakan penanda protein didukung dengan penanda morfologi (Bansir et al., 2010). Menurut Widiyanti et al., (2006) salah satu pendekatan yang dilakukan untuk mengetahui jarak genetik suatu tanaman ialah dengan menggunakan pola pita isoenzim. Dalam penelitian ini dilakukan pendugaan hubungan kekerabatan 6 jenis durian merah Banyuwangi dengan dugaan tetua yakni D. zibhetinus putih dan kuning, D. kutejensis dan D. graveolens. Pendugaan tetua dari durian merah Banyuwangi ini mengacu pada warna daging buah durian merah yang dihasilkan. Hipotesis dari penelitian ini ialah dari beberapa durian merah Banyuwangi terdapat satu atau lebih yang memiliki tingkat kemiripan dengan dugaan tetua durian merah Banyuwangi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juni 2016. Pengambilan sampel dilaksanakan di Banyuwangi. Analisis isoenzim dilaksanakan di LSIH, Fakultas MIPA Univeritas Brawijaya. Bahan yang digunakan ialah sampel daun durian dari 10 jenis yang terdiri dari 6 jenis durian merah Banyuwangi (Dubang, Wayut, Musang Merah, Tretes Benel, Red King dan Balqis) dan 4 jenis durian dugaan tetua (D. zibhetinus putih dan kuning, D. kutejensis dan D. graveolens). Sedangkan bahan kimia yang digunakan ialah buffer pengekstrak, nitrogen cair, gel poliakrilamida (separating gel 7 % dan stacking gel 5 %), Redusing Sample Buffer (RSB), aquades, kertas aluminium foil, serta pewarna esterase (EST) dan peroksidase (PER). Sedangkan untuk analisis morfologi daun dilakukan pengamatan kualitatif dan kuantitatif. Analisis morfologi kualitatif daun sesuai buku panduan Biodiversity International Descriptors for Durian (D. zibethinus Murr.). sedangkan untuk analisis morfologi kuantitatif dilakukan dengan mengukur panjang dan lebar daun durian dengan penggaris. Analisis data menggunakan program komputer NTYS versi 2.02 melalui prosedur SIMQUAL (Similarity for Qualitative Data) dan dilanjutkan analisis pengelompokkan menggunakan prosedur SAHN (Sequential Agglomerative Hierarical Nested Cluster Analysis) (Rohlf, 2004). Berdasarkan hasil dendogram mengggunakan enzim esterase terdapat tiga klaster yang terbentuk pada koefisien kemiripan 60%. Klaster pertama yaitu D. graveolens, D. kutejensis, Dubang, Wayut, Musang Merah, dan Tretes Benel yang mengelompok bersama diduga memiliki kemiripan genetik sebesar 100%. Klaster kedua yaitu D. zibethinus kuning dan D. zibethinus putih yang diduga memiliki kemiripan genetik sebesar 80%. Klaster ketiga yaitu Red King dan Balqis yang diduga memiliki kemiripan genetik sebesar 80%. Berdasarkan hasil dendogram dengan menggunakan enzim peroksidase dapat dilihat bahwa terdapat dua klaster yang terbentuk pada koefisien kemiripan 60%. Klaster pertama yakni D. graveolens, D. kutejensis, Dubang, Wayut dan Tretes Benel. Pada klaster ini terbagi lagi ke dalam koefisien kemiripan 80%. D. graveolens dan D. kutejensis yang mengelompok diduga memiliki kemiripan genetik sebesar 80%. Sedangkan untuk Dubang, Wayut, dan Tretes Benel diduga memiliki kemiripan genetik sebesar 100%. Klaster kedua ialah D. zibethinus kuning dan putih, Musang Merah, Red King dan Balqis. Pada klaster ini terbagi lagi pada koefisien kemiripan 80%. D. zibethinus kuning dan putih mengelompok sendiri diduga memiliki kemiripan genetik sebesar 80%. Sedangkan untuk Musang Merah, Red King dan Balqis diduga memiliki kemiripan genetik sebesar 100%. Berdasarkan hasil dendogram pada karakter morfologi kualitatif daun diperoleh hasil bahwa terdapat satu klaster yang terbentuk pada koefisien kemiripan 78%. D. zibethinus kuning, Tretes Benel, dan Red King diduga memiliki kemiripan genetik sebesar 100%. Sedangkan untuk D. graveolens, D. kutejensis, D. zibethinus putih, Dubang, Wayut, Musang Merah dan Balqis mengelompok pada koefisien kemiripan 78%.

English Abstract

Indonesia is the high biodiversity country because it has wet tropical forest areas to the level of high biodiversity in the world. Durian is one of the tropical fruit has a high levels of biodiversty. Red durian Banyuwangi is one of germplasm in Banyuwangi that has a characteristic in the flesh color that was red. According to Rusmiati et al., (2013), red durian Banyuwangi is alleged as the type of derived from a self pollination between the Durio zibethinus and the Durio graveolens (a interspecific pollination). There where some ways to see characteristic and variety of plants, that was morphology and molecular marker. One of the effort to develop the genetic markers of germplasm collection is by developing the genetic markers of germplasm colection biochemically by using the protein marker supported by morphology marker (Bansir et al., 2010). Based on Widiyanti et al., (2006), one of the approaches to indentify the genetic range of a plant is by using banding pattern isoenzim. In the present study, there were six types of relationship of red durian Banyuwangi on suspected the elders; D. zibethinus white and yellow, D. kutejensis and D. graveolens. The alleged parent of red durian Banyuwangi was based on the fruit’s flesh color of red durian that had been produced. The hypothesis of the current study is from several red durian Banyuwangi, one or more has the level of the similarities with the alleged elders of durian red banyuwangi. This study was conducted on the April until June 2016. The sample was taken in Banyuwangi. Isoenzim analysis was conducted in LSIH, MIPA Universitas Brawijaya. The material that had been used was the leaves samples of durian from 10 types; that was 6 categories of red duran Banyuwangi (Dubang, Wayut, Musang Merah, Tretes Benel, Red King and Balqis) and 4 types of durian alleged elders (D. zibethinus white and yellow, D. kutejensis and D. graveolens). While the chemical that had been used were buffer extract, liquid nitrogen, gel polyakrylamide (separating gel 7% and stacking gel 5%), Redusing Sample Buffer (RSB), aquades, aluminum foil paper, and esterase enzime (EST) and peroxidase (PER). Beside that the researcher did qualitative and quantitative observation to analyze the morphology of leaves. Morphological leaves analysis qualitative based on the guidance book of biodiversity international descriptors for durian (D. zibethinus Murr.). While for the morphology quantitative analysis is performed by measuring length and width of durian’s leave with a ruler. The data analysis was used a computer program of NTYS version 2.02 through SIMQUAL procedure (Similarity for Qualitative Data) and continued with clustering analysis by using SAHN procedure (Sequential Agglomerative Hierarical Nested Cluster Analysis) (Rohlf, 2004). Based on the results of dendogram by using an esterase enzyme, there were three cluster formed at the similarity coefisien 60%. The first cluster, namely D. graveolens, D. kutejensis, Dubang, Wayut, Musang Merah, and Tretes Benel who clumped with alleged to have the genetic similarities that was 100 %. The second cluster that was D. zibethinus yellow and white alleged to have the genetic similarities that was 80%. The third cluster, Red king and Balqis alleged having the genetic similarities 80%. Based on the results of dendogram by using a peroxidase enzyme, there were two cluster that formed in the similarities coefficient 60%. The first cluster namely D. graveolens, D. kutejensis, Dubang, Wayut and Tretes Benel . This cluster was divided into the similarities coefficient 80% . D. graveolens and D. kutejensis who clumped alleged to have the genetic similarities that was 80%. While for Dubang, Wayut, and Tretes Benel alleged to have the genetic similarities amount of 100%. The second cluster, D. zibethinus yelllow and white, Musang Merah, Red King and Balqis. This cluster was divided into the similarities coefficient 80%. D. zibethinus yellow and white clumped by themselves that alleged having the genetic similarities amount of 80%. While for Musang Merah, Red King and Balqis, alleged to have the genetic similarities amount of 100%. Based on the results of dendogram in the characters of qualitative morphology of leaves there was one cluster that formed in the similarities coefficient that was 78%. D . zibethinus yellow, Tretes Benel and Red King alleged to have the genetic similarities amount of 100%. Beside that, for D . graveolens, D. kutejensis, D. zibethinus white, Dubang, Wayut, Musang Merah and Balqis were clumped alleged to have the similarities coefficient amount of 78%.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2016/821/051610700
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 631 Specific techniques; apparatus, equipment materials > 631.5 Cultivation and harvesting
Divisions: Fakultas Pertanian > Budidaya Pertanian
Depositing User: Sugiantoro
Date Deposited: 11 Jan 2017 14:37
Last Modified: 20 Oct 2021 07:24
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/131823
[thumbnail of SUMMARY.pdf]
Preview
Text
SUMMARY.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of DAFTAR_ISI.pdf]
Preview
Text
DAFTAR_ISI.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of COVER_DAN_SOFT_COVER.pdf]
Preview
Text
COVER_DAN_SOFT_COVER.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of BAB_I-V.pdf]
Preview
Text
BAB_I-V.pdf

Download (3MB) | Preview
[thumbnail of RINGKASAN.pdf]
Preview
Text
RINGKASAN.pdf

Download (1MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item