Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Dan Pendapatan Usahatani Tanaman Obat Ashitaba (Angelica Keiskei) (Studi Kasus Di Desa Ketapanrame Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto)

NurAini, Heny (2016) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Dan Pendapatan Usahatani Tanaman Obat Ashitaba (Angelica Keiskei) (Studi Kasus Di Desa Ketapanrame Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Pertanian merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan yang mencakup aspek ilmu pengetahuan, teknologi dan kemasyarakatan serta mencakup tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan sehingga memiliki peranan penting bagi perkembangan perekonomian khususnya di Indonesia. Peningkatan produksi dan produktivitas hasil pertanian diperlukan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani. Ashitaba (Angelica keiskei) merupakan tanaman yang cocok tumbuh didataran tinggi, sehingga tanaman ini dapat menjadi potensi bagi masyarakat desa hutan dalam mengembangkan usahatani dan meningkatkan pendapatan melalui pemanfaatan sumber daya yang tersedia. Salah satu masyarakat yang berusaha mempopulerkan dan mengangkat citra produk organik dengan memanfaatkan hutan produksi adalah petani ashitaba di Desa Ketapanrame Kecamatan Trawas yang berada dibawah naungan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Margo Mulyo dan Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Pasuruan. Petani di Desa Ketapanrame Kecamatan Trawas-Mojokerto merupakan produsen yang membudidayakan tanaman obat ashitaba. Ashitaba lebih populer di Jepang dibandingkan di Indonesia, sehingga pemasarannya diekspor ke Jepang melalui PT. Ambico. Permintaan tanaman obat ashitaba di kelompok usahatani Margo Mulyo semakin meningkat dapat dilihat dari permintaan di tahun 2015 sebesar 950 ton dan tahun 2016 sebesar 1250 ton. Pemasaran yang dilakukan PT. Ambico dewasa ini mulai meluas selain diekspor ke Jepang juga mulai diekspor ke Amerika. Peningkatan permintaan ekspor belum mampu diimbangi dengan penawaran oleh petani ashitaba. Hal tersebut menunjukkan bahwa produksi tanaman obat ashitaba di Desa Ketapanrame perlu ditingkatkan. Produktivitas usahatani yang maksimal dapat dicapai apabila faktor-faktor produksi usahatani ashitaba dapat dikelola dengan baik. Secara teoritis, produksi merupakan fungsi dari faktor produksi (input) sehingga bisa dikatakan bahwa perubahan produksi dipengaruhi oleh adanya perubahan faktor produksi (input) yang digunakan secara efisien. Hasil produksi dipengaruhi oleh jumlah input yang digunakan dalam proses produksi. Penggunaan jumlah input atau faktor produksi juga akan berpengaruh pada biaya yang dikeluarkan. Tujuan penelitian adalah: 1) Menganalisis tingkat pendapatan usahatani tanaman obat ashitaba, 2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan pendapatan tanaman obat ashitaba, 3) Menganalisis efisiensi alokatif penggunaan faktor-faktor produksi usahatani ashitaba di daerah penelitian. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive di Desa Ketapanrame Kecamatan Trawas- Mojokerto dengan pertimbangan bahwa petani di daerah tersebut memproduksi tanaman organik khususnya tanaman obat ashitaba. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data dalam satu waktu tertentu yaitu bulan Maret 2016. Metode analisis data menggunakan analisis usahatani, analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dan fungsi pendapatan, serta analisis efisiensi alokatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pendapatan petani ashitaba per hektar dalam satu tahun produksi adalah Rp 37.435.730. Faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap produksi tanaman obat ashitaba adalah luas lahan, pupuk kompos dan tenaga kerja, sedangkan pupuk pupuk kandang berpengaruh negatif. Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap pendapatan usahatani adalah produksi, sedangkan faktor biaya sharing lahan, biaya pupuk kandang, biaya pupuk kompos, dan biaya tenaga kerja berpengaruh negatif terhadap pendapatan petani. Penggunaan pupuk kandang di daerah penelitian pada tingkat harga yang berlaku tidak efisien karena sudah terlalu banyak dan penggunaan pupuk kompos masih terlalu sedikit. Petani ashitaba dalam peningkatan pendapatan perlu mengalokasikan semua faktor produksi dengan baik dengan mempertimbangkan semua faktorfaktor produksi yang mempengaruhi tingkat produksi yang ingin dicapai dengan harga input maupun outputnya. Upaya peningkatan pendapatan usahatani ashitaba di daerah penelitian perlu mengurangi penggunaan pupuk kandang, menambah penggunaan luas lahan, pupuk kompos dan tenaga kerja. Selain itu peningkatan pendapatan dapat dilakukan dengan pengembangan produk segar menjadi produk olahan. Pemasaran produk olahan dapat dilakukan ke masyarakat lokal sehingga masyarakat lokal dapat mengenal tanaman yang kaya manfaat tersebut.

English Abstract

Agriculture is a basic need in life that includes aspects of science, technology and society, and include food crops, horticulture, livestock, fisheries, forestry plantations and thus has an important role for economic development, especially in Indonesia. Increased production and agricultural productivity is needed to improve the income and standard of living of farmers. Ashitaba (Angelica keiskei) is a plant that is suitable to grow in the highlands, so that the plant can be a potential for forest villagers in developing farming and increase revenue through the use of available resources. Salah satu masyarakat yang berusaha mempopulerkan dan mengangkat citra produk organik dengan memanfaatkan hutan produksi adalah petani ashitaba di Desa Ketapanrame Kecamatan Trawas yang berada dibawah naungan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Margo Mulyo dan Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Pasuruan. Petani di Desa Ketapanrame Kecamatan Trawas-Mojokerto merupakan produsen yang membudidayakan tanaman obat ashitaba. Ashitaba lebih populer di Jepang dibandingkan di Indonesia, sehingga pemasarannya diekspor ke Jepang melalui PT. Ambico. Permintaan tanaman obat ashitaba di kelompok usahatani Margo Mulyo semakin meningkat dapat dilihat dari permintaan di tahun 2015 sebesar 950 ton dan tahun 2016 sebesar 1250 ton. Pemasaran yang dilakukan PT. Ambico dewasa ini mulai meluas selain diekspor ke Jepang juga mulai diekspor ke Amerika. One of the people tried to popularize and raise the image of organic products by utilizing production forest is ashitaba farmer’s at Ketapanrame village Trawas District Mojokerto regency under the guidance of institutions forest villagers and forest stakeholders unity of Pasuruan. Ashitaba more popular in Japan than in Indonesia, so marketing is exported to Japan through PT.Ambico.Demand ashitaba medicinal plants in Margo Mulyo farming group can be seen from the increasing demand in 2015 amounted to 950 tons and 2016 tons for 1250. Marketing conducted by PT.Ambico today began to spread apart exported to Japan also began to be exported to America. Increased export demand has not been able to offset these deals Margo Mulyo farming group. It shows that the production of medicinal plants in the Ketapanrame village needs to be improved. Maximum farm productivity can be achieved when factors ashitaba farm production can be managed properly.Theoretically, the production is a function of factors of production (input) so that it can be said that the change in production is influenced by the change of the factors of production (input) used.The production is influenced by the amount of inputs used in the production process.Use of the number of inputs or factors of production will also affect the cost. The research objective is: 1) analyze income level of ashitaba medicine plant farming, 2) analyze the factors that affect the production and income of ashitaba farming, 3) analyze the allocative efficiency of use the production factors in the study area.The research location determined by purposive in Ketapanrame village Trawas-Mojokerto consideration that the farmers produce organic crops, especially of ashitaba medicine plants.The data used in this study is the data within a certain time, namely in March 2016. Methods of data analysis using income analysis of farming, multiple production and income analysis, and efficiency analysis. The results showed that average income ashitaba farmer per hektare during one years production is Rp 37.435.730. factors that positively affects the production of ashitaba farming are land area, compost, and labor, while the negative affect of manure ferlitizer. Use of manre in the research area on the pricee leve prevailing inefficient because is so high and the use of compost is lowest. Ashitaba farmers in increased revenue necessary to allocate all of the factors of production are well taking into account all the factors of production that affect the production levels. Effort to increase ashitaba farm incomes in research area need to reduce the use of manure. Beside it need to increase the use of land area, compost, and labor. Beside the increase farmers income could be done by developing fresh products into refined products.Marketing of refined products can be made to local communities so that local communities can recognize a rich source of such benefits.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2016/542/051609230
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture
Divisions: Fakultas Pertanian > Agribisnis
Depositing User: Sugiantoro
Date Deposited: 21 Dec 2016 13:29
Last Modified: 19 Oct 2021 13:01
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/131549
[thumbnail of JURNAL.pdf]
Preview
Text
JURNAL.pdf

Download (2MB) | Preview
[thumbnail of SKRIPSI.PDF]
Preview
Other
SKRIPSI.PDF

Download (6MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item