Yaqin, SayyidiAinul (2016) Hubungan Intensitas Pendampingan Perhutani Terhadap Keberhasilan Penanaman Kopi Pada Program Phbm (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat) (Dusun Sumberbendo, Desa Kucur, Kec. Dau, Kab. Malang). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
PHBM merupakan program Perhutani yang bergerak dalam bidang produksi getah pinus dengan cara bermitra dengan masyarakat desa hutan. Kegiatan tersebut dimulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi pada kegiatan penyadapan getah. Untuk itu pihak Perhutani terus memberikan pendampingan kepada penyadap. Tetapi pada pelaksanaannya penyadapan tidak dilakukan pada musim hujan, karena pada saat musim hujan getah yang dihasilkan sedikit, sehingga penyadap lebih memilih untuk melakukan budidaya sayuran di bawah tegakan pinus. Kegiatan tersebut tidak dianjurkan oleh pihak Perhutani, karena budidaya sayuran dapat menyebabkan erosi pada lahan hutan yang pada umumnya miring. Sehingga Perhutani menganjurkan penyadap untuk melakukan penanaman kopi. Maka untuk mengetahui keberhasilan penanaman kopi, kemampuan penyadap akan dilihat dari tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang budidaya kopi yang baik dibawah tegakan. Kegiatan tersebut dapat dikatakan berhasil apabila pendampingan yang dilakukan Perhutani berjalan dengan baik. Dampak lain yang ditimbulkan dari keberhasilan penanaman kopi tersebut adalah erosi lahan di bawah tegakan akan berkurang. Selain mengetahui tentang keberhasilan penanaman kopi dan pendampingan Perhutani, penelitian ini juga melihat faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik penyadap yang dapat mendukung suatu keberhasilan penanaman kopi. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan intensitas pendampingan Perhutani pada pengelolaan PHBM, 2) mendeskripsikan penyelenggaraan program PHBM, 3) mendeskripsikan faktor intrinsik dan ekstrinsik penyadap yang dapat mendukung keberhasilan penanaman kopi, 4) melakukan analisis terhadap keberhasilan penanaman kopi, 5) menganalisis hubungan intensitas pendampingan dengan keberhasilan penanaman kopi. Penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja di Dusun Sumberbendo Desa Kucur Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Penentuan responden menggunakan metode sensus terhadap keseluruhan anggota penyadap. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk mengetahui intensitas pendampingan, implementasi program dan faktor intrinsik dan ekstrinsik penyadap, dan analisis kuantitatif rank spearman yang digunakan untuk menganalisis hubungan pendampingan dengan keberhasilan penanaman kopi. Hasil dari penelitian ini adalah diketahui bahwa 1) intensitas pendampingan yang dilakukan oleh Perhutani terhadap penyadap tergolong cukup baik. Pendamping sebagai konseptor mampu menjelaskan rencana kegiatan dan manfaat yang akan diterima masyarakat apabila mengikuti kegiatan PHBM, sebagai fasilitator pendamping akan segera memfasilitasi kebutuhan penyadap apabila penyadap melaporkan kerusakan alat kepada pihak Perhutani, sebagai pembimbing teknis pendamping selalu menjelaskan cara-cara penyadapan dan budidaya di bawah tegakan yang baik dan tidak merusak lahan, sebagai motivator pendamping mampu mengajak penyadap untuk menanam kopi dalam mengurangi ii erosi lahan di bawah tegakan dan selalu mengevaluasi kegiatan yang kurang baik seperti cara pembukaan kuare yang tidak boleh terlalu tebal. Tetapi pendamping kurang baik dalam memberikan informasi baru kepada penyadap. 2) Pada pelaksanaan kegiatan, penyadap mampu melakukan pemeliharaan terhadap tanaman pinus, tetapi pada pelaksanaan produksi tidak dilakukan penyadap pada musim hujan, sehingga getah yang dihasilkan tidak mencapai target. Pada tahap evaluasi, apabila ada kendala pada kegiatan penyadapan, penyadap langsung melaporkan kondisi tersebut kepada pihak Perhutani, terutama pada kerusakan alat dan penentuan harga getah. 3) faktor intrinsik yang dapat mendukung keberhasilan penanaman kopi adalah faktor pengalaman penyadap dalam berusahatani dan usia, faktor pendidikan penyadap kurang mendukung dalam keberhasilan penanaman, disebabkan rata-rata pendidikan terakhir penyadap adalah sekolah dasar. Faktor ekstrinsik yang sangat mempengaruhi adalah faktor pendapatan, dan kepemilikan lahan. 4) tingkat keberhasilan penanaman kopi pada aspek pengetahuan yang didapatkan penyadap dari teman dan pengalaman usahataninya. Tetapi, penyadap kurang memahami apa alasan di balik pengetahuan yang mereka dapatkan, sehingga keterampilan penyadap juga hanya mengikuti anjuran teman. 5) hubungan yang terjadi antara intensitas pendampingan dengan keberhasilan penanaman kopi adalah Perhutani mampu menjelaskan beberapa tahap kegiatan budidaya kopi yang baik agar tidak mengganggu tanaman pokok, dan rata-rata penyadap mampu melakukannya. Penanaman kopi yang dilakukan penyadap mampu mengurangi erosi lahan di bawah tegakan sesuai dengan tujuan pendampingan yang dilakukan Perhutani melakukan produksi tetapi tetap menjaga kelestarian hutan produksi tersebut. Pendampingan yang dilakukan oleh Perhutani perlu ditingkatkan lagi, seperti pada kegiatan penyampaian informasi tentang target getah kepada seluruh penyadap, agar pengelolaan program PHBM semakin baik. Pelaksanaan kegiatan penyadapan juga perlu ditingkatkan pada musim hujan, apabila dilakukan lebih rutin hasil getah dapat membantu Perhutani dalam memenuhi target yang sudah ditentukan, meskipun getah yang dihasilkan tidak sebanyak musim kemarau. Penyadap juga dapat memanfaatkan lahan di bawah tegakan untuk ditanami kopi. Tetapi perlu adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan penyadap dalam budidaya kopi, dengan cara memberikan penyuluhan tentang budidaya kopi yang baik di bawah tegakan pinus.
English Abstract
CBFM program is a program from Perhutani that is engaged in the production of pine resin in partnership with the community forest village. The activities began on the planning, implementation and evaluation on tapping sap. So, Perhutani always giving assistance to pinesap tappers. But in practice tapping was not done in the rainy season, because during the rainy season pine resin produced slightly. So pine sap tappers would prefer to make the cultivation of vegetables under pine stands. These activities are not recommended by Perhutani, because that can cause erosion on sloping forest land. So Perhutani encourage pine sap tappers for planting coffee. So to determine the success rate of coffee planting, the ability tappers will be seen from the level of affective, cognitive and psychomotor of pine sap tappers on coffee cultivation either under the pine stand. Such activities can be said to be successful if mentoring by Perhutani going well. The other impacts of the coffee planting success is soil erosion under the stands will be reduced. In addition to knowing the success of planting coffee and mentoring Perhutani, this study also viewed intrinsic and extrinsic factors of pine sap tappers that can support a success rate of coffee planting. If the event is successful, so mentoring of Perhutani going well and soil erosion under the stands will be reduced. And I will also look at the factors of pinesap tapper that can support a success rate of coffee planting. The purpose of this research are 1) describe the intensity of perhutani Mentoring in the implementation of CBFM, 2) describe the implementation of the CBFM program, 3) describe the intrinsic and extrinsic factors of pinesap tapper to support the success of planting coffee, 4) analysis the success rate of coffee planting, 5) analyze the relationship between the intensity of mentoring with the success rate of coffee planting. research location determined by purposive in Sumberbendo Hamlet Kucur village Dau Subdistrict Malang regency. Determination of respondents using census method to the overall member of pinesap tappers. The analytical method used is descriptive analysis to determine the intensity of mentoring, program implementation and intrinsic and extrinsic factors of pinesap tappers, and quantitative analysis using rank spearman analysis were used to analyze the caring relationships with the success rate of coffee planting. The results of this study are 1) the intensity of mentoring by Perhutani to pine sap tappers quite good. Mentor as a drafter able to explain the plan of activities and benefits that will be received by the public when following CBFM activities, as facilitators will facilitate the needs tapper quickly, when the pine sap iv tappers reported a tap sap damaged to Perhutani, as the technical supervisor, mentor always explaining how to tapping pine sap and cultivation coffee that is well under the stand and does not damage the land, as the motivator mentor was able to invite the pine sap tappers to plant coffee for reducing soil erosion under the pine stands and always evaluate are less well activities such as opening the kuare should not be too thick. But companion less well in giving new information to pine sap tapper. 2) In the implementation of CBFM, pine sap tapper capable of performing maintenance on the pine trees, but the pine sap tappers not produce pine sap in the rainy season, so that pine resin produced does not reach the target. In the evaluation phase, if there are constraints on tapping, pine sap tappers immediately report such condition to Perhutani, especially equipment failures and pricing sap. 3) Intrinsic factors that can support the success rate of coffee planting is the experience factor pine sap tappers in farming and age, educational factors pine sap tappers less support in the success of planting, caused an average of pine sap tappers recent education is elementary school. Extrinsic factors that influence is a factor income, and land ownership. 4) the success rate of coffee planting in the aspect of affective acquired pine sap tappers from friends and experience farming. But, pine sap tappers do not understand what is the reason behind the knowledge they get, so the skills pine sap tappers in coffee cultivation just follow the advice of a friend. 5) Relationships happened between the intensity of mentoring with the success planting coffee is Perhutani able to explain some stage of the good coffee cultivation activities. Coffee cultivation can reduce soil erosion under the stands. That conditions in accordance with the purpose Perhutani mentoring done by the production but preserving the sustainability of forest production. Mentoring conducted by Perhutani need to be improved, such as the delivery of information about the activities of pine sap targeted to the entire pine sap tappers, in order for the better management of CBFM program. Implementation of CBFM should also be improved tapper tapping the rainy season, when the sap of pine done more diligently, the results can help Perhutani pine resin to achieve the target, although pine resin produced is not as much as the dry season. Pine sap tappers can also use the land under stands of pine to be planted with coffee. But the need to improve the knowledge and skills of pine sap tappers in the cultivation of coffee, providing information about the cultivation of coffee is well under pine stands.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2016/420/ 051607572 |
Subjects: | 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Agribisnis |
Depositing User: | Kustati |
Date Deposited: | 09 Aug 2016 15:27 |
Last Modified: | 09 Aug 2016 15:27 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/131419 |
Actions (login required)
View Item |