Machmudah, Ummu (2016) Laju Dekomposisi Campuran Pangkasan Kopi + Mogania Dan Kopi + Lamtoro Di Berbgai Kondisi Lahan Agroforestri. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Sistem agroforestri berbasis tanaman kopi memerlukan tanaman penaung untuk menjaga pertumbuhan dan produktifitas tanaman kopi. Penentuan jenis tanaman penaung yang digunakan dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain adalah umur tanaman kopi dan kondisi penutupan tanaman naungan yang diharapkan. Perbedaan jenis tanaman naungan yang ditanam pada sistem agroforestri kopi berbagai umur menyebabkan terjadinya perbedaan kerapatan tajuk, jumlah seresah yang dihasilkan, serta kondisi iklim mikro pada lahan agroforestri tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari laju dekomposisi seresah tanaman kopi dan penaungya pada sistem agroforestri kopi berbagai umur. Penelitian dilaksanakan antara bulan Maret – Juni 2015 di kebun kopi Afdeling Rayap Kebun Renteng PTPN XII Jember, Jawa Timur, Indonesia. Lokasi kebun terletak di Dusun Rayap, Desa Kemuning Lor, Kecamatan Arjasa. Sistem agroforestri kopi kebun ini menggunakan lamtoro (Leucaena leucocephala) dan mogania (Mogania macrophylla) sebagai tanaman penaung. Lamtoro dan mogania digunakan sebagai tanaman penaung pada tanaman kopi muda, sementara itu pada tanaman kopi yang telah relatif dewasa, digunakan tanaman lamtoro saja sebagai penaungnya. Berdasarkan kondisi umur tanaman kopi dan jenis tanaman penaung yang digunakan, penelitian ini didesain menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 2 (dua) faktor yaitu kondisi lahan (lahan dengan berbagai umur kopi dengan naungan yang berbeda) dan jenis seresah. Faktor kondisi lahan terdiri dari 4 taraf yaitu (i) lahan kopi umur 1 tahun dengan penaung mogania, (ii) lahan kopi umur 3 tahun dengan penaung mogania dan lamtoro, (iii) lahan kopi umur 6 tahun dengan penutupan lamtoro, dan (iv) lahan kopi umur 25 tahun dengan penaung lamtoro, dan (v) lahan kosong sebagai kontrol. Faktor jenis seresah terdiri dari dua taraf yaitu (i) kopi+mogania, (ii) kopi+lamtoro. Pengukuran laju dekomposisi pada setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Parameter utama yang diamati dalam penelitian ini adalah laju dekomposisi seresah. Pengukuran laju dekomposisi seresah dilakukan dengan metode TSBF (Tropical Soil Biology and Fertility) dengan jalan menghitung penurunan jumlah seresah atau mengukur berat kering seresah tersisa dalam litter bag pada berbagai waktu pengamatan. Waktu pengamatan berat seresah dilakukan pada minggu ke-1, 2, 4, 6 dan 8 setelah aplikasi. Parameter lain yang diamati adalah produksi seresah gugur dengan menggunakan litter trap, berat isi tanah, tekstur tanah dan kandungan C dan N total tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi seresah lamtoro+kopi lebih cepat terdekomposisi (k = 0,028-0,073) dan memiliki umur paruh (waktu tinggal seresah di lahan) lebih pendek (2,5–13,3 minggu) dibandingkan kombinasi seresah mogania+kopi (k = 0,044–0,082) dengan umur paruh yang lebih lama (9,5-14,7 minggu). Hal ini terjadi karena kandungan lignin pada kombinasi seresah lamtoro+kopi lebih rendah dibandingkan mogania+kopi, demikian pula dengan ii kandungan polifenolnya (kandungan lignin seresah kopi, mogania dan lamtoro berturut-turut adalah 31, 29, dan 20, sementara kandungan polifenolnya berturut-turut sebesar 6,2, 12,9 dan 3,2). Karakteristik seresah yang tidak sama serta kondisi biofisik yang berbeda pada tiap sistem agroforestri kopi juga menyebabkan perbedaan laju dekomposisi seresah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan semakin meningkatnya umur tanaman kopi, laju dekomposisi seresah juga semakin meningkat yang diikuti dengan semakin rendahnya nilai umur paruh seresah. Kondisi biofisik lahan pada sistem agroforestri kopi berbagai umur menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu tanah dan udara yang dihasilkan oleh sistem, semakin rendah tingkat dekomposisi seresah yang terjadi dengan nilai R2 berturut-turut adalah 0,81 dan 0,85. Kerapatan kanopi pada sistem agroforestri berbasis kopi mempunyai peran penting dalam mempengaruhi suhu tanah dan udara dimana semakin tinggi kerapatan kanopi maka semakin rendah suhu tanah dan udara yang dihasilkan dengan nilai R2 berturut-turut sebesar 0,68 dan 0,70. Namun demikian, semakin tinggi umur tanaman pada sistem agroforestry berbasis kopi ini tidak selalu diikuti dengan semakin tingginya nilai kerapatan tanaman dan produksi seresah yang dihasilkan.
English Abstract
Agroforestry based coffee requires shade plants to maintain coffee growths and productivity. Determination of shade plant types depend on many factors such as age of coffee plant and expected covering effect from shade plants. The difference type of shade plant in various age of agroforestry based coffee system brings consequences on the canopy cover density, the amount of litter production and micro climate condition. This research is aimed to study the decomposition rate of the litter of coffee plant and it’s shade plants in various ages of agroforestry based coffee system. The research was conducted between March and June 2015 in Rayap Afdelling of Renteng Coffee Plantation in PTPN XII Jember, East Java, Indonesia. The coffee plantation is located in Rayap, a hamlets of Kemuning Lor village, Arjasa Subdistrict. Agroforestry based coffee in this area harnessing lamtoro (Leucaena leucocephala) and mogania (Mogania macrophylla) as shade plants. Lamtoro and mogania are planted as shade plants for young coffee plants, while for grown coffee plants, lamtoro is planted solely to overshadow the coffee plants. Based on coffee plant ages and its shade plants, this research was set as factorial randomized block design with two factors i.e. plot condition (various ages of agroforestry based coffee plots with diferent shade plants) and litter combinations. Plot conditions are consist of four level i.e. (i) agroforestry based 1 year age of coffee plant with mogania as shade plant, (ii) agroforestry based 3 years of coffee plants with mogania and lamtoro as shade plants, (iii) agroforestry based 6 years of coffee plants with lamtoro as shade plant, (iv) agroforestry based 25 years of coffee plant with lamtoro as shade plant, and (v) bare land as control system. The litter combinations consist of two level i.e. (i) coffee+mogania litters, and (ii) coffee+lamtoro litters. Decomposition rate measurment in each treatment combination was repeated 5 times. The main parameters observed in this study is the rate of litter decomposition. Litter decomposition rate measurement was conducted using TSBF (Tropical Soil Biology and Fertility) by calculating the reduction of litter weight by measuring the dry weight of the remains litter left in the litter bag in different observation times. The time for litter weight measurement was conducted in 1st, 2nd, 4th, 6th, and 8th weeks after litter application. Other parameters observed in this study were litter production which was measured by litter trap, soil bulk density, soil texture, as well as soil carbon and total nitrogen of soil. The results reveal that combination of lamtoro+coffee litters was decomposted faster (k = 0,028 to 0,073) and had shorter half-life (2,5 to 13,3 weeks) than combination of mogania+coffee. Mogania+coffee had the rate of decomposition shorter (k = 0,055 to 0,082) and had half-life longer (9,5 to 14,7 weeks) than lamtoro+coffee. These results can be happened due to the difference of lignin and polyphenols concentration in the litters in which the concentration of lignin in lamtoro+coffee is lower than mogania+coffee (lignin concentration in the litter of coffee, mogania and lamtoro are 31, 29 and 20, consecutivelly). Additionally, the polyphenol concentration show the same trend (polyphenols concentration in the litter of coffee, mogania and lamtoro are 6.2, 12.9 and 3.2, consecutivelly). The difference of litter characteristics, either biophysical plot conditions resulted the difference of litter rate decomposition. The research results show that the higher the age of coffee plant, the faster the litter decomposition rate in the plots followed with the decreasing of litter half-life value. Biophysical conditions in various age 4 of agroforestry based coffee system especially in term on soil and air temperatures reveal that the hihger the soil and air temperature, the lower the the decomposition rate of litter with R2 value for soil and air temperature are 0.81 and 0.85, consecutivelly. Canopy cover density in each agroforestry system have its important role toward soil and air temperature value, in which the hihger the canopy cover density, the lower the soil and air temperature with R2 value are 0.68 and 0.7, executivelly. The higher the coffee age, however, do not always related to the higher value of plant density and its litter production.
| Item Type: | Thesis (Sarjana) |
|---|---|
| Identification Number: | SKR/FP/2016/262/ 051606235 |
| Subjects: | 500 Natural sciences and mathematics > 551 Geology, hydrology, meteorology |
| Divisions: | Fakultas Pertanian > Ilmu Tanah |
| Depositing User: | Kustati |
| Date Deposited: | 27 Jul 2016 08:48 |
| Last Modified: | 24 Oct 2022 04:46 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/131245 |
![[thumbnail of UMMU MACHMUDAH.pdf]](http://repository.ub.ac.id/style/images/fileicons/text.png) |
Text
UMMU MACHMUDAH.pdf Download (3MB) |
Actions (login required)
 |
View Item |