Situmorang, LenniYosephyne (2016) Analisis Kinerja Rantai Pasok (Supply Chain) Kopi Robusta Pada Kelompok Tani Kopisari Ii Di Desa Sukodono, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Kualitas kopi robusta Dampit sudah diakui hingga mancanegara dan di ekspor ke beberapa negara. Budidaya kopi robusta di Kecamatan Dampit sudah dimulai sejak jaman Kolonial Belanda. Sistem budidaya di Desa Sukodono sudah terbilang maju. Ditinjau dari segi pembibitan, petani di desa Sukodono mampu untuk melakukan pembibitan sendiri. Petani menerapkan sistem penyambungan batang dengan menggunakan varietas yang berbeda agar dapat meningkatkan produksi kopi. Petani juga melakukan perawatan tanaman kopi seperti pemangkasan, penyiangan dan pemupukan agar kuantitas kopi tetap stabil. Petani kopi memiliki beberapa kendala yaitu kekurangan modal dalam berusaha tani kopi, kualitas kopi yang rendah, harga jual kopi yang berbeda pada setiap pelaku usaha, posisi tawar petani dalam menetukan harga dan terbatasnya akses informasi. Harga kopi yang masih rendah di tingkat petani dan produksi kopi yang belum optimal menjadi penyebab petani tidak bisa sejahtera. Harga kopi bubuk ditingkat konsumen sekitar Rp. 70.000/kg sementara harga jual biji kopi ditingkat petani sekitar Rp 22.000/kg – Rp 23.400/kg. Diduga, harga yang rendah ditingkat petani disebabkan oleh rantai pasok yang panjang. Tujuan penelitian ini adalah 1) Mengetahui pola aliran rantai pasok kopi robusta di kelompok tani Kopisari II Desa Sukodono, Kecamatan Dampit. 2) Menganalisis margin pemasaran pada saluran pemasaran dalam rantai pasok kopi robusta di kelompok taniKopisari II, Desa Sukodono, Kecamatan Dampit pada tiap saluran pemasaran. Adapun hipotesis dari penelitian iniadalah ditinjau dari margin pemasaran, sistem pemasaran kopi robusta pada rantai pasok kelompok tani Kopisari II di Desa Sukodono Kecamatan Dampit Kabupaten Malang belum efisien. Penelitian ini dilakukan di Desa Sukodono, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang secara purposive atau sengaja dengan beberapa alasan. Metose penentuan responden petani dilakukan dengan cara metode sensus dan metode snowball untuk responden lembaga pemasaran. Peneliti menggunakan analisis deskriptif untuk mendeskripsikan pola aliran ranatai pasok (aliran barang, uang dan informasi) dan analisis margin pemasaran untuk mengetahui saluran pemasaran yang paling efektif dalam memasarkan kopi robusta. Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah; 1) Rantai pasok kopi robusta di kelompok tani Kopisari II dapat dilihat dari pola aliran barang, uang dan informasi. Dalam aliran barang terdapat dua aliran yaitu aliran dari petani ke kelompok tani ke pedagang pengumpul besar, aliran yang kedua yaitu dari petani ke pedagang pengumpul. Dalam aliran uang terdapat dua aliran, yang pertama dari pedagang pengumpul ke kelompok tani dan ke petani kopi, yang kedua dari pedagang pengumpul langsung ke petani. Dalam aliran informasi terdapat dua aliran, yang pertama aliran informasi pemasaran dimulai dari konsumen ke kelompok tani dan ke pedagang pengumpul atau dari petani ke pedagang pengumpul. 2) Jika dilihat dari margin dan share petani, saluran pemasaran kedua vi lebih efisien dibanding saluran pertama pemasaran kopi. Adapun margin dan share saluran pemasaran pertama adalah Rp 5000/kg dan 78,26 persen, saluran pemasaran yang kedua pedagang pengumpul CV. Sumber Agung adalah Rp 1200/kg dan 94,89 persen, pedagang pengumpul UD. Anugrah Palawija adalah Rp 1100/kg dan 95,43 persen dan Pedagang pengumpul UD. Wijaya adalah Rp 700/kg dan 97,40 persen.
English Abstract
The quality of Dampit robusta coffee is already recognized to foreign countries and exported to several countries. Cultivation of robusta coffee in Dampit already started since Netherlands colonial. The system of cultivation in Sukodono village is already going forward. In terms of breeding, farmers in Sukodono village can afford to do their own nursery. Farmers applying system connecting rods by using different varieties in order to increase the production of coffee. Farmers also do treatments like coffee crops pruning, weeding and fertilizing so that the quantity of coffee remains stable. Coffee farmers have some constraint namely the lack of capital in trying to produce quality coffee, different coffee price in each trade, bargaining position of farmers in determine the price and the limited access to information. Coffee prices are still low in farmers level and coffee production is not optimal to cause farmers cannot prosper. The price of the present ground coffee consumers around Rp. 70,000/kg while the selling price of coffee beans present farmers about Rp 22,000/kg – Rp 23,400/kg. Allegedly, the present low prices farmers caused by a long supply chain. The purpose of this research are to 1) know the flow pattern in supply chain robusta coffee Kopisari II Farmer Group Sukodono Village, Dampit District. 2) Analyze the marketing margin on marketing channels in in supply chain robusta coffee Kopisari II Farmer Group Sukodono Village, Dampit District in each channel. As for the hypothesis of the research is the terms of margins marketing, robusta coffee marketing system in supply chain Kopisari II Farmer Group Sukodono Village Sub District Dampit Malang yet efficient. This research was conducted in Sukodono Village, Dampit District, in purposive or accidentally with some reason. The method of determining the espondent farmers conducted census methods and methods of snowball to the respondent institutionsmarketing. Researchers use a descriptive analysis to describe the pattern of supply chain flow (the flow of goods, flow of money and flow of information) and marketing margin analysis to find out the most effective marketing channels in robusta coffee market. The results obtained from the research are: 1) supply chain of robusta coffee in Kopisari II farmers group can be seen from the pattern of the flow of goods, money and information. In the flow of goods, there are two streams namely flow from the farmer to farmer groups to the collecting traders, the second flow from farmers to collecting traders. In the flow of money there are two streams, the first of the collecting traders and farmer groups to collecting traders to coffee farmers, the latter from collecting traders directly to farmers. Information flow there are two streams, the first flow of information marketing start from collecting trades to farmer group and farmer. The second flow of cultivation coffee from agricultural extension to the farmer 2). If seen from the margins and share farmers, the second marketing channels more efficient than the first marketing channels. As for viii margins an share the first marketing channel is the Rp 5,000/kg and 78.26 percent, the second marketing channels CV. Sumber Agung traders collecting is Rp 1200/kg and 94.89 percent, UD. Anugrah Palawija traders collecting is Rp 1100/kg and 95.43 percent and UD. Wijaya traders collecting is Rp 700/kg and 97.40 percent.
| Item Type: | Thesis (Sarjana) |
|---|---|
| Identification Number: | SKR/FP/2016/166/ 051604658 |
| Subjects: | 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture |
| Divisions: | Fakultas Pertanian > Agribisnis |
| Depositing User: | Kustati |
| Date Deposited: | 01 Jun 2016 13:30 |
| Last Modified: | 23 Apr 2020 11:37 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/131140 |
Actions (login required)
 |
View Item |