Pengaruh Penambahan Lumpur Lapindo Sebagai Pembenah Tanah Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kedelai (Glicyne Max L. Merrill)

Meganada, IkaKartika (2016) Pengaruh Penambahan Lumpur Lapindo Sebagai Pembenah Tanah Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kedelai (Glicyne Max L. Merrill). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Kedelai (Glycine max L. Merrill ) merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung.Dalam kurun waktu 2010-2014, produksi kedelai nasional cenderung mengalami ketidakstabilan, yaitu pada tahun 2010 produksi kedelai sebesar907031 ton, tahun 2011 produksi kedelai 851286 ton, pada tahun 2012 produksi kedelai 843153,00, pada tahun 2013 produksi kedelai 779992 ton,dan pada tahun 2014 produksi kedelai 921336 ton (BPS, 2014). Proses degradesi lahan hamper selalu disertai penurunan status bahan organik tanah yang menyebabkan penurunan produksi. Pada lahan yang telah mengalami proses degradasi rata-rata kandungan bahan organik <2%, sehingga berdampak terhadap penurunan kualitas fisik tanah, karena sangat rendahnya unsur yang dapat berperan dalam perbaikan struktur tanah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan Sidoarjo,Sidoarjo bagian utara berjenistanah alluvial kelabu yaitu struktur tanah yang mengandung banyak pasir dan kekurangan unsure hara. Lumpur Lapindo terjadi pada tanggal 29 Mei 2006 yang berlokasi di Porong , kecamatan bagian selatan Kabutpaten Sidoarjo dan masih berlangsung hingga sekarang. Dampak dari semburan lumpur panas menyebabkan pemukiman sawah, jalan, dan lainnya terendam. Memanfaatkan lumpur lapindo sebagai pembenah tanah merupakan salah satu cara untuk mengurangi limbah tersebut. Tekstur lumpur lapindo yang memiliki porositas >50% yang dapat membantu menahan air. Menurut Setiawan (2013), berdasarkan uji kandungan unsur makro esensial seperti nitrogen (N) ,fosfor (P) ,dan kalium (K) pada lumpur lapindo dapat diketahui bahwa terdapat nitrogen mencapai 0,115 %, fosfor 1,775 % dan kalium 1,364 % . Kandungan N, P, dan K pada endapan lumpur lapindo dikatakan rendah, namun endapan lumpur lapindo dapat di gunakan sebagai pembenah tanah untuk lahan menanam kedelai, yang berfungsi sebagai penambah unsur hara dan pembenah struktur tanah. Dengan penambahan lumpur lapindo sebagai pembenah tanah pada tanah yang mengandung pasir khususnya di wilayah Sidoarjo dapat meningkatkan kelembaban tanah. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan desa Sumberejo, kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo dengan jenis tanah Litosol, dengan ketinggian 200 m dpl, suhu rata-rata 260C. Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah bulan Juli 2015 sampai dengan September 2015. Alat yang digunakan cetok, penggaris, ayakan, timbangan, alat pemecah untuk lumpur yang keras, kamera, kalkulator, alat tulis, dan gembor Bahan yang digunakan Sedangkan bahan yang digunakan adalah lumpur lapindo, benih kedelai varietas Grobogan dan Anjasmoro, pupuk kompos dan pupuk kimia yaitu pupuk Urea, SP36, dan KCl. Pestisida yang digunakan adalah pestisida Buldok 25 EC. Penelitian ini merupakan percobaan faktorial menggunakan Rancangan Acak Kelompok, yaitu faktor pertama adalah Varietas Grobogan (V1) dan Varietas Anjasmoro (V2), dan faktor kedua terdiri iii dari tanpa penambahan lumpur (D0), lumpur 10 t ha-1 (D1), lumpur 15 t ha-1 (D2), dan lumpur 20 t ha-1. Pengamatan pada tanaman kedelai dilakukan dengan mengambil tanaman contoh untuk setiap perlakuan pada tanaman berumur 21, 28, 35, 42, 49, 56, dan 63 HST. Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan pertumbuhan dan pengamatan hasil. Pengamaan pertumbuhan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, jumlah buku subur, luas daun, tingkat warna daun. Pengamatan hasil meliputi jumlah polong, jumlah biji, jumlah polong hampa, berat kering biji, dan hasil biji. Data pengamatan yang diperoleh dianalisis dengan memggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5% untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Apabila hasilnya nyata maka dilanjutkan dengan Uji BNT pada taraf nyata 5% untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Varietas Grobogan lebih respon terhadap lumpur lapindo dibandingkan dengan varietas Anjasmoro, hal ini terlihatbahwa lumpur lapindo 15 t ha-1 pada varietas Grobogan mengalami peningkatan jumlah buku subur sebesar 9,61 %. Sedangkan lumpur lapindo 15 t ha-1 pada varietas Anjasmoro hanya mengalami peningkatan jumlah buku subur sebesar 8,51 % . Lumpur lapindo 15 t ha-1 mampu meningkatkan tinggi tanaman sebesar 9,10%, jumlah daun sebesar 2,68%, jumlah cabang sebesar 3,90%, luas daun sebesar 9,88%, jumlah polong sebesar 9,07%, jumlah biji sebesar 16,57%, dan berat kering sebesar 7,82% serta hasil biji sebesar 15,88% dibandingkan dengan tanpa lumpur lapindo.

English Abstract

Soybean (Glicyne max L. Merrill) is the biggest third food crop in Indonesian after rice and corn. In 2010 until 2014, production of soybean in national is not stable, there was in 2010 production of soybean is 907031 ton, in 2011 production of soybean 851286 ton, in 2012 production of soybean is 843153 ton, in 2013 production of soybean 779992 ton, and in 2014 production of soybean is 921336 ton (BPS, 2014). Degradation always be happend with a lost of material organic and make a decrease production. In land-use with degradation contained <2% material organic. Degradtion make a increase quality of soil, because unsure of soil is low for the fixed to structure of soil. Dinas Pertanian dan Perkebunan Sidoarjo make a statement that, North of Sidoarjo-District have a alluvial soil there was a many granulated-sand and unsure is low. And lumpur Lapindo in Porong, Sidoarjo make a yield, road and the other is useless. And i think, we can to use lumpur Lapindo for soil conditioner, because we can to reduce the waste-product , there are lumpur Lapindo. Texture of lumpur Lapindo have a >50% porositas, and it can hold of water. Setiawan (2013), says lumpur Lapindo have 0,015 % Natrium, 1,775% Pospore, and 1,364% Kalium. Lumpur Lapimdo can be a soil condtioner , because lumpur Lapindo can be to increse mosture of land. The purpose of the research is To know the effect of soil conditioner Lumpur Lapindo on growth and yield of soybean (Glicyne max L.) and To get dosage soil conditioner Lumpur Lapindo on growth and yield of Soybean. The hypotesis of research is Soybean variety Grobogan and Anjasmoro grow on different the moisture land. Soybean of variety Grobogan need soil condiotioner a lot more than Soybean variety Anjasmoro. This research was conducted from Juli until September at Sumberejo village, Wonoayu Sub-District, Sidoarjo District, with a Litosol soil high of 200mabove sea level. The averagetemperature of 30 ° C. The tool and material are The toolsin research areruler, sieve, scale, camera, calculator, pen and book,oven and watering pot. The material are theseed soybead varietas Grobogan and Anjasmoro , lumpur Lapindo and soil, fertilizer Urea, SP36, and KCl. The pestice is Buldock 25 EC. The factorial randomized block design was used in this research with two factors and 8 combination. First factor are variety , V1 : Grobogan Variety, V2 : Anjasmoro Variety. Second factor are Lumpur Lapindo,D0 : without Lumpur Lapindo, D1 : Lumpur Lapindo 10 t ha -1, D2 : Lumpur Lapindo 15 t ha -1, D3 : Lumpur Lapindo 20 t ha -1. The obsevation of the reearch was be 21, 28, 35, 42, 49, 56 and 63 day after planting. The observation there was a growht observation and yield observation. The growth observation there was a Plant Hight, Number of Leaf, Number of branch, Number of Fertile node, Leaf Area, and the level of colour leaf. The yield observation there was amount of pods, amount of empty pods, amount of seed, amount of dried of seed, and yield of seeds. Data obtained were analyzed using analysis of variance F test at 5% level. If there is an interaction or influence then proceed BNT at 5%. v The result of research show that Grobogan variety have more responded on lumpur lapindo than Anjasmoro variety, there was indicated lumpur lapindo 15 t ha-1 on Grobogan variety have increase 9,61 % on Fertile node observation. While, lumpur lapindo 15 t ha-1 on Anjasmoro variety only have increase 8,51% pn Fertile node observation. Dosage 15 ton ha-1 give an increase 9,10% plant high, 2,68% number of leaf, 3,90% number of branch, 9,88% leaf area, 9,07% amount of pods, 16,57% amount of seeds, 7,82% weight dried of seeds, and 15,88% yield of seeds compared without lumpur lapindo.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2016/136/ 051604128
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 631 Specific techniques; apparatus, equipment materials > 631.5 Cultivation and harvesting
Divisions: Fakultas Pertanian > Budidaya Pertanian
Depositing User: Kustati
Date Deposited: 13 Jun 2016 09:07
Last Modified: 13 Jun 2016 09:07
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/131107
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item