Martiningrum, Eni (2015) Struktur, Perilaku Dan Kinerja Pasar Wortel (Kasus Di Desa Ngancar, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Prospek pengembangan budidaya wortel di Indonesia cukup cerah, hal tersebut dikarenakan keadaan agroklimatologis wilayah Indonesia yang cocok untuk budidaya tanaman wortel terutama di daerah dataran tinggi. Pada tahun 2009-2013 kuantitas produksi wortel di Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan kuantitas permintaan wortel di Indonesia. Hal tersebut memaksa pemerintah Indonesia memberlakukan kebijakan impor. Kebijakan impor tersebut berdampak terhadap penurunan harga wortel di tingkat petani, sebab wortel lokal umumnya kurang mampu bersaing dengan wortel impor, akan tetapi harga wortel ditingkat konsumen pada tahun yang sama menujukan trend yang berbeda, harga wortel ditingkat konsumen cenderung meningkat dari tahun ketahun. Kondisi tersebut terjadi karena perubahan harga ditingkat konsumen tidak ditransmisikan oleh pedagang ke petani dengan baik. Akibatnya menyebabkan perbedaan harga yang cukup besar antara harga wortel ditingkat petani dengan harga wortel ditingkat konsumen. Adanya perbedaan harga ditingkat petani dengan harga ditingkat konsumen yang cukup besar tersebut mengindikasikan bahwa kinerja sistem pemasaran wortel belum efisien. Dalam penelitian ini, penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja dengan pertimbangan bahwa daerah penelitian merupakan daerah penghasil wortel terbesar di Kabupaten Magetan. Dalam penelitian ini jumlah petani wortel yang dijadikan sebagai responden sebanyak 53 petani, dimana penentuan petani responden tersebut menggunakan metode accidental sampling (penentuan sampel secara langsung dilapang). Sedangkan penentuan lembaga pemasaran yang terlibat dalam sistem pemasaran tersebut menggunakan metode snowball sampling. Dalam penelitian ini lembaga pemasaran yang dijadikan responden adalah pedagang pengumpul desa dengan jumlah 8 responden, pedagang pengepul dengan jumlah 10 responden serta pedagang pengecer dengan jumlah 18 responden. Untuk mengetahui struktur pasar yang terbentuk dalam sistem pemasaran wortel didekati dengan menggunakan analisis derajat konsentrasi pembeli dan penjual (analisis CR4 dan IHH), deferensiasi produk, hambatan keluar masuk pasar, serta tingkat informasi pasar. Untuk mengetahui perilaku pasar di dekati dengan analisis perilaku penetapan harga, dan untuk mengetahui kinerja pasar wortel didekati dengan analisis margin pemasaran, farmer’s share, share keuntungan, serta R/C ratio. Dari hasil analisis struktur pasar diketahui bahwa struktur pasar yang terbentuk pada tingkat produsen maupun tingkat lembaga pemasaran dalam sistem pemasaran wortel di desa Ngancar mengarah pada struktur pasar persaingan tidak sempurna. Dimana pada tingkat produsen (petani wortel) struktur pasar yang terbentuk adalah struktur pasar oligopsoni, sedangkan struktur pasar yang terbentuk pada tingkat lembaga pemasaran mengarah pada struktur pasar oligopoli. Hal tersebut disebabkan dalam sistem pemasaran tersebut konsentrasi pasar yang terbentuk cukup tinggi. Konsentrasi pasar yang cukup tingi tersebut, menyebabkan dalam sistem pemasaran wortel di desa Ngancar terdapat hambatan yang cukup tinggi bagi pelaku pasar baru untuk memasuki pasar, serta tingkat informasi pasar yang dimiliki oleh masing-masing pelaku pasar bersifat tidak merata, dimana pada sistem pemasaran wortel tersebut umumnya tingkat informasi pasar dikuasai oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam sistem pemasaran tersebut. Struktur pasar yang terbentuk dalam sistem pemasaran wortel tersebut akan berpengaruh terhadap perilaku pasar, terutama perilaku penetapan harga wortel, dimana pada tingkat produsen (petani wortel) harga secara mutlak ditentukan oleh pedagang pengumpul desa, sedangkan pada tingkat lembaga pemasaran harga ditentukan oleh lembaga pemasaran diatasnya. Dalam penentuan harga tersebut para lembaga pemasaran memiliki kebebasan untuk menentukan tingkat keuntungan yang mereka inginkan. Kondisi tersebut menyebabkan kinerja pasar pada sistem pemasaran wortel didesa Ngancar berjalan tidak adil dan tidak efisien, kondisi tersebut terlihat dari tingginya margin pemasaran, rendahnya persentase harga yang diterima oleh petani, serta share biaya dan share keuntungan yang tidak merata. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperlukan suatu penguatan kelembagaan kelompok tani yang mampu merencanakan produksi wortel secara kontinyu dan pada gilirannya akan mampu meningkatkan pendapatan usahatani. Dalam hal ini, tampaknya diperlukan suatu upaya penataan ulang peran dan dinamika kelompok tani secara umum agar lebih aktif dalam menjalankan fungsinya sebagai media belajar dan pusat informasi bagi petani. Bersamaan dengan itu, dapat dibentuk koperasi pertanian atau penguatan kelembagaan lainnya di tingkat petani yang lebih efektif yang berfungsi menampung dan memasarkan komoditas petani dengan harga yang bersaing. Peran kelompok lebih kepada proses produksi dan kolektifitas pemasaran, sedangkan peran koperasi atau kelembagaan ekonomi di tingkat petani lebih pada stabilisasi harga. Dengan adanya upaya tersebut diharapkan petani wortel didesa Ngancar menjadi mandiri sehingga posisi tawar petani menjadi lebih kuat.
English Abstract
Prospects carrot cultivation in Indonesia is quite bright, it is because the geographic condition in Indonesian suitable for cultivation of carrots, especially in the highlands. From 2009-2013, quantity of carrot’s production in Indonesia more lower than quantity of carrot’s demand in Indonesia. It forced the Indonesian government imposed import policy. Import policy of carrot in Indonesia impacted to decreasing of carrot’s price in farmer level, because local carrot can’t compossed with carrot’s from import. But price of carrot’s in consumers level show the different trend, price of carrot in consumers level continuesly to incresed from year to year. The condition occurs, because changed of carrot’s price in consumer level is not transmitted by traders to farmers well. Consequently causing substantial price difference between the price of carrots for farmers at a price of carrots consumer level. the difference in prices for farmers at a price level that consumers large enough to show the performance of the marketing system less efficient. In this study, the method used to determine the location of the research use purposive method with the consideration that the study have largest carrot producer in Magetan. Determination of the respondent farmers using accidental sampling method, while the determination of respondents marketing agencies involved in the marketing system using snowball sampling method. To determine the market structure that is formed in the carrots marketing system approximated using analysis of the degree of concentration of buyers and sellers ( analysis CR4 and IHH ), product differentiation , barriers to entry of the market , and the level of market information. To determine the market conduct in the approach to the analysis of pricing behavior, and to determine market performance carrot approached the marketing margin analysis, farmers share, share of profits, and analyse of R/C ratio. Based on the survey results revealed that the carrots marketing system in the Ngancar Village formed four patterns of marketing channels, the first marketing channel participants involved are farmers, traders village, wholesalers and retailers, the second marketing channels both composed of farmers, traders village, and retailers, on the third marketing channel composed of farmers and village traders , and in the last marketing channel consists of carrot farmers who act as retailers. From the analysis of market structure in mind that the market structure that is formed at the producer level and the level of marketing agencies in the carrots marketing system in the Ngancar Village leads to imperfect competition market structure. Where in the level of producers (farmers carrot) market structure that is formed is oligopsony market structure, while the market structure that is formed at the level of marketing agencies led to an oligopoly market structure. This was due to the marketing system established market concentration is high enough, it can be seen from the value of CR4 at each level marketing agencies that have a value above 0.4. CR4 at each level marketing agencies respectively are 0.6579, 0.4937 and 0.4018. IHH value at each level marketing agency has a value greater than zero. The IHH calculation results at each level marketing agencies respectively are 0.1446, 0.1056, and 0.0727. In the carrots marketing system in the Ngancar village there is have high barriers for new market players to enter the market, and the level of market information which is owned by their respective market participants is uneven, where the marketing system of carrots is generally the level of market information controlled by marketing agencies involved in the marketing system. Market structure that is formed in the carrots marketing system will affect to market conduct, especially the behavior of pricing carrot, which at the level of producers (farmers carrot ) prices are absolutely determined by traders village, while at the level of the marketing agency prices are determined by marketing agencies there on. In determining the price the marketing agencies have the freedom to determine the level of benefits they want. The condition causes the performance of the market in the village carrots marketing system in Ngancar village runs unfair and inefficient, these conditions can be seen from the high marketing margins, the low percentage of the price received by farmers, as well as share the cost and share of profits uneven . Based on these results required an institutional strengthening farmer groups are able to plan the production of carrots continuously and in turn will be able to increase farm income. In this case, it seems necessary an effort rearrangement of roles and the dynamics of farmer groups in general to be more active in carrying out its function as a medium of learning and information center for farmers. At the same time, can be formed agricultural cooperatives or other institutional strengthening at the farm level is more effective that serves to accommodate farmers and markets commodities at competitive prices. The role of the group over to the collectivity of production and marketing, while the role of cooperatives or economic institutions at the farm level is more on price stability. Given these efforts are expected to carrot farmers in Ngancar villages become independent so that the bargaining position of farmers to become stronger.
| Item Type: | Thesis (Sarjana) |
|---|---|
| Identification Number: | SKR/FP/2015/880/ 051509702 |
| Subjects: | 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture |
| Divisions: | Fakultas Pertanian > Agribisnis |
| Depositing User: | Kustati |
| Date Deposited: | 29 Jan 2016 15:51 |
| Last Modified: | 29 Jan 2016 15:51 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/130925 |
Actions (login required)
 |
View Item |