Analisis Pola Kerjasama Usahatani Ubi Kayu Antara Gapoktan Margo Asih Dengan Industri Chip Mocaf Dan Industri Tepung Tapioka Ponorogo (Studi Kasus Di Desa Margomulyo, Kecamtan Margomulyo, Kabupaten Bo

Ariani, NItaIKa (2015) Analisis Pola Kerjasama Usahatani Ubi Kayu Antara Gapoktan Margo Asih Dengan Industri Chip Mocaf Dan Industri Tepung Tapioka Ponorogo (Studi Kasus Di Desa Margomulyo, Kecamtan Margomulyo, Kabupaten Bo. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Sektor pertanian, terutama pada sub sektor tanaman pangan masih bercirikan petani yang kerjasamayang pada umumnya miskin, produksi dan mutu produksi rendah, serta kontribusi produksi yang dihasilkan masih belum maksimal. Salah satu tanaman pangan yang memiliki potensi adalah tanaman ubi kayu. Ubi kayu merupakan tanaman yang mudah untuk dibudidayakan karena ditanam di lahan apapun pasti dapat tumbuh. Selain itu, ubi kayu memiliki nilai tambah untuk di jadikan bahan olahan seperti kripik, rengginan, tepung tapioka dan juga tepung mocaf. Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki luas lahan dan produksi ubi kayu cukup tinggi. Luas lahan dan produksi ubi kayu di Kabupaten Bojonegoro tahun 2008 sampai tahun 2013 fluktuatif setiap tahunnya (BPS Kabupaten Bojonegoro, 2014). Luas lahan ubi kayu dan tingkat produksi ubi kayu yang selalu mengalami fluktuasi dan peningkatan luas lahan ubi kayu yang belum tentu diikuti peningkatan produksi serta masih rendahnya tingkat produksi ubi kayu dalam negeri serta meningkatnya kebutuhan pasokan bahan baku ubi kayu untuk industri pengolahan ubi kayu sehingga diperlukan upaya peningkatan produksi ubi kayu dalam negeri untuk memenuhi konsumsi dan kebutuhan industri pengolahan ubi kayu. Kerjasama didasarkan atas hak, kewajibandan tanggung jawab oleh masing-masing individu atau kelompok untuk mencapai tujuaan (Tangkilasan, 2005). Bagi pelaku kerjasama, dalam hal ini bagi pengusaha (industri) akan memberi keuntungan, yaitu adanya jaminan bahan baku baik secara kualitas maupun kuantitas, menghemat modal investasi karena perusahaan (industri) tidak harus menguasai faktor dari hulu ke hilir. Sedangkan menurut soekanto(1990), hubungan kerjasama dapat menggunakan beberapa pola kerjasma yakni pola kerjasama spontan, kerjasama langsung, kerjasama kontrak, dan kerjasama tradisional. Salah satu Kecamatan di Kabupaten Bojonegoro yang memiliki produksi ubi kayu cukup tinggi dan telah mengembangkan olahan produk ubi kayu untuk membuat nilai tambah dari ubi kayu adalah Kecamatan Margomulyo. Kecamatan Margomulyo juga merupakan salah satu kecamatan sentra produksi ubi kayu di Kabupaten Bojonegoro. Dari data yang diperoleh luas lahan untuk ubi kayu di Kecamatan Margomulyo pada tahun 2013 sebesar 540 Ha dan produksi ubi kayu sebesar 4,145 (BPS Kabupaten Bojonegoro, 2014). Pelaksanaan kerjasama yang dilakukan oleh Gapoktan Margo Asih dengan industri pengolah ubi kayu memberikan manfaat untuk petani yang kerjasamaubi kayu yaitu mendorong peningkatan kemampuan dalam membudidayakan ubi kayu, dan meningkatkan pendapatan petani yang kerjasamaubi kayu. Menurut Sumardjo (2004), fungsi gapoktan adalah sebagai lembaga atau wadah untuk membantu dalam peningkatan produksi yang dihasilkan oleh petani yang kerjasamadan meningkatkan pendapatan petani. Pada kenyataannya gapoktan merupakan lembaga yang membantu mencukupi sub prodi yang dibutuhkan oleh petani, sehingga biaya produksi yang dikelurkan oleh petani yang kerjasamatidak besar, selain itu juga membantu meningkatkan produksi pertanian yang dihasilkan oleh petani, sehingga pendapatan petani yang kerjasamadapat meningkat. Sementara itu, pelaksanaan kerjasama bagi industri chip mocaf dan tepung tapioka yaitu terjaminnya pasokan bahan baku perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, dalam penelitian ini mengkaji beberapa rumusan permasalahan, yaitu (1) Bagaimana pelaksanaan pola kerjasama yang dilakukan oleh Gapoktan Margo Asih dengan Industri Chip Mocaf dan Industri Tepung Tapioka di Ponorogo? (2) Bagaimana persepsi petani yang kerjasamayang mengikuti kerjasama dan petani yang kerjasamayang tidak mengikuti kerjasama terhadap kerjasama tersebut?(3) Bagaimana biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani ubi kayu petani yang kerjasamayang mengikuti kerjasama dan petani yang kerjasamayang tidak mengikuti kerjasama? Tujuan dari penelitian ini (1) Mendiskripsikan dan menganalisis pelaksanakan pola kerjasama yang dilakukan oleh petani yang kerjasamaGapoktan Margo Asih dengan Koperasi Gamagoya (Chip mocaf) dan tepung tapioka di Ponorogo. (2) Mendiskripsikan dan menganalisis persepsi pentani yang mengikuti kerjasama dan petani yang kerjasamatidak mengikuti kerjasama terhadap kerjasama. (3) Menganalisis biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani ubi kayu petani yang kerjasamayang mengikuti kerjasama dan petani yang kerjasamayang tidak mengikuti kerjasama. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive di Desa Margomulyo, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro. Metode penentuan responden yaitu metode sensus dimana jumlah reponden adalah 30 orang yang terdiri dari 15 petani yang kerjasamayang kerjasama dan 15 petani yang kerjasamayang tidak kerjasama. Selain itu juga menggunkan metode penentuan responden dengan cara purposive yang berjumlah 4 orang dimana 2 orang dari Balai Penyuluhan Pertanian, Ketua Gapoktan Margo Asih dan Perwakilan 1 orang dari industri chip mocaf. Metode analisis data yang digunakan terdiri dari analisis deskriptif, skala likert yang masuk dalam analiss deskriptif, dan analisi usahatani. Berdasarkan hasil penelitian diketahui pola kerjasma yang dijalankan oleh Gapoktan Margo Asih dengan Industri Chip Mocaf dan Industri Tepung Tapioka Ponorogo memiliki pola kerjasma yang sama. Pola kerjasma yang dilakukan oleh Gapoktan Margo Asih dengan kedua industri adalah kerjasma kontrak. Pada hasil penelitan persepsi petani yang kerjasamayang kerjasama dan petani yang kerjasamayang tidak kerjasma penilaian positif diberikan oleh petani yang kerjasamayang kerjasama dan penilaian kurang positif diberikan kepada petani yang kerjasamayang tidak kerjasama. Sementara itu, untuk hasil dari pendapatan usahatani ubi kayu petani yang kerjasamayang kerjasama lebih besar dibandingkan dengan pendapatan usahatani ubi kayu petani yang kerjasamayang tidak kerjasama yaitu sebesar Rp. 2.824.060(Rp/Ha/MT) dan sebesar Rp. 2.241.440 (Rp/Ha/MT) . Pola kerjasama yang dilakukan oleh Gapoktan Margo Asih dengan kedua industri mitra adalah pola kerjasama kontrak. Persepsi yang kerjasama dan tidak kerjasama terhadap kerjasama yang di lakukan oleh Gapoktan Margo Asih menunjukan hasil positif untuk petani yang kerjasamayang kerjasama karena kerjasama yang dijalankan dapat memberikan keuntungan serta negatif dari petani yang kerjasamayang tidak kerjasama karena mereka lebih suka menjual ubi kayu dalam bentuk gaplek karena harga lebih tinggi. Pendapatan yang diperoleh petani yang kerjasamayang kerjasama lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang kerjasamayang tidak kerjasama . Saran yang dapat diberikan yaitu 1) Bagi Gapoktan Margo Asih sebagai perantara kerjsama anatra petani yang kerjasamadan kedua industri, sebaiknya meminta industri untuk turun langsung ke lapang memberikan pengarahan kepeda petani, sehingga nantinya petani yang kerjasamamendapat bimbingan selain dari gapaoktan juga langsung dari industri sehingga petani yang kerjasamadapat melakukan budidaya ubi kayu yang lebih intensif agar hasil panen ubi kayu yang dihasilkan petani yang kerjasamayang kerjas sama dapat meningkat dan sesuai strandar yang diinginkan oleh industri. Bagi petani yang kerjasamasebaiknya lebih memeperhatikan biaya produksi usahatani yang mereka jalankan, sehingga dapat memperoleh keuntungan yang sesuai dengan apa yang dikeluarkan dan bagi petani yang kerjasamayang belum mengikuti kerjasama sebaiknya mengikuti kerjasama, karena dengan adanya kerjasama yang dilakukan maka petani yang kerjasamatidak mengeluarkan biaya pasca panen karena hasil panen langsung diambil oleh gapoktan dan harga yang diperoleh petani yang kerjasamadapat stabil. Bagi kedua industri sebaiknya ikut langsung memberikan pngarahan kepada petani yang kerjasamatidak hanya gapoktan yang menyampaikan, sehingga petani yang kerjasamaubi kayu petani yang kerjasamadapat menghasilkan bahan baku sesuai dengan grade yang menjadi standar industri. 2) Bagi pemerintah disarankan untuk dapat membantu lebih banyak mnyediaakan pupuk subs

English Abstract

The agricultural sector, especially in the sub sectors of food crops is still characterized by farmers who are generally poor, low production and quality production, as well as the contribution of the resulting production still not optimally. One of the food plants that have the potential of crop is cassava. Cassava is an easy plant to cultivated land planted anything because it can definitely grow. In addition, cassava has added value to the processed materials such as in make, rengginan, tapioca flour and flour also mocaf. Bojonegoro is one district that has an area of land and cassava production is quite high. Land area and production of cassava in Bojonegoro 2008 to 2013 fluctuated annually (BPS Bojonegoro, 2014). The land area of cassava and the rate of production of cassava has always fluctuated and increased land area of cassava that is not necessarily followed by an increase in production as well as the low level of cassava production in the country and the growing need for raw material supply of cassava for industrial processing of cassava so that the necessary effort increased production of cassava in the country to meet the consumption needs of the processing industry and cassava. Cooperation is based on rights, obligations and responsibilities by each individual or group to achieve tujuaan (Tangkilasan, 2005). For cooperation actors, in this case for employers (industry) will benefit, namely the guarantee of raw materials both in quality and quantity, save investment capital for companies (industry) do not have to master a factor from upstream to downstream. Meanwhile, according to Soekanto (1999), partnerships can use some kerjasma pattern that is a pattern of spontaneous cooperation, direct cooperation, cooperation contracts, and traditional cooperation. One of the subdistricts in Bojonegoro regency, which has a production of cassava is quite high and has developed a product processed cassava to make the added value of the cassava is Margomulyo Subdistrict.. Margomulyo subdistrict is also one of cassava production center subdistrict in Bojonegoro Regency. From data acquired vast land for cassava in district Margomulyo in 2013 of 540 Ha and the production of cassava 4.071 (BPS Kabupaten Bojonegoro, 2014). Implementation of cooperation undertaken by Margo Gapoktan Asih with cassava processing industry provides benefits for cassava farmers that encourage capacity building in the cultivation of cassava and cassava farmers increase income. According Sumardjo (2004), gapoktan function is as an institution or container to assist in the improvement of production produced by farmers and increase the income of farmers. In fact gapoktan is an institution that helps meet the sub-study programs needed by the farmers, so that production costs dikelurkan by farmers is not great, but it also helps increase agricultural production produced by the farmers, so that farmers income can be increased. Meanwhile, the implementation of the partnership for the chip industry mocaf and tapioca flour namely security of supply of raw materials companies v Based on these descriptions, this study examines several formulation issues, namely (1) How is the implementation of a pattern of cooperation undertaken by Gapoktan Margo ASih with Chip Industry Mocaf and Tapioca Starch Industry in Ponorogo? (2) What are the perceptions of farmers who followed the cooperation and collaboration of farmers who do not adhere to the agreement? (3) How do the costs, receipts and farm income cassava farmers who follow the cooperation and collaboration of farmers who do not follow? The objective of this study (1) to describe and analyze execution patterns of cooperation by farmers Gapoktan Margo Asih with Gamagoya Cooperative (Chip mocaf) and tapioca flour in Ponorogo. (2) To describe and analyze the perception pentani that follows the cooperation and collaboration of farmers do not adhere to the cooperation. (3) Analyze the cost, revenue and farm income cassava farmers who follow the collaboration and cooperation of farmers who do not follow. Location research done purposively in Margomulyo Village, District Margomulyo, Bojonegoro. Method of determining the respondents ie census method in which the number of respondents is 30 people consisting of 15 farmers and 15 farmer cooperation is not cooperation. It is also using the method to determine the respondents with a purposive totaling 4 where two people from the Institute of Agricultural Extension, Chairman and Representative Gapoktan Margo Asih 1 of the chip industry mocaf. Data analysis method used consisted of descriptive analysis, Likert scale were included in the descriptive analiss, and analysis of farming. Based on the survey results revealed a pattern of cooperation that is run by Margo Gapoktan Asih with Chip Industry Mocaf and Tapioca Starch Industry kerjasma Ponorogo have the same pattern. Kerjasma patterns conducted by Margo Gapoktan Asih with both industry is kerjasma contract. On the results of research and co-operation of farmers perceptions that farmers who do not kerjasma positive assessment given by farmers cooperative and less positive assessment was given to farmers who do not co-operation. Meanwhile, the results of farm income for cassava farmers greater partner than the cassava farmer farm income non-partner is Rp. 2.82406 million (US $ / ha / MT) and Rp. 2.24144 million (US $ / ha / MT). Patterns of cooperation undertaken by Margo Gapoktan Asih with both industry partners is a pattern of cooperation contracts. The perception that collaboration and cooperation to the cooperation undertaken by Gapoktan Margo Asih showed positive results for farmers that cooperation because the partnership is run can provide benefits and negatife of farmers who did not cooperate because they prefer to sell cassava in the form of dried cassava due to higher prices , Revenue obtained the co-operation of farmers is higher than the farmers who did not cooperate. Advice can be given: 1) For Gapoktan Margo Asih as intermediaries kerjsama anatra farmers and the industry, should ask industry to fall directly into the field to provide guidance kepeda farmers, so that later the farmer gets guidance apart from gapaoktan also directly from the industry so that farmers can do cultivation cassava is more intensive in order to harvest the cassava produced by farmers who kerjas same can be increased and according strander desired by the industry. For farmers should be memeperhatikan cost of farm production on which they run, so as to obtain benefits in accordance with what is spent and for vi farmers who do not follow the cooperation should follow the partnership, due to the lack of cooperation that is done then the farmer does not pay after harvest because the crop directly taken by gapoktan and the prices obtained by farmers can be stabilized. For both industry should participate directly pngarahan to farmers not only gapoktan that convey, cassava farmers so that farmers can produce raw material according to the grade which became the industry standard. 2) For the government it is advisable to be able to help more mnyediaakan subsidized fertilizer and seeds to help cassava commodity. 3) In this study only discusses the perceptions of farmers on the implementation of the cooperation, it is necessary to further research, further investigate the relationship between perception and socio-economic factors on farmers decision to follow the cooperative farming of cassava..

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2015/872/051509694
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture
Divisions: Fakultas Pertanian > Agribisnis
Depositing User: Kustati
Date Deposited: 03 Feb 2016 14:52
Last Modified: 03 Feb 2016 14:52
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/130916
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item