Pradini, MulyasariGaluh (2015) Analisis Daya Saing Cengkeh Indonesia Di Pasar Internasional. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Cengkeh kering merupakan salah satu komoditas nonmigas yang semakin diminati pasar dunia. Menurut Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (2014), tanaman cengkeh adalah tanaman asli Indonesia yang banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara Eropa, dan sebagai bahan campuran rokok kretek khas Indonesia. Selain itu, cengkeh biasa digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan minyak cengkeh. Indonesia merupakan produsen cengkeh terbesar di dunia dengan rata-rata produksi 90.000 ton/tahun (International Trade Centre, 2015). Posisi tersebut merupakan potensi bagi Indonesia untuk bersaing di pasar internasional. Namun, Cengkeh kering yang dihasilkan dalam negeri hampir 80-90% digunakan untuk memenuhi permintaan industri rokok kretek (Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2014). Oleh sebab itu, posisi ekspor cengkeh kering Indonesia masih kalah dengan Madagaskar. Madagaskar berada di urutan pertama dunia sedangkan Indonesia berada di urutan ketiga sebagai eksportir cengkeh kering setelah Singapura. Eksportir terbesar keempat setelah Indonesia adalah Brazil. Dilihat dari segi ekspor dan impornya, cengkeh kering Indonesia mengalami perubahan posisi dari komoditi ekspor menjadi komoditi impor. Ekspor cengkeh kering terus dilakukan untuk menambah penerimaan negara. Indonesia tetap melakukan ekspor meski pada saat yang sama juga melakukan impor. Hal tersebut dikarenakan adanya kebutuhan luar negeri yang harus dipenuhi melalui perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. Negara tujuan ekspor terbesar Indonesia adalah India dan Vietnam (International Trade Centre, 2015). Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis tingkat daya saing cengkeh kering Indonesia dengan negara pesaing Madagaskar, Singapura dan Brazil, (2) Menganalisis kemampuan Indonesia merebut pasar ekspor cengkeh kering di Pasar Internasional, (3) Menganalisis spesialisasi perdagangan cengkeh kering Indonesia dengan negara pesaing Madagaskar, Singapura dan Brazil. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Revealed Comparative Trade Advantage (RCTA) untuk mengetahui tingkat daya saing cengkeh kering Indonesia di pasar internasional. Acceleration Ratio (AR) digunakan untuk mengetahui kemampuan Indonesia dalam merebut pasar ekspor cengkeh kering di pasar internasional. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) digunakan untuk mengetahui spesialisasi perdagangan komoditas cengkeh kering Indonesia di pasar internasional. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, didapat hasil sebagai berikut: 1. Hasil Analisis daya saing cengkeh kering menunjukkan bahwa daya saing Indonesia untuk cengkeh kering rendah dibanding negara Madagaskar, Singapura dan Brazil. Nilai RCTA cengkeh kering Indonesia periode Januari 2010 - Desember 2014 adalah (-16,94). Sedangkan, nilai RCTA cengkeh kering untuk negara Madagaskar, Singapura dan Brazil bernilai positif. Nilai RCTA ii Madagaskar tertinggi di antara negara yang diteliti yaitu sebesar 7.344,46. Urutan berikutnya adalah Singapura sebesar 13,60 dan Brazil sebesar 7,69. 2. Hasil analisis kemampuan Indonesia dalam menguasai pasar menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kemampuan merebut pasar ekspor cengkeh kering dengan nilai AR tertinggi kedua setelah Madagaskar yaitu sebesar 1,06. Sedangkan Madagaskar yang memiliki AR sebesar 1,20. Di urutan ketiga adalah Brazil dengan nilai AR sebesar 1,01 dan diikuti Singapura dengan nilai AR sebesar 0,99. 3. Berdasarkan nilai Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP), keempat negara yang diteliti yaitu Madagaskar, Brazil, Singapura, dan Indonesia memiliki spesialisasi sebagai eksportir cengkeh kering. Nilai ISP tertinggi diperoleh Madagaskar dengan nilai sebesar 1. Urutan kedua adalah Brazil dengan nilai ISP sebesar 0,71 diikuti Indonesia dengan nilai ISP sebesar 0,54. Posisi terakhir adalah Singapura dengan nilai ISP 0,06. Saran terkait penelitian adalah perlunya peningkatan produktivitas cengkeh kering. Salah satunya dengan program intensifikasi pertanian untuk meningkatkan produktivitas cengkeh seperti rehabilitasi dan replanting. Peningkatan produktivitas cengkeh dilakukan untuk meningkatkan produksi cengkeh kering sehingga dapat memenuhi permintaan dalam negeri. Ekspor cengkeh kering meningkat jika permintaan cengkeh kering di pasar domestik telah terpenuhi. Peningkatan ekspor tersebut dilakukan untuk meningkatkan daya saing Indonesia di pasar internasional. Dari segi kualitas, penanganan pasca panen cengkeh sebaiknya sangat diperhatikan khususnya sortasi yaitu pemisahan bunga dan tangkai cengkeh. Bunga dan tangkai cengkeh memiliki harga dan mutu berbeda sehingga apabila tercampur akan menurunkan kualitas.
English Abstract
Dried clove is one of non-oil commodity that is increasingly in demand the world market. According to Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (2014), clove is native to Indonesia, which is widely used as a cooking spice spicy in European countries, and as a mixture of typical Indonesian clove cigarettes. In addition, the cloves are used as ingredients in the manufacture of clove oil. Indonesia is the worlds largest clove producer with an average production of 90,000 tons / year (International Trade Centre, 2015). The position is a potential for Indonesia to compete in international markets. However, Clove of domestically produced nearly 80-90% is used to meet the industry demand for cigarettes (Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2014). Therefore, the position of Indonesian clove exports still inferior to Madagascar. Madagascar was first on the world while Indonesia finished third as an exporter of cloves after Singapore. The fourth largest exporter after Indonesia is Brazil. Viewed in terms of exports and imports, the position of Indonesian clove had beeen changed from commodity export to commodity imports. Clove exports continued to increase the revenue of state. Indonesia still exporting although at the same time also do import. It is due to the agreement overseas that has been agreed in advance to fulfill the demand of clove in other country. Indonesias largest export destination countries are India and Vietnam (International Trade Centre, 2015). The purpose of this study were (1) to analyze the level of competitiveness cloves Indonesia with competitor countries Madagascar, Singapore and Brazil, (2) analyzing the ability of Indonesia to seize export market cloves in International Markets, (3) Analyze the trade specialization clove Indonesia with competitor countries Madagascar, Singapore and Brazil. Research methods used in this study is the Revealed Comparative Trade Advantage (RCTA) to determine the level of competitiveness of Indonesian clove in the international market. Acceleration Ratio (AR) is used to determine the ability of Indonesia to capture the export market cloves in the international market. Trade Specialization Index (TSI) is used to determine the specialization Indonesian clove commodity trading in the international market. Based on the analysis conducted, showed the following results: 1. Analysis of cloves competitiveness shows that the competitiveness of Indonesias clove lower than the country of Madagascar, Singapore and Brazil. RCTA value of Indonesian clove period January 2010 - December 2014 was (- 16.94). Meanwhile, cloves RCTA value for the state of Madagascar, Singapore and Brazil is positive. Madagascar RCTA value of the highest among the countries studied in the amount of RCTA is 7344.46. The next sequence is Singapore with the amount of RCTA is 13.60 and the amount of RCTA Brazil is 7.69. 2. Results of the analysis ability to control the market shows that Indonesia has the ability to seize export market cloves with the second highest score after iv Madagascar.The value of Indonesia AR is 1.06. While Madagascar which has AR of 1.20. In third place is Brazil with a value of AR is 1,01 and the last position followed by Singapore with a value of AR is 0.99. 3. Based on the Trade Specialization Index, the four countries studied, namely Madagascar, Brazil, Singapore, and Indonesia have specialized as an exporter of cloves. The highest value obtained ISP Madagascar with a value of 1. The second order is Brazil with a value of 0.71 followed by Indonesian with the value of ISP is 0.54. The last position is Singapore with a value of 0.06 ISP. Advice related to the research is the need to increase the productivity of cloves. One of them with agricultural intensification program to increase the productivity of cloves such as rehabilitation and replanting. Increased productivity cloves done to increase production so as to meet domestic demand. Export of cloves increased if demand in the domestic market have been met. Increase in exports is done to improve Indonesias competitiveness in the international market. In terms of quality, post-harvest handling of cloves should be kept particularly sorting the separation of flowers and clove stems. Clove flower and stems has different quality and price so that when mixed will reduce the quality.
| Item Type: | Thesis (Sarjana) |
|---|---|
| Identification Number: | SKR/FP/2015/734/ 051507727 |
| Subjects: | 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture |
| Divisions: | Fakultas Pertanian > Agribisnis |
| Depositing User: | Kustati |
| Date Deposited: | 19 Oct 2015 15:43 |
| Last Modified: | 19 Oct 2015 15:43 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/130771 |
Actions (login required)
 |
View Item |