Analisis Nilai Tambah Dan Kelayakan Usaha Pada Agroindustri Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tepung Tapioka Di Desa Tumpuk, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo

Hasanah, Siti (2015) Analisis Nilai Tambah Dan Kelayakan Usaha Pada Agroindustri Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tepung Tapioka Di Desa Tumpuk, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Ubi Kayu merupakan komoditas sumber karbohidrat utama, setelah padi dan jagung. Ubi kayu mempunyai peranan penting dalam penyediaan bahan pangan. Untuk menjadikan ubi kayu sebagai makanan pokok pilihan pengganti beras, maka perlu dilakukan diversifikasi produk olahan ubi kayu. Salah satunya adalah melalui pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka. Setelah menjadi tepung tapioka, maka akan lebih banyak produk yang bisa dikembangkan. Peningkatan nilai tambah ubi kayu melalui keragaman pemanfaatanya, baik sebagai bahan pangan (makanan pokok atau makanan tambahan) maupun sebagai bahan baku industri akan membantu peningkatan nilai tambah ubi kayu sekaligus meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani (Harnowo et,al., 1994). Pengolahan ubi kayu menjadi produk setengah jadi maupun produk jadi dalam model agroindustri merupakan langkah penting guna meningkatkan nilai tambah dan citra ubi kayu di mata konsumen serta mendorong suksesnya pelaksanaan program diversifikasi pangan. Agroindustri tepung tapioka yang berlokasi di Desa Tumpuk, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu agroindustri tepung tapioka yang sedang berkembang. Agroindustri tepung tapioka di Desa Tumpuk berdiri sejak tahun 2010. Agroindustri tepung tapioka dalam proses pengolahannya dihadapkan pada permasalahan terbatasnya modal. Modal yang terbatas mengakibatkan teknologi yang digunakan dalam pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka sederhana dan daerah pemasarannyapun juga terbatas. Dengan permasalahan tersebut, maka diperlukan kajian mengenai nilai tambah dan kelayakan usaha dari agroindustri tepung tapioka. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai tambah dari proses pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka, menganalisis kelayakan usaha agroindustri tepung tapioka dari aspek finansial, serta menganalisis sensitivitas usaha ini jika terjadi perubahan lingkungan, seperti kenaikan harga bahan baku, kenaikan biaya produksi dan penurunan jumlah produksi. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tumpuk, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Analisis data yang digunakan meliputi: analisis nilai tambah, cash flow, kelayakan finansial (meliputi: NPV, IRR, Net B/C Ratio dan Payback Period), dan sensitivitas sebagai analisis lanjutan atas hasil analisis finansial untuk melihat tingkat kepekaan usaha pengolahan tepung ubi kayu terhadap perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis nilai tambah dari usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka dalam satu kali proses produksi di Desa Tumpuk menunjukkan usaha pengolahan tepung tapioka memberikan nilai tambah tinggi dengan perhitungan nilai tambah rata-rata sebesar Rp 667,- dengan rasio nilai tambah sebesar 43,032%. Sedangkan pada analisis finansial dilakukan ii pada satu pola yaitu pada penggunaan modal pribadi. Hasil analisis kelayakan finansial menunjukkan usaha pengolahan tepung tapioka menghasilkan NPV sebesar Rp 3.815.204,-, IRR sebesar 58%, Net B/C Ratio sebesar 1,10 dan Payback period sebesar 1,24 tahun atau setara dengan 39 kali pengolahan tepung tapioka. Sedangkan untuk hasil uji sensitivitas menunjukkan bahwa usaha ini sangat sensitif terhadap kenaikan harga bahan baku sebesar 15 persen, kenaikan biaya produksi sebesar 10 persen, dan penurunan jumlah produksi sebesar 10 persen.

English Abstract

Cassava is the main carbohydrate source commodities, after rice and maize. Cassava has an important role in providing logistic. To make cassava as a staple food of rice replacement option, it is necessary to diversify the products processed cassava. One is through the processing of cassava into starch. After becoming tapioca flour, it will be more products that could be developed. Increased value-added utilization of cassava through diversity, both as food (staple food or supplementary food) as well as industrial raw materials will help to increase the added value of cassava and increase the income and welfare of farmers (Harnowo et, al., 1994). Cassava processing into semi-finished products and finished products in the agro-industry models is an important step to increase the added value and the image of of cassava in the eyes of consumers and encourage the successful implementation of food diversification program. Tapioca agro-industry located in Tumpuk Village, Sawoo District, Ponorogo Regency is one that growing. Agro-industry of tapioca flour in Tumpuk Village generally Established in 2010. Agro-industry of tapioca flour in the treatment process faced with the problem of limited capital. Limited capital resulted in the technology used in the processing of cassava into tapioca flour is simple and the marketing area is also limited. With these problems, it is necessary to study the feasibility and added value of agro-industry of tapioca flour. This study aims to analyze the added value of processing cassava into tapioca flour, analyzing the feasibility of agro-industry of tapioca flour of financial aspects, as well as to analyze the sensitivity of these business in the event of environmental change, such as the rising of raw material prices, the rising production costs and a decrease in production quantities. This research was conducted in Tumpuk Village, Sawoo District, Ponorogo Regency. The location was selected intentionally (purposive). The data used in this study consist of primary data and secondary data. Analysis of the data used include: analysis of the added value, cash flow, financial feasibility (include: NPV, IRR, Net B / C Ratio and Payback Period), and sensitivity as further analysis of the results of financial analysis to see the level of sensitivity of cassava flour processing business to changes in the factors that may affect the benefits and costs. The results showed that the analysis of added-value business processing cassava into tapioca flour in one production process in Tumpuk Village showed tapioca flour processing business providing high value-added to the calculation of the average value of Rp 667, - the ratio of added value amounted to 43.032 %. While the financial analysis performed on the pattern that is on the use of private capital. The results of a financial analysis shows tapioca flour processing business produces NPV at Rp 3.815.204-, IRR at 58%, Net B/C ratio at 1.10 and a payback period at 1,24 years or 39 of processing tapioca flour. As for the sensitivity test results indicate that this business is very sensitive to the increase of raw material iv prices for 15 percent, the increase of production costs by 10 percent, and a decrease in the quantity of production by 10 percent.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2015/733/ 051507726
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture
Divisions: Fakultas Pertanian > Agribisnis
Depositing User: Kustati
Date Deposited: 19 Oct 2015 15:34
Last Modified: 19 Oct 2015 15:34
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/130770
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item