Analisis Spesialisasi Perdagangan Dan Daya Saing Ubi Kayu (Cassava) Indonesia Di Pasar Asia

Permatasari, RafikaDwi (2015) Analisis Spesialisasi Perdagangan Dan Daya Saing Ubi Kayu (Cassava) Indonesia Di Pasar Asia. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Perdagangan internasional merupakan perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Perdagangan antar negara telah terjadi sejak lama. Meningkatnya arus perdagangan antar negara juga ditandai dengan terbentuknya GATT (General Agreement on Tariff and Trade), AFTA (ASEAN Pasific Free Trade Area), dan APEC (Asia-Pasific Economic Cooperation). Ubi kayu merupakan salah satu komoditi yang diperdagangkan didalam negeri maupun internasional, dengan disebutkannya ubi kayu sebagai sumber karbohidrat terbesar ketiga didunia (Philip, 1984 dalam Fauquet and Fargette, 1990). Ubi kayu merupakan salah satu komoditas yang diperdagangkan di Asia dan memiliki pasar yang kompetitif. Beberapa negara di Asia menjadi produsen dan ubi kayu terbesar yaitu Thailand, Vietnam dan Indonesia. Sebagai negara produsen ubi kayu terbesar di Asia Indonesia, Thailand dan Vietnam juga melakukan impor ubi kayu meskipun dalam jumlah yang cukup sedikit selama tahun 2000 hingga 2012. Nilai impor ubi kayu Indonesia lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai impor ubi kayu Thailand dan Vietnam. Tidak hanya itu Indonesia memiliki nilai ekspor ubi kayu yang lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai ekspor ubi kayuThailand dan Vietnam. Kecenderungan Indonesia dalam melakukan ekspor atau impor ubi kayu serta menentukan Indonesia sebagai negara pengekspor atau pengimpor ubi kayu dapat diketahui dengan spesialisasi perdagangan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis spesialisasi perdagangan ubi kayu di Indonesia dan menganalisis daya saing ubi kayu Indonesia di pasar Asia. Sebelum melakukan analisis spesialisasi perdagangan dan daya saing perlu mengetahui perkembangan komoditas ubi kayu di Indonesia. Spesialisasi perdagangan dianalisis dengan menggunakan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP). Indeks ini membandingkan antara nilai impor dan nilai ekpor ubi kayu suatu negara, sehingga dapat mengetahui kecenderungan Indonesia menjadi eksportir atau importir dalam perdagangan ubi kayu di Asia. Pengukuran daya saing dilakukan dengan menggunakan metode analisis Revealed Comparative Advantage (RCA). Metode ini membandingkan antara nilai ekspor ubi kayu dan nilai ekspor total suatu negara dengan nilai ekspor ubi kayu dan nilai ekspor total Asia. Metode ini akan menunjukkan posisi daya saing Indonesia dibandingkan dengan negara pesaingnya di pasar Asia yaitu Thailand dan Vietnam. Penelitian ini menggunakan data tahunan selama 12 tahun yaitu antara tahun 2000-2012. Pemilihan Thailand dan Vietnam sebagai pembanding karena Thailand, Vietnam dan Indonesia merupakan pengekspor ubi kayu terbesar di Asia. Hasil dari penelitian ini yaitu perkembangan komoditas ubi kayu Indonesia selama tahun 2000 hingga 2012 mengalami perkembangan yang positif. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan produksi ubi kayu dengan rata-rata ii sebesar 0,25 persen dan peningkatan nilai ekspor ubi kayu dengan rata-rata sebesar 0,04 persen. Tetapi luas areal tanam ubi kayu Indonesia mengalami penurunan dengan rata-rata sebesar 0,08 persen dan volumw ekspor ubi kayu menurun sebesar 0,48%. Analisis spesialisasi perdagangan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa Indonesia cenderung menjadi negara importir ubi kayu . Rata-rata ISP Indonesia sebesar (-0,14), Thailand sebesar 1,00 dan Vietnam sebesar 0,59. Hal yang sama ditunjukkan dengan hasil analisis daya saing ubi kayu Indonesia. Indonesia memiliki rata-rata nilai RCA sebesar 51,05. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki daya saing diatas rata-rata dunia, tetapi Indonesia masih berada di bawah Thailand dan Vietnam. Rata-rata RCA ubi kayu Thailand dan Vietnam masing-masing sebesar 1315,85 dan 949,37. Rendahnya RCA Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia perlu meningkatkan daya saingnya untuk bisa meningkatkan posisinya di pasar Asia.

English Abstract

International trade is a trade that is conducted by a resident of a country with the population of other countries on the basis of mutual agreement. Trade between the countries has been going on for a long time. The increasing trade flows between countries are also characterized by the formation of GATT (General Agreement on Tariffs and Trade), AFTA (ASEAN Free Trade Area Pacific), and the APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation). Cassava is one of the commodities that are traded domestically and internationally, with mention of cassava as the worlds third largest source of carbohydrates (Philip, 1984 in Fauquet and Fargette, 1990). Cassava is one of the commodities that are traded in Asia and has a competitive market. Several countries in Asia became the largest producer of cassava namely Thailand, Vietnam and Indonesia. As the countrys largest producer of cassava in Asia Indonesia, Thailand and Vietnam also import cassava although in sufficient quantities slightly during 2000 to 2012. The value of imports of cassava Indonesia is higher than the value of imports of cassava Thailand and Vietnam. not only that Indonesia has export value of cassava is lower when compared with the export value of cassava Thailand and Vietnam. Indonesian inclination in doing export or import of cassava and determine Indonesia as a country exporting or importing cassava can be known by the trade specialization. This study has the objective to analyze the trade specialization of cassava in Indonesia and analyze the competitiveness of cassava Indonesia in the Asian market. Before performing the analysis of trade specialization and competitiveness need to know the development of cassava commodity in Indonesia. Trade specialization analyzed using Trade Specialization Index (ISP). This index compares the value of imports and exports of cassava value of a country, so as to know the trend of Indonesia become the exporter or importer in cassava trade in Asia .. Measuring competitiveness using the method of analysis of Revealed Comparative Advantage (RCA). This method compares the cassava export value and export value of a countrys total export value of cassava and the value of total exports of Asia. This method will show Indonesias competitiveness compared with its competitors country in the Asian markets of Thailand and Vietnam. This study uses annual data for 12 years ie between the years 2000-2012. Thailands election Vietnam as a comparison because of Thailand, Vietnam and Indonesia is the largest exporter of cassava in Asia. Results of this research is the development of commodity cassava Indonesia during 2000 and 2012 experienced a positive development. This is demonstrated by the increased production of cassava with an average of 0.25 percent and an increase in export value of cassava with an average of 0.04 percent. But the planting area of cassava Indonesia decreased by an average of 0.08 percent and volumw cassava exports decreased by 0.48%. Analysis of trade specialization which have indicated that Indonesia tend to be countries that import iv cassava. Indonesian ISP average of (-0.14), Thailand and Vietnam by 1.00 by 0.59. The same is indicated by the results of the analysis of the competitiveness of cassava Indonesia. Indonesia has an average value of 51.05 RCA. This shows that Indonesia has a competitive edge above the world average, but Indonesia still under Thailand and Vietnam. RCA average cassava Thailand and Vietnam respectively 1315.85 and 949.37. Low RCA Indonesia shows that Indonesia needs to increase its competitiveness in order to improve its position in the Asian market.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2015/715/ 051507708
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture
Divisions: Fakultas Pertanian > Agribisnis
Depositing User: Kustati
Date Deposited: 20 Oct 2015 11:23
Last Modified: 20 Oct 2015 11:23
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/130750
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item