Purnamaratih, KamellaEndras (2015) Pengaruh Sistem Tumpangsari pada Pertanaman Bawang Merah Allium ascolanium L. untuk Menekan Populasi Spodoptera exigua H. (Lepidoptera: Noctuidae. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Dewasa ini, hasil produksi bawang merah di Indonesia belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Indonesia masih harus mengimpor bawang merah dari Thailand dan India. Adanya permintaan dan kebutuhan bawang merah yang terus meningkat setiap tahunnya belum dapat diikuti oleh peningkatan produksinya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan dalam hal budidaya tanaman seperti keberagaman jenis tanah, pengendalian hama, penyakit dan gulma, pemupukan serta penanganan pascapanennya. Masalah hama dan penyakit yang menyerang tanaman bawang merah sering menjadi faktor utama yang mempengaruhi produksi bawang merah tersebut. Hama utama yang biasanya menyerang tanaman bawang merah yaitu Spodoptera exigua. Spodoptera exigua merupakan salah satu hama yang sering menyebabkan gagal panen pada tanaman bawang merah di dataran rendah Pulau Jawa (Kalshoven, 1981). Teknik pengendalian S. exigua yang dilakukan petani umumnya yaitu menggunakan insektisida yang diaplikasikan secara intensif. Salah satu cara cara pengendalian yang yang lebih ramah lingkungan yaitu secara kultur teknis. Pengendalian kultur teknis yang dapat dilakukan dengan cara tumpang sari. Banyak kombinasi jenis-jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas biologis terhadap serangan hama dan penyakit (Kustantini, 2013). Ada beberapa tanaman yang memiliki sifat menolak. Cara ini merupakan salah satu alternatif dalam pengelolaan hama secara terpadu untuk mengurangi populasi hama (Sjam dkk., 2010). Pengetahuan tentang pemanfaatan tanaman yang mempunyai sifat menolak (repellent) hama masih sangat kurang. Tanaman tersebut biasanya mengeluarkan senyawa kimia yang tidak disukai oleh serangga. Tanaman seledri dan tanaman mint mengandung senyawa kimia yang tidak disukai oleh hama. Tanaman seledri dan tanaman mint dapat dipilih untuk ditumpangsari dengan bawang merah untuk menjadi repellent atau penolak datangnya hama. Oleh karena itu penelitian mengenai pengaruh sistem tumpang sari antara tanaman bawang merah Allium ascolanium L., tanaman mint Mentha arvensis, dan tanaman seledri Apium graveolens L. untuk menekan populasi S. exigua dilakukan. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan pertanian Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu dari bulan Maret sampai Mei 2015. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan 4 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Perlakuan pertama yaitu tumpangsari pertanaman bawang merah (A. ascolanium) dengan tanaman mint (M. arvensis), perlakuan kedua yaitu tumpangsari pertanaman bawang merah (A. ascolanium) dengan tanaman seledri (A. graveolens), perlakuan ketiga yaitu tumpangsari pertanaman bawang merah (A. ascolanium) dengan tanaman mint (M. arvensis) dan tanaman seledri (A. graveolens), dan perlakuan keempat yaitu monokultur pertanaman bawang merah (Allium ascolanium) yang digunakan sebagai perlakuan kontrol. Variabel pengamatan meliputi pengamatan populasi telur, populasi larva, populasi imago dan pengamatan intensitas serangan. Pengamatan dilakukan satu minggu sekali. Pengamatan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 14 hari setelah tanam (HST) sampai 2 minggu sebelum panen. Dari hasil analisis ragam didapatkan bahwa semua perlakuan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah populasi telur, larva dan imago S. exigua. Pada pertanaman monokultur nilai rerata populasi telur, larva dan imago adalah berturut-turut telur 1,85 butir; larva 0,85 ekor dan imago 0,33 ekor.Hal ini dikarenakan telur S. exigua telah menetas menjadi larva. Larva akan bertahan sekitar 2 minggu dengan umur bawang merah 28 HST. Hasil pengamatan imago S. exigua, tidak begitu banyak imago yang tertangkap pada yellow sticky trap. Hal ini dikarenakan imago S. exigua merupakan serangga nokturnal. Imago S. exigua meletakkan telurnya pada malam hari. Imago S. exigua lebih tertarik dengan cahaya atau lampu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap intensitas serangan S. exigua pada 28 HST. Tingkat serangan S. exigua pada 28 HST paling tinggi dikarenakan pada waktu itu telur S. exigua telah banyak menetas menjadi larva .
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2015/512/051507505 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 632 Plant injuries, diseases, pests |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Hama dan Penyakit Tanaman |
Depositing User: | Budi Wahyono Wahyono |
Date Deposited: | 19 Oct 2015 12:59 |
Last Modified: | 19 Oct 2021 03:14 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/130527 |
Preview |
Text
Skripsi_Kamella_Endras_P._(115040213111002).pdf Download (3MB) | Preview |
Actions (login required)
View Item |