Riyantini, IndahPuspitasari (2015) Pengaruh Pupuk Kandang Kambing dan Pupuk KCl Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Edamame (Glycine max (L.) Merr.). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Edamame ialah kedelai sayur asal Jepang yang dapat dikonsumsi sebagai sayuran maupun makanan ringan dalam bentuk edamame frozen. Edamame mempunyai peluang sebagai komoditas ekspor dengan nilai jual yang tinggi yang dapat meningkatkan devisa negara. Hal ini dapat disebabkan, Jepang memerlukan edamame segar sebanyak 100.000 ton per tahun. Mitratani (2013) mengemukakan bahwa jumlah ekspor edamame beku ke Jepang mengalami peningkatan setiap tahun dengan realisasi ekspor pada tahun 2010 sebesar 4.081 ton, tahun 2011 sebesar 5.011 ton dan tahun 2012 sebesar 5.238 ton. Namun hal ini terkendala terhadap berkurangnya ketersediaan bahan organik dalam tanah. Setyorini (2005) mengemukakan bahwa sebagian besar (73%) lahan pertanian di Indonesia, baik lahan sawah maupun lahan kering mempunyai kandungan bahan organik yang rendah (< 2%). Satu diantara stategi untuk meningkatkan BO yaitu melakukan pemupukan berimbang antara pupuk organik (pukan kambing) dan anorganik (pupuk KCl). Hal ini dipengaruhi oleh kebutuhan edamame yang dominan terhadap pasokan kalium sebesar 100 - 140 kg ha-1 dibanding nitrogen hanya 50 – 80 kg ha-1 (Konovsky, Lumpkin dan McClary, 1994). Pukan kambing memiliki unsur hara 1,97% K2O yang relatif tinggi dari pukan sapi yang hanya 1,58% K2O sedangkan pupuk KCl berguna untuk menurunkan jumlah polong hampa, meningkatkan hasil tanaman yang meliputi jumlah cabang, buku subur dan jumlah polong bernas dan meningkatkan rasa manis edamame. Penelitian ini bertujuan untuk 1). Untuk mengetahui pengaruh pupuk kandang kambing pada budidaya tanaman edamame dalam rangka mengurangi penggunaan pupuk KCl anorganik 2). Untuk mengetahui pengaruh penggunaan pukan kambing berbentuk remah dan granular terhadap pertumbuhan dan hasil edamame. Hipotesis yang diajukan yaitu pemberian pupuk kandang kambing dengan bentuk dan dosis tertentu pada budidaya tanaman edamame dapat mengurangi penggunaan pupuk KCl anorganik. Penelitian dilaksanakan di Desa Panti, Kabupaten Jember pada bulan Maret hingga Juni 2014. Alat yang digunakan meliputi timbangan analitik, meteran, oven, buku milimeter, kamera, cangkul, sabit, tugal, tali rafia, alat semprot, gembor dan alat pertanian lainnya. Sedangkan bahan yang digunakan meliputi edamame varietas KS3, pukan kambing, pupuk KCl, dan pestisida. Penelitian menggunakan Rancangan Acak kelompok yang terdiri dari P0 : Tanpa pupuk, P1 : Dosis Pupuk KCl 100%, P2 : Dosis Pupuk KCl 75%+pukan kambing granular 25%, P3 : Dosis Pupuk KCl 75%+pukan kambing remah 25%, P4 : Dosis Pupuk KCl 50%+pukan kambing granular 50%, P5 : Dosis Pupuk KCl 50%+pukan kambing remah 50%, P6 : Dosis Pupuk KCl 25%+pukan kambing granular 75%, P7 : Dosis Pupuk KCl 25%+pukan kambing remah 75%, P8 : Pukan kambing granular 100% dan P9 : Pukan kambing remah 100% dengan 3 ulangan. Pengamatan dilakukan secara destruktif yang dimulai saat tanaman berumur 17 hst, 32 hst, 47 hst, 62 hst dan saat panen dengan parameter pertumbuhan tanaman meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, bobot kering total tanaman, jumlah bintil akar aktif, sedangkan parameter pengamatan komponen hasil meliputi jumlah polong per tanaman mutu A dan mutu B, hasil panen ton ha-1 mutu A dan mutu B dan indeks panen mutu A dan mutu B. Klasifikasi mutu A adalah polong berbiji 2 dan 3, bentuk dan ukuran polong normal dan tidak terdapat cacat fisik maupun mekanis, sedangkan klasifikasi mutu B adalah yang tidak masuk dalam klasifikasi mutu A. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5%, selanjutnya untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan dilakukan dengan uji duncan taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada parameter pertumbuhan tanaman tidak menunjukkan berbeda nyata, namun hanya berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi pada umur 17 dan 32 hst dan bobot kering tanaman umur 32 hst. Parameter tinggi tanaman umur 17 hst dengan hasil tertinggi P3, sedangkan tinggi dan bobot kering tanaman umur 32 hst dengan hasil tertinggi P9. Sedangkan parameter hasil juga tidak menunjukkan berbeda nyata. Kisaran hasil bobot polong tertinggi mutu A pada perlakuan P7.
English Abstract
Edamame is a Japanese soy vegetable can be eaten as a vegetable or snack (frozen edamame). Edamame has chance to be an export commodities with has a high value that can increase Indonesia’s foreign exchange. This is reasonable because Japan requires 100.000 tons fresh edamame per year. Mitratani (2013) stated that the number of exports of frozen edamame to Japan have increased every year by the numbers as followed, in 2010 was 4,081 tons, in 2011 was 5,011 tons and in 2012 was 5,238 tons. However, it is constrained to a reduction in the availability of the organic matter in the soil. Setyorini (2005) stated that the majorities (73%) of the agricultural lands in Indonesia, both wet land and dry land have low organic matter contents (<2%). One of the strategies to improve the organic matter is by doing balanced fertilization of organic fertilizer (goat manure) and inorganic (KCl fertilizer). This is influenced by the needs of the dominant edamame potassium supply of 100-140 kg ha-1 compared to nitrogen only 50-80 kg ha-1 (Konovsky, Lumpkin and McClary, 1994). Goat manure had 1.97% K2O nutrient relatively high than cow manure that only 1.58% K2O whereas KCl fertilizer is useful for reducing the number of empty pods, increasing crop yields, including the number of branches, number of pods fertile nodes and pithy and enhancing the sweet falvour of edamame. This aims of this study are 1). to determine the effect of goat manure on edamame crops to reduce the amount of inorganic KCl fertilizers and 2). to determine the effectiveness amount of goat manure have shaped granular and crumbs on growth and yield edamame crops. The hypothesis proposed that the application of goat manure with specific dosage and forms for edamame crop cultivation can reduce the use of inorganic fertilizers KCl. The experiment was conducted in Panti, Jember on March to June 2014. The tools which used are analytical balance, meter, oven, millimeters books, cameras, hoe, sickle, Portugal, rope, syringes, hype and the other farm equipments. Materials used are including edamame varieties KS3, pile goat, fertilizer KCl and pecticide. The research method was using randomized design group consisting of P0: Without fertilizer, P1: KCl fertilizer dose of 100%, P2: 75% KCl fertilizer dose + 25% goat granular manure, P3: 75% KCl fertilizer dose + 25% goat crumb manure, P4 : 50% of KCl fertilizer dose + 50% goat granular manure, P5: 50% KCl fertilizer dose + 50% goat crumb manure, P6: 25% KCl fertilizer dose + 75 goat granular manure, P7: 25% KCl fertilizer dose + goat crumb manure 75%, P8: goat granular manure 100% and P9: 100% goat crumb manure with 3 replications. Observations conducted by destructive method begin when the plant was 17 dap, 32 dap, 47 dap, 62 dap and at harvest with crop growth parameters: plant height, leaf number, leaf area, total plant dry weight, number of active root nodules, while the observation parameters of yields components including the number of pods per plant with A and B quality, yield tons ha -1 with A and B quality and harvest index with A and B quality. The quality of a quality classification is seeded pods 2 and 3, the shape and size of the pods normal and there are no physical or mechanical defects, while the quality classification B is not included in the classification of the quality of A. The data were analyzed using analysis of variance method (F test) at 5%, and to determine the differences among treatments analyzed by Duncan test level of 5% method. The results shows that there are no significant differences in growth parameters, the only significant effect is on high of the crop at the age of 17 and 32 days after planting and the plant dry weight at age of 32 days after planting. The result of plant height parameters at age 17 dap shows the highest yield at P3, while the result of high and dry weight of plant at age 32 days after planting shows the highest yield at P9. While the parameters of the results also shows no significant difference. The rate of the highest quality results pod weight with A quality showed in P7.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2015/28/051500687 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 631 Specific techniques; apparatus, equipment materials > 631.5 Cultivation and harvesting |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Budidaya Pertanian |
Depositing User: | Budi Wahyono Wahyono |
Date Deposited: | 04 Feb 2015 14:18 |
Last Modified: | 19 Oct 2021 03:50 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/130271 |
Preview |
Other
INDAH.PDF Download (5MB) | Preview |
Actions (login required)
View Item |