Safitri, Nila (2015) Pemanfaatan Bahan Nabati Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum Bacilicum L), Daun Sirih (Piper Betle Linn) dan Daun Salam (Syzygium Polyanthum), dalam Pencegahan Serangan Penyakit Karat (Phakopsora pachyrhizi. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Salah satu hambatan dalam peningkatan dan stabilisasi produksi kedelai di Indonesia adalah serangan penyakit karat daun yang disebabkan oleh cendawan Phakopsora pachyrhizi(Semangun, 1991). Penyakit karat yang disebabkan jamur Phakopspora pachyrhizi merupakan penyakit penting pada kedelai. Penyakit karat dapat menurunkan hasil karena daun-daun yang terserang akan mengalami defoliasi lebih awal sehingga akan mengakibatkan berkurangnya berat biji dan jumlah polong yang bervariasi antara 10-90%, tergantung pada fase perkembangan tanaman, lingkungan dan varietas kedelai (Sinclair dan Hartman, 1999). Tindakan pengendalian selama ini hanya mengandalkan penggunanan fungisida sintetik, sedangkan harga fungisida semakin meningkat. Komoditas eksport Indonesia ditolak diluar negeri karena adanya residu pestisida termasuk yang terkandung dari hasil-hasil pertanian tersebut. Residu insektisida dan fungisida membahayakan kesehatan ternak dan manusia (Sumartini dan Yusmani,2001). Untuk mengurangi dampak negatif penggunaan pestisida kimia tersebut, diperlukan upaya perlindungan tanaman berbasis pada pengelolaan ekosistem secara terpadu dan berwawasan lingkungan salah satunya dengan memanfaatkan bahan nabati yang berpotensi sebagai pengendalian ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikologi Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang dan Rumah Kawat Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pestisida nabati terhadap pencegahan penyakit karat daun kedelai Phakopsora pachyrizi. Hasil penelitian menunjukan bahwa rerata perkecambahan spora pada pengamatan terakhir 24 jam setelah perlakuan yaitu perlakuan kontrol dan ekstrak daun salam tidak berpengaruh nyata terhadap perkecambahan spora, tetapi pada perlakuan ekstrak daun sirih dan perlakuan ekstrak daun kemangi terlihat pengaruh nyata pada perkecambahan spora. Rata-rata perkecambahan spora pada perlakuan kontrol, ekstrak daun salam, daun sirih dan kemangi pada 24 jam setelah perlakuan secara berturut-turut yaitu 29,93%; 16,52%; 11,97%; 7,45%. Pada pengamatan panjang tabung urediospora P. pachyrizi 3, 6, 9, 12, 24 jam setelah perlakuan terlihat bahwa perlakuan ekstrak daun salam, daun sirih, dan daun kemangi memiliki pengaruh nyata dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Pada perlakuan ekstrak daun salam, daun sirih dan daun kemangi terlihat panjang tabung kecambah lebih pendek dibandingkan panjang tabung yang dimiliki oleh perlakuan kontrol dari setiap pengamatan. Rata-rata panjang tabung urediospora pada perlakuan kontrol, ekstrak daun salam, daun sirih dan kemangi pada 24 jam setelah perlakuan secara berturut-turut yaitu 132,50µm; 37,61µm; 16,98 µm;16,20 µm. Jumlah bercak dan intensitas serangan pada setiap 3 hari sebanyak 5 kali pengamatan memiliki pengaruh nyata pada setiap perlakuan, pada perlakuan ekstrak daun kemangi terlihat bahwa jumlah bercak mengalami kenaikan selama pengamatan tetapi jumlah bercak yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan yang lainya. Rata-rata jumlah bercak pada perlakuan kontrol, ekstrak daun salam, daun sirih dan kemangi pada pengamatan ke-5 secara berturut-turut yaitu 1874,81; 1251,59; 868,68; 527,77., rata-rata Intensitas serangan pada perlakuan kontrol, ekstrak daun salam, daun sirih dan kemangi pada pengamatan ke-5 secara berturut-turut yaitu 63,07%; 54,84%; 46,28%; 38,21%. Hasil poduksi yang mampu terselamatkan oleh serangan penyakit karat kedelai pada perlakuan ekstrak daun salam sebesar 21%, pada perlakuan ekstrak daun sirih sebesar 37% dan pada perlakuan ekstrak daun kemangi sebesar 69%.
English Abstract
One disadvantages in the improvement and stabilization of soybean production in Indonesia is leave rust disease caused by the fungus Phakopsorapachyrhizi (Semangun, 1991). Rust diseases caused by fungi Phakopsporapachyrhiziwhichis anmajor disease in soybean. Rust diseases can reduce yield because the leaves that are infected will occurred an early defoliation thuswill reduced the seed weight and number of pods by 10-90%, depending on the phase of plant development, environment and soybean varieties (Sinclair and Hartman, 1999). Control techniques have been only relied on common uses of synthetic fungicides, while fungicides prices increases. Indonesian’s export commodities overseas always been rejected due to pesticide residues. Insecticide and fungicide residues will endanger livestock and humans health (Sumartini and Yusmani, 2001). To reduce the negative impact of the use of chemical pesticides, plant protection efforts that environmental friendlyand safe for health. One of thus are using bio-pesticide. This research was conducted at the Laboratory of Mycology Department of Plant Pests and Diseases, Faculty of Agriculture, BrawijayaUniversity and Screen House in Brawijaya University, Malang. This research aims to determine the effectiveness of the bio-pesticide on soybean leave rust disease (Phakopsora pachyrizi)prevention. The results showed that the average of spore germination at the 24th hours of the observation, treatment and control of bay leave extract did not significantly differentin sporesgermination, but the treatment of betel leave extracts and basil leave extractshowed a significantdifferentin spore germination.The average of spores germination from the control treatment, bay leaveextract, betel leave extractand basil extractat the 24th hour that are 29.93%; 16.52%; 11.97%; 7.45%. the length of urediospora P. Pachyrizi tube observation at 3, 6, 9, 12, 24 hours after treatment showeda significant different amongst the treatment of bay leaveextract, betel leaveextract, and thyme extract. The treatment of bay leave extract, betel leave extract and basil leaves extract showed a shorter tube length than the control treatment at each observation. The Average of urediosporalength tube in the control treatment, bay leaveextract, betel leave extract and basil extract at the 24th hour showed 132,50μm; 37,61μm; 16.98 μm ; 16.20 μm The number of spots and the attack intensity every 3 days for 5 times observationshowed a significant different at each treatment, the treatment of basil leave extract showed that the number of patches are increased during the observation but the number of spots less than the other treatments. The average number of spots in the control treatment, bay leaveextract, betel leave extract and basilextract at 5th observations showed 1874.81; 1251.59; 868.68; 527.77., The average of attack intensity in the control treatment, bay leave extract, betel leave extract and basil extract at 5th observations showed 63.07%; 54.84%; 46.28%; 38.21%. The productioncapable ofsavedbysoybeanrustdiseaseatbay leafextract treatment 21%, thebetelleafextract treatment 37% andthebasilleafextract treatment69%. .
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2015/186/051503093 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 632 Plant injuries, diseases, pests |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Hama dan Penyakit Tanaman |
Depositing User: | Budi Wahyono Wahyono |
Date Deposited: | 05 May 2015 10:24 |
Last Modified: | 19 Oct 2021 07:00 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/130167 |
Preview |
Text
Nila_Safitri_(105040200111045).pdf Download (5MB) | Preview |
Actions (login required)
View Item |