Oktavia, Erwina (2014) Analisis Pola Konsumsi Pangan Dalam Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani (Studi Kasus Desa Bilaporarebba, Kecamatan Lenteng, Kabupaten Sumenep). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Pola konsumsi masyarakat Indonesia sangat bergantung pada ketersediaan beras sebagai bahan pangan utama. Hampir setiap masyarakat Indonesia menganggap bahwa beras merupakan sumber karbohidrat satu-satunya yang dapat membuat perut menjadi kenyang. Ketergantungan akan beras sebagai makanan pokok bangsa Indonesia yang diimbangi dengan keterbatasan produksi beras domestik yang menyebabkan tingginya angka impor beras dari tahun ke tahun. Kebutuhan pangan nasional dan wilayah dapat dicapai dengan cara memproduksi sendiri atau dengan impor. Salah satu komitmen penting pemerintah yang perlu dilakukan adalah komitmen untuk tidak dengan mudah melakukan impor pangan. Ketergantungan akan beras tidak terjadi di Kabupaten Sumenep khususnya di Desa Bilaporarebba. Pada daerah ini beras digantikan dengan jagung, namun sama halnya dengan beras hidup mereka masih tergantung pada jagung. Masyarakat Desa Bilaporarebba sebagian besar bermata pencaharian sebagai seorang petani dengan komoditas pangan yaitu jagung. Pola konsumsi masyarakat di desa ini yaitu dengan mengandalkan jagung sebagai kebutuhan hidup dengan frekuensi makan 2-3 kali dalam sehari. Dengan tidak adanya perubahan pola konsumsi ini yang menyebabkan Desa Bilaporarebba berada dalam kategori kerawanan pangan. Hal tersebut juga diakibatkan dengan tidak adanya diversifikasi pangan yang dilakukan oleh masyarakat di desa ini. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi faktor-faktor sosial ekonomi keluarga dalam pola konsumsi pangan rumah tangga petani, (2) Menganalisis pola konsumsi energi dan protein dalam rumah tangga petani, (3) Mengevaluasi aspek-aspek penentu ketahanan pangan dalam rumah tangga petani, dan (4) Menganalisis hubungan pola konsumsi pangan dan kondisi ketahanan pangan dalam rumah tangga petani. Lokasi penelitian di Desa Bilaporarebba, Kecamatan Lenteng, Kabupaten Sumenep. Jenis penelitian metode penelitian gabungan (mixed methods) antara metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penentuan informan dilakukan secara snowball sampling (bola salju). Metode pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, dokumentasi dan dibantu dengan kuisioner. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif untuk menjawab tujuan nomor satu, untuk menjawab tujuan dua menggunakan metode konsumsi energi dan protein rumah tangga petani, untuk menjawab tujuan nomor tiga menggunakan metode analisis deskriptif skala Likert, sedangkan untuk tujuan empat menggunakan analisis Rank Spearman untuk mengetahui hubungan pola konsumsi pangan dan kondisi ketahanan pangan. Hasil penelitian adalah sebagai berikut yaitu dalam pola konsumsi pangan faktor sosial berkontribusi sebesar 25 persen dan faktor ekonomi sebesar 33,3 persen dengan faktor sosial yang paling dominan yaitu status sosial dan faktor ekonomi yaitu pengeluaran. Pola konsumsi pangan dapat diukur menggunakan kecukupan energi dan protein. Untuk kebutuhan konsumsi energi dan protein masih belum sesuai nilai anjuran yaitu 2200 kkal/kap/hari dan 52 gram/kap/hari, dengan alokasi penggunaan energi sebesar 2178,7 kkal/kap/hari dan protein sebesar 49,6 gram/kap/hari. Hal itu disebabkan karena pola konsumsi pangan masyarakat Bilaporarebba masih tergantung pada salah satu jenis kelompok pangan saja. Kondisi ketanan pangan rumah tangga petani di Desa Bilaporarebba tergolong sedang. Hal tersebut ditunjukkan dengan jumlah skor lapang kondisi ketahanan pangan rumah tangga petani adalah 18,62 atau 68,96 persen dari jumlah skor maksimal yaitu 27. Hasil penggolongan kategori sedang tersebut juga dapat dilihat dari indikator-indikator ketahanan pangan yaitu ketersediaan pangan, distribusi dan akses, serta stabilitas ketersediaan pangan. Pada aspek ketersediaan pangan yang memiliki hubungan dengan kondisi ketahanan pangan adalah diversifikasi pangan, tingkat pendidikan, status sosial, pendapatan, pengeluaran dan jumlah tanggungan keluarga. Sedangkan pada aspek distribusi dan akses serta aspek stabilitas ketersediaan pangan yang memiliki hubungan adalah diversifikasi pangan, frekuensi makan, pendapatan dan pengeluaran. Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini antara lain perlu adanya peningkatan baik dalam faktor sosial maupun faktor ekonomi dalam rumah tangga petani, misalnya dengan cara bekerja di luar sektor pertanian agar pendapatan bertambah dan pola konsumsi pangan menjadi lebih baik. Perlu adanya penyuluhan tentang pemanfaatan pangan untuk menciptakan keseimbangan nilai pada masing-masing kelompok pangan agar tidak tergantung pada salah satu kelompok pangan saja.Untuk meningkatkan kondisi ketahanan pangan yaitu perlu adanya upaya dari pihak-pihak terkait yaitu instansi pemerintahan dan dinas pertanian, serta rumah tangga petani lebih memperluas informasi menegnai faktor-faktor yang berhubungan dengan ketahanan pangan.
English Abstract
Indonesian consumption patterns are very dependent on the availability of rice as a staple food. Indonesian almost every society considers that rice is the only sorce of carbohydrates that can make the stomach becomes full. Dependence on rice as a staple food nation Indonesian is offset by the limitations of the domestic rice production led to high rates of rice import from the year to year. National and regional food needs can be achieved by producing its own or import. One of the important commitments that the government need to do is a commitment not easily do the import of food. Dependence on rice is not the case in Sumenep district especially in Billaporarebba village. In this region was replaced with corn, but rice as well their lives still depend on corn. The people in Billaporarebba village largely livelihood as a farmer with food commodities such as corn. Consumption patterns in the village is by relying on corn as the necessities of life to the frequency of eating 2-3 times a day. In the absence of changes in the consumption patterns that lead to the village of Billaporarebba are in the category of food insecurity. It is also caused by the absence of diversification undertaken by people in the village. The purpose of this study is: (1) Identify sosio-economic factors in the family household food consumption patterns of farmers, (2) To analyze patterns of energy and protein consumption in farm household, and (3) Evaluate the determinant aspects of food security conditions in the household farmers, and (4) Analyze the corellation pattern of food consumption and food security conditions in farm households. Research sites in the Billaporarebba village, Lenteng district Sumenep regency. This type of research combined research methods (mixed methods) between quantitative and qualitative research. Determination in informan done snowball sampling (snowball). Methods of data collection using in depth interview, documentation and asissted with the questionnaire. Method of data analysis using descriptive qualitative analysis to answer the number one objective, and to answer purpose two receipts method of energy consumption and farmer househol, to answer the purpose of the three number using a Likert Scale descriptive analysis method, while for the purpose of four using Spearman Rank analysis to determine the relationship patterns of food consumption and food security conditions. The result of the study are as follows in the pattern of food consumption factors accounted for 25 percent of social and economic factors of 33,3 percent with the most dominant social factors, namely social status and economic factors taht spending. Patterns of food consumption can be measured using the adequacy of energy and protein. For energy and protein consumption needs still unmet recommended value is 2200 kcal/person/day and 52 g/person/day, with the allocation of energy use by 2178,7 kcal/person/day and potein 49,6 g/person/day. That is because people’s food consumption patterns Bilaporarebba still dependent on one type of food group only. Household food security conditions of farmers in the village of Billaporarebba classified as moderate. This is indicated by the totoal score of the field conditions of household food security of farmers is 18,62 or 68,96 percent of the maximum score is 27, the category is the classificatio results can also be seen from the indicators of food security, namely food availablity, distribution and access, as well as the stability of food availability. In the aspects of food availability conditions linked to food security is diversification, level of education, social status, income, expenditure, an number of dependents. While the aspects of distribution and access to food availability and stability aspects of relationship is a diversified food, meal frequency, income and expenses. Advice can be given in the study among others, there need for an increase and both social factors and economic factors in farm households for example by working outside the agricultural sector in order to increase income and food consumption patterns for the better. There needs to be education about the use of food to create a balance in the value of each food group that is not dependent on any one food group. To improve food security conditions, namely the need for efforts of relevant parties in goverment agencies and departments of agriculture, farmers and households further expand the information regarding the factors that relate to food security.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2014/389/051407558 |
Subjects: | 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian |
Depositing User: | Budi Wahyono Wahyono |
Date Deposited: | 10 Nov 2014 10:01 |
Last Modified: | 20 Oct 2021 11:14 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/129864 |
Preview |
Text
Skripsi_Fix.pdf Download (6MB) | Preview |
Actions (login required)
View Item |