Analisis Daya Saing Teh Indonesia Di Pasar Internasional

Zakariyah, Mochamad Yuzi (2012) Analisis Daya Saing Teh Indonesia Di Pasar Internasional. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Kondisi pasar internasional saat ini memasuki era globalisasi yang menyebabkan peningkatan tingkat persaingan perdagangan di seluruh dunia. Perdagangan Internasional menuntut semua negara produsen, termasuk Indonesia untuk dapat meningkatkan nilai dan volume ekspor produknya agar dapat berdaya saing kuat di pasar internasional. Salah satu komoditas perkebunan unggulan Indonesia yang diekspor ke pasar internasional adalah komoditas teh. Teh merupakan salah satu minuman favorit di dunia yang permintaannya tinggi, selain itu pengetahuan tentang khasiat mengkonsumsi teh menjadikan teh merupakan komoditas andalan ekspor bagi Indonesia. Indonesia sendiri merupakan negara eksportir teh terbesar keenam dunia. Indonesia memiliki sumberdaya lahan yang cocok dengan syarat tumbuh teh dan memiliki potensi besar untuk memperluas lahan serta meningkatkan kuantitas dan kualitas teh Indonesia. Namun fakta saat ini menujukkan bahwa terjadi penurunan luas areal tanam teh dari tahun 2008-2012. Permasalahan lain dalam industri teh dalam negeri adalah penguasaan pangsa pasar ekspor teh Indonesia terhadap total ekspor teh dunia dalam lima tahun terakhir terus mengalami penurunan yaitu pada tahun 2007 sebesar 3,06 persen dan terus menurun sampai 2,52 persen pada tahun 2011. Selain permasalahan di atas, kuantitas dan nilai ekspor teh Indonesia juga mengalami fluktuasi yang cenderung menurun. Oleh karena itu penting dilakukan penelitian untuk menganalisis daya saing komoditas teh Indonesia sehingga peranannya dalam perekonomian dapat diandalkan serta dapat menjadi sumber acuan untuk memperbaiki dan menentukan keputusan-keputusan penting terkait pengembangan potensi dan peran teh Indonesia di pasar internasional. Berdasarkan beberapa permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Menganalisis posisi daya saing teh Indonesia di pasar internasional, (2) Menganalisis spesialisasi perdagangan teh Indonesia di pasar internasional, dan (3) Menganalisis struktur pasar teh dan posisi Indonesia dalam perdagangan teh di pasar internasional. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil secara time series tahunan. Data yang digunakan untuk penelitian pangsa pasar menggunakan jangka waktu 11 tahun 2001-2011, sedangkan untuk penelitian daya saing menggunakan data dengan jangka waktu 21 tahun 1991-2011. Data yang digunakan diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS), United Nations Commodity Trade Statistics Database (COMTRADE), Food Agriculture Organization (FAO) dan literatur pendukung lainnya. Untuk menjawab tujuan penelitian tentang keunggulan daya saing, digunakan alat analisis kuantitatif Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Teori Berlian Porter (Porter’s Diamond Theory). Revealed Comparative Advantage ini digunakan untuk menjelaskan kekuatan daya saing komoditi teh secara relatif terhadap produk sejenis dari negara lain yang juga menunjukkan posisi komparatif Indonesia sebagai produsen teh dibandingkan dengan negara pembanding dalam pasar teh internasional. Sedangkan untuk melihat analisis daya saing komoditi teh dari sisi keunggulan kompetitif digunakan pendekatan Teori Berlian Porter (Porter’s Diamond Theory). Teori ini digunakan untuk menganalisis faktor internal ii dan faktor eksternal yang mempengaruhi keunggulan kompetitif suatu negara. Faktor internal mencakup faktor fisik dan manusia, sedangkan faktor eksternalnya adalah peluang yang terjadi di pasar domestik maupun internasional. Analisis spesialisasi menggunakan alat analisis Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) dngan dibandingkan dengan negara pembanding dalam pasar teh Internasional. Alat analisis Indeks Herfindahl dan Concentration Ratio untuk mengalisis struktur pasar dan posisi Indonesia di pasar teh Internasional. Posisi daya saing teh Indonesia secara komparatif lebih rendah dibandingkan Kenya, Sri Lanka, India namun, masih lebih tinggi dibanding dengan China. Hal ini diindikasikan dari nilai rata-rata indeks RCA teh Indonesia (4,277) dibawah negara Kenya (292,435), Sri Lanka (476,941), India (17,848), dan lebih tinggi dari China (1,486). Daya saing teh Indonesia dibawah rata-rata negara-negara lain tersebut dipengaruhi oleh rendahnya nilai ekspor teh Indonesia sedangkan nilai ekspor total Indonesia cukup tinggi. Daya saing teh Indonesia lebih unggul dengan teh China atau dapat dikatakan pesaing terdekat teh Indonesia adalah teh China. Nilai RCA teh China yang lebih rendah dari nilai RCA teh Indonesia meskipun nilai ekspornya lebih tinggi disebabkan karena nilai ekspor total seluruh produk China yang sangat tinggi. Analisis keunggulan kompetitif dengan Teori Berlian Porter menunjukkan bahwa komoditi teh Indonesia berdaya saing kuat karena faktorfaktor internal dan eksternal dalam produksi teh sudah tersedia, meski ada di beberapa faktor yang harus dibenahi lebih lanjut. Hubungan yang saling mendukung antar faktor akan dapat menutupi kelemahan yang ada dan membentuk produk teh yang berdaya saing tinggi di pasar internasional. Spesialisasi perdagangan teh Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia cenderung sebagai negara eksportir teh dengan nilai Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) sebesar 0,919. Nilai ISP teh Indonesia dibawah Sri Lanka (0,972), Kenya (0,967), dan India (0,928) namun lebih tinggi dari China (0,726). Nilai ISP teh Indonesia yang rendah dibanding negara Sri Lanka, Kenya dan India karena terjadi peningkatan impor teh Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, namun impor teh Indonesia lebih rendah dari impor teh negara China sehingga nilai ISP Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan negara China. Struktur pasar yang dihadapi Indonesia dalam pasar teh internasional adalah pasar oligopoli. Posisi Indonesia di pasar teh Internasional saat ini adalah market follower atau pengikut pasar. Akibatnya posisi Indonesia di pasar teh dunia sangat rentan terhadap para penantang pasar yang kuat. Pesaing utama Indonesia dalam perdagangan teh dunia adalah Sri Lanka, Kenya, Cina dan India yang mampu memproduksi teh jauh lebih besar dengan kualitas teh yang lebih baik dibandingkan Indonesia. Hasil penelitian menghasilkan beberapa saran untuk peningkatan daya saing teh Indonesia (1) Pelaku bisnis teh Indonesia meningkatan kualitas dan kuantitas dari penjualan teh melalui usaha melakukan rehabilitasi, replanting dan melakukan diversifikasi ekspor produk teh, (2) Pemerintah diharapkan membantu akses mudah kredit untuk permodalan dan memberikan insentif dan mekanisasi sistem pembudidayaan dan pengolahan teh, (3) Pemerintah juga diharapkan melindungi produsen teh domestik, dengan meningkatkan tariff bea masuk teh impor yang lebih tinggi.

English Abstract

The current international market conditions entering the era of globalization is causing an increase in the level of competition worldwide trade. International trade requires all producing countries, including Indonesia, to increase the value and volume of exports its products to be strong competitiveness in the international market. One of the leading Indonesian plantation commodities are exported to the international market is the commodity of tea. Tea is one of the worlds favorite beverage in high demand, in addition to the knowledge about the properties of tea drinking tea makes an export commodity for Indonesia. Indonesia is the countrys sixth largest world exporter of tea. Indonesia has the land resources that match the growing requirements of tea and have a great potential to expand the area and improve the quantity and quality of Indonesian tea. But the fact today indicates that a decline in tea planting area from 2008-2012. Another problem in the domestic tea industry is the market share of Indonesian tea export to the worlds total tea exports in the last five years continuously decreased in 2007 by 3.06 percent and continued to decline to 2.52 percent in 2011. Besides the problems in above, the quantity and value of exports of Indonesian tea also fluctuated downward trend. It is therefore important to do research to analyze the competitiveness of Indonesian tea commodity so that its role in the economy and can be a reliable source of reference for fixing and determining the important decisions related to the development potential and the role of Indonesian tea in the international market. Based on some of the above problems, the objectives of this study were: (1) analyze the competitive position of Indonesian tea in the international market, (2) to analyze the trade specialization of Indonesian tea in the international market, and (3) to analyze the structure and position of Indonesian tea market in tea trade in the international market. This study uses secondary data taken at annual time series. The data used for market research using a period of 11 years from 2001 to 2011, while for the competitiveness of research using the data for a period of 21 years from 1991 to 2011. The data used are taken from the Central Statistics Agency (BPS), the United Nations Commodity Trade Statistics Database (COMTRADE), the Food Agriculture Organization (FAO) and other supporting literature. To answer the research objectives of competitive advantage, used a quantitative analysis tool Revealed Comparative Advantage (RCA) and Theory of Diamond Porter (Porters Diamond Theory). Revealed Comparative Advantage is used to describe the strength of tea competitiveness of commodities relative to similar products from other countries that also shows the comparative position of Indonesia as a producer of tea in comparison with comparable countries in the international tea market. As for seeing the commodity of tea competitiveness analysis of the competitive advantage theory approach was used Diamond Porter (Porters Diamond Theory). This theory is used to analyze the internal factors and external factors that affect a countrys competitive advantage. Internal factors include the physical and human factors, while external factors are opportunities that occur in domestic and international markets. Analysis specialization using analysis tools Trade Specialization Index (ISP) * with compared to the comparators in the iv International tea market. Analysis tools Concentration Ratio and the Herfindahl Index for mengalisis market structure and market position of Indonesia in the International Tea. Position competitiveness of Indonesian tea is comparatively lower than that of Kenya, Sri Lanka, India however, still higher than China. It is indicated from the average value of the RCA index Indonesian tea (4.277) under the country of Kenya (292.435), Sri Lanka (476.941), India (17.848), and higher than China (1,486). The competitiveness of Indonesian tea is below the average of other countries are affected by the low value of Indonesian exports of tea while the total export value of Indonesia is quite high. The competitiveness of Indonesian tea is superior to tea or Chinese tea can be said to be the closest competitor was tea Chinese Indonesian. Chinese tea RCA value lower than the value of the RCA Indonesian tea despite higher export value due to the total export value of Chinese products are very high. Analysis of competitive advantage with Porter Diamond Theory suggests that commodity Indonesian tea strong competitiveness because of internal factors and external in tea production are already available, although there are several factors that need to be addressed further. Mutually supportive relationship between factors will be able to cover the weaknesses of existing and forming tea products that are highly competitive in the international market. Indonesian tea trade specialization tends to show that Indonesia as the country with the value of tea exporters Trade Specialization Index (ISP) of 0.919. Value ISP Indonesian tea under Sri Lanka (0,972), Kenya (0.967), and India (0.928) but higher than China (0.726). Value ISP Indonesian tea is lower than the country of Sri Lanka, Kenya and India due to an increase in imports of Indonesian tea in recent years, but imports of Indonesian tea is lower than the country imported Chinese tea that Indonesian ISP value is still higher than China. Market structure faced by Indonesia in the international tea market is an oligopoly market. Indonesias position in the current international tea market is a market follower or a market follower. As a result, Indonesias position in the world tea market is very vulnerable to the strong market contender. Indonesias main competitor in the world tea trade is Sri Lanka, Kenya, China and India are capable of producing much larger tea with tea better quality than Indonesia. The results of the study resulted in several suggestions for improving the competitiveness of Indonesian tea (1) Indonesian tea Businessman improve the quality and quantity of the sale of tea through the efforts of rehabilitation, replanting and diversify exports of tea (2) The Government is expected to aid easy access to capital and provide credit incentive systems and mechanization of tea cultivation and processing. (3) The Government is also expected to protect the domestic tea producers, by increasing tariff of import tea.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2014/277/051406105
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture
Divisions: Fakultas Pertanian > Agribisnis
Depositing User: Hasbi
Date Deposited: 17 Oct 2014 09:25
Last Modified: 09 Nov 2021 08:34
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/129742
[thumbnail of SKRIPSI.pdf]
Preview
Text
SKRIPSI.pdf

Download (3MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item