Mahmudah, Nunung (2014) Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Tebu Dilahan Kering (Tegal) (Studi Kasus Desa Wonotirto, Kecamatan Wonotirto, Kabupaten Blitar). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Di Indonesia, tebu merupakan komoditas strategis untuk pembuatan gula. Dimana gula merupakan kebutuhan pokok untuk konsumsi masyarakat di Indonesia, dan gula dilindungi oleh pemerintah karena untuk menjaga stabilitas kelangsungan industri gula dalam negeri. Gula yang saat ini adalah sebagai salah satu hasil utama tebu di Indonesia (Subiyono, 2005). Gula termasuk salah satu komoditas swasembada pangan, dimana pemerintah sekarang melaksanakan program lima komoditas untuk menuju swasembada pangan, diantaranya yaitu gula, jagung, kedelai, beras, dan daging. Dapat diketahui bahwa sentra produksi tebu rakyat terluas terdapat di daerah Jawa Timur. Sehingga daerah Jawa Timur merupakan salah satu daerah yang mempunyai lahan yang luas sehingga mempunyai kontribusi dalam peningkatan swasembada gula di Indonesia. Untuk memenuhi sasaran pencapaian Swasembada Gula Nasional tersebut dilakukan upaya terpadu sektor on farm dan off farm. Salah satu daerah di Jawa Timur yang menjadi tempat perluasan lahan tebu adalah Blitar. Pemerintah Kabupaten Blitar akan mengembangkan lahan tebu rakyat hingga 6.500 hektar pada tahun 2013. Pengembangan dilakukan untuk mendukung program pemerintah Jawa Timur yang ingin mempertahankan sebagai lumbung penghasil gula terbesar di Indonesia (Taufik, 2013). Menurut Toharisman (2007), Sejak akhir 70-an budidaya tebu mulai bergeser ke lahan tegalan. Penggunaan lahan tegalan di masa mendatang tampaknya akan semakin meluas karena areal sawah banyak yang berubah fungsi menjadi kawasan non-pertanian seperti industri dan pemukiman; dan tebu juga menghadapi persaingan ketat dengan padi. Pendapatan merupakan salah satu keputusan petani untuk menanam tebu di lahan kering (tegalan). Sehingga dengan adanya uraian di atas maka perlu adanya penelitian tentang analisis kelayakan usahatani tebu di lahan kering (tegalan) dan melihat potensi usahatani tebu di lahan kering (tegalan) di Kabupaten Blitar khususnya di Desa Wonotirto Kecamatan Wonotirto. Di Blitar tebu ditanam di lahan tegalan salah satunya yaitu Di Desa Wonotirto Kecamatan Wonotirto Kabupaten Blitar oleh karena itu diperlukan analisis kelayakan usahatani tebu di lahan tegalan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Menghitung besarnya biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani tebu di Desa Wonotirto, Kecamatan Wonotirto, Kabupaten Blitar. (2) Menganalisis kelayakan usahatani tebu di Desa Wonotirto, Kecamatan Wonotirto, Kabupaten Blitar. (3) Menganalisis sensitivitas usahatani tebu terhadap penurunan produksi, penurunan harga jual, kenaikan biaya produksi serta kombinasi dari perubahan-perubahan tersebut. Metode analisis yang dipakai untuk usahatani tebu menggunakan analisis cash flow yang terdiri dari biaya total produksi, penerimaan, dan pendapatan. Untuk kelayakan usahatani tebu menggunakan analisis NPV, Net B/C ratio, IRR, dan Payback period. Untuk melihat sensitivitas usahatani tebu menggunakan penurunan produksi, penurunan harga, dan kenaikan biya produksi serta kombinasi dari ketiganya dengan tingkat suku bunga 15%. Hasil penelitian antara lain: 1. Untuk biaya investasi awal dalam usahatani tebu di lahan kering (tegal) per Ha sebesar Rp22.868.209, rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan selama 8 tahun umur ekonomis sebesar Rp6.015.550, rata-rata biaya variabel yang harus dikeluarkan adalah sebesar Rp8.034.402 Sehingga rata-rata biaya total untuk usahatani tebu di lahan kering (tegal) selama 8 tahun umur ekonomis yaitu sebesar Rp14.049.952 per Ha. Rata-rata penerimaan yang didapat petani tebu di lahan kering (tegal) yaitu sebesar Rp33.865.503 per Ha dengan produksi tebu rata-rata yaitu sebesar 819 kw, sedangkan pendapatan yang didapat petani tebu di lahan kering (tegal) yaitu sebesar Rp18.855.966 per Ha. 2. Untuk kelayakan finansial, usahatani tebu di lahan kering (tegal) Di Desa Wonotirto dengan tingkat suku bunga 15% layak untuk dikembangkan dan diusahakan karena dalam penghitungan kelayakan finansial diperoleh nilai NPV yang bernilai positif yaitu sebesar Rp 9.802.161, net B/C ratio sebesar 2,4, IRR sebesar 86% dan pay back period untuk pengembalian investasi yang dikeluarkan untuk usahatani tebu di lahan kering (tegal) yaitu 1 tahun 8 bulan. 3. Untuk melihat kelayakan finansial ketika terjadi perubahan-perubahan tertentu seperti penurunan produksi tebu, penurunan harga, serta kenaikan biaya produksi pada tingkat suku bunga yang berlaku sebesar 15% diperlukan analisis sensitivitas. Hasil analisis sensitivitas usahatani tebu di lahan kering (tegal) dengan penurunan produksi tebu sebesar 15% dan 20%, analisis sensitivitas usahatani tebu di lahan kering (tegal) dengan penurunan harga 25% dan 31%, dan analisis sensitivitas usahatani tebu di lahan kering (tegal) dengan kenaikan biaya produksi sebesar 15%, serta kombinasi-kombinasi antara penurunan produksi, pnurunan harga, dan kenaikan biaya adalah layak untuk dikembangkan dan diusahakan
English Abstract
In Indonesia, the sugar cane is a strategic commodity for the manufacture of sugar. Where sugar is a basic requirement for public consumption in Indonesia, and sugar are protected by the government as it is to maintain the continuity of the stability of the domestic sugar industry. The moment is sugar as one of the main results of sugarcane in Indonesia (Subiyono, 2005). Sugar is one of self-sufficiency in food commodities, which the government is now implementing a program for five commodities to reach food self-sufficiency, among which sugar, corn, soybeans, rice, and meat. It is known that largest sugar cane production center in East Java. So the East Java province is one of the areas that have a wide area to have contributed in increasing sugar self-sufficiency in Indonesia. To meet the target of achieving self-sufficiency in sugar the National Integrated sector efforts on the farm and off the farm. One of the districts in East Java where the expansion of sugar cane land is Blitar. Blitar district government will develop the land up to 6,500 hectares of sugar cane in 2013. Development is committed to supporting the government of East Java programs to defend the barns largest sugar producer in Indonesia (Taufik, 2013). According to Toharisman (2007), since the late 70’s began to shift to the cultivation of sugar cane moorland. Dry land use in the future seems to be more widespread because many rice field acreage has changed function into non-agricultural areas such as industrial and residential areas; and sugarcane are also facing fierce competition with rice. Income is one of the decisions of farmers to plant sugar cane on dry land. So with the above description then there should be greater scrutiny of the feasibility analysis of sugarcane farming in dry land and see the potential of sugarcane farming in dry land in Blitar Regency, Village of Wonotirto particularly in Sub-district Wonotirto. In Blitar sugarcane grown on dry land one of which is in the Village District of Wonotirto. Wonotirto Blitar therefore necessary to analyze the feasibility of sugarcane farming in dry land. The objectives of this study were: (1) Calculate the magnitude of cost, revenue and income Wonotirto sugarcane farming in the village, District Wonotirto, Blitar. (2) Analyzing the feasibility of sugarcane farming in the village Wonotirto, Wonotirto Subdistrict, Blitar. (3) Analyzing the sensitivity of sugarcane to the decline in production, decline in selling prices, increased production costs and a combination of these changes. The analytical method used for sugarcane farming using a cash flow analysis which consists of the total cost of production, receipts, and income. For the feasibility of sugarcane using NPV analysis, Net B / C ratio, IRR, and payback period. To see the sensitivity of sugarcane using the drop in production, price reduction, and increase in production Biya and the combination of the three with an interest rate of 15%. The results of the research are: 1. For the cost of the initial investment in sugarcane farming in dry land per ha for Rp22.868.209, the average fixed costs incurred during the economic life of 8 years of Rp6.015.550,, the average variable cost to be incurred is Rp8.034.402. So the average total cost for sugarcane farming in dry land during the economic life of 8 years is equal Rp14.049.952 per ha. Average revenue obtained sugarcane farmers in dryland is equal Rp33.865.503 per ha while revenue gained sugarcane farmers in dryland is equal Rp18.855.966 per ha over the economic life of 8 years. 2. For financial feasibility, the sugarcane farming in dry land In the village Wonotirto with an interest rate of 15% worth developing and try for the calculation of the financial feasibility of Rp 9.802.161 obtained NPV, net B/C ratio of 2,4 , an IRR of 86% and a payback period for the investment returns issued for sugarcane farming in dry land is 1 year and 8 months. 3. To see financial viability in the event of certain changes such as the decline in sugarcane production, lower prices, and increase in the cost of production at the prevailing interest rate of 15% is required sensitivity analysis. The results of the sensitivity analysis of sugarcane farming in dry land with a decrease in sugar cane production by 15% and 20%, a sensitivity analysis of sugarcane farming in dry land with a reduced price of 25% and 31%, and the sensitivity analysis of sugarcane farming in dry land with the increase in production costs by 15% is feasible to be developed and commercialized as a result the NPV is positive, the net results of B / C ratio> 1, the result of IRR > interest rates, as well as the results from these combinations there are feasible to be develope.
| Item Type: | Thesis (Sarjana) |
|---|---|
| Identification Number: | SKR/FP/2014/154/051403663 |
| Subjects: | 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture |
| Divisions: | Fakultas Pertanian > Agribisnis |
| Depositing User: | Budi Wahyono Wahyono |
| Date Deposited: | 04 Jul 2014 10:14 |
| Last Modified: | 20 Oct 2021 03:51 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/129606 |
Preview |
Text
BAB_IV.pdf Download (1MB) | Preview |
Preview |
Text
BAB_I.pdf Download (1MB) | Preview |
Preview |
Text
BAB_V.pdf Download (2MB) | Preview |
Preview |
Text
BAB_III.pdf Download (1MB) | Preview |
Preview |
Text
BAB_VI.pdf Download (1MB) | Preview |
Preview |
Text
BAB_II.pdf Download (2MB) | Preview |
Preview |
Text
COVER.pdf Download (1MB) | Preview |
Preview |
Text
DAFTAR_PUSTAKA.pdf Download (1MB) | Preview |
Preview |
Text
DAFTAR_ISI.pdf Download (1MB) | Preview |
Actions (login required)
 |
View Item |