Hayati, IsrofahNur (2014) Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani Tebu Lahan Kering di Desa Wonotirto, Kecamatan Wonotirto, Kabupaten Blitar. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Produksi tebu Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Peningkatan tersebut ditunjukkan dengan peningkatan produktivitas tebu yang pada kenyataannya mengalami penurunan luas lahan namun produksinya justru meningkat.Walaupun produksi tebu Indonesia terus meningkat, konsumsi gula dalam negeri belum dapat terpenuhi. Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan produksi gula agar mampu memenuhi kebutuhan konsumen, sehingga pemenuhan konsumsi gula tidak terlalu tergantung kepada impor. Salah satu solusi yang ditawarkan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan meningkatkan efisiensi teknis usahatani tebu pada daerah-daerah yang dianggap belum efisien dalam menghasilkan produksi tebu tersebut. Kabupaten Blitar merupakan salah satu daerah yang merupakan penghasil komoditas tebu. Produksi tebu Kabupaten Blitar pada tahun 2012 sebesar 36.036 ton hanya memenuhi 2,7 persen dari total produksi tebu Jawa Timur (Badan Pusat Statistik, 2013). Hal tersebut tidak sebanding dengan luas lahan tebu Kabupaten Blitar yang cukup luas. Hal tersebut juga mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani tebu, pendapatan petani tebu. Untuk meningkatkan produksi tebu di Kabupaten Blitar, dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi penggunaan faktor produksi usahatani tebu. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka pengembangan usahatani di Desa Wonotirto lebih difokuskan pada kemampuan petani dalam meningkatkan produktivitas tebu dengan tujuan meningkatkan keuntungan yang maksimal. Perolehan keuntungan maksimum berhubungan sangat erat dengan efisiensi teknik. Oleh karena itu, penting dilakukan penelitian mengenai seberapa jauh petani tebu mampu mengalokasikan input yang dimiliki untuk memperoleh produksi potensial. Faktor pendapatan yang diperoleh petani perlu dijadikan objek penelitian untuk mengetahui kemampuan usahatani yang dijalankan dalam menghasilkan keuntungan. Selain itu, terdapat analisis R/C ratio yang menganalisis hubungan antara biaya penyediaan output dan penerimaan dari produksi tebu tersebut. Terdapat hipotesis bahwa usahatani yang mencapai efisiensi teknis belum tentu menjadi usahatani yang memiliki pendapatan perhektar yang tertinggi. Analisis regresi fungsi produksi merupakan analisis yang digunakan untuk menguji faktor produksi yang berpengaruh terhadap usahatani tebu Desa Wonotirto, Kabupaten Blitar. Fungsi ini dipakai karena sesuai dengan bidang pertanian. Dalam analisis ini menggunakan model fungsi produksi Cobb Douglas. Setelah analisis Cobb-Douglass dilakukan, maka selanjutnya dilakukan analisis efisensi teknis penggunaan faktor produksi. Efisiensi teknis disini untuk mengukur tingkat produksi yang dicapai pada tingkat penggunaan input tertentu dimana pada penelitian ini menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA). Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini menggunakan satu variabel output dan beberapa variabel input. Variabel output dalam penelitian ini yakni produksi tebu, sedangkan variabel input dalam penelitian ini adalah bibit, pupuk Za, pupuk Phonska dan tenaga kerja. Selain mengetahui tingkat efisiensi teknis dengan mnggunakan DEA, penelitian ini juga menganalisis pendapatan usahatani tebu. Pendapatan usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi, pengolahan dan modal milik sendiri maupun modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahataninya. Kemudian dapat diketahui adanya hubungan antara pendapatan yang diwakilkan oleh R/C ratio dengan tingkatefisiensi teknis usahatani tebu tersebut. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka hasil yang diperoleh dari penelitian ini, sebagai berikut : 1. Faktor produksi yang digunakan dalam usahatani tebu lahan kering di Desa Wonotirto adalah bibit, pupuk Za, pupuk Phonska, dan tenaga kerja. Keempat faktor produksi tersebut berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90%. Faktor produksi bibit, pupuk Za, dan tenaga kerja berpengaruh positif yang artinya setiap penambahan faktor produksi tersebut akan menyebabkan penambahan produksi. Sedangkan pupuk Phonska berpengaruh negatif yang artinya setiap penambahan pupuk Phonska akan menurunkan produksi tebu yang akan dihasilkan. 2. Efisiensi teknis yang telah dianalisis menggunakan Data Envelopment Analysis menunjukkan bahwa usahatani tebu lahan kering di Desa Wonotirto belum mencapai tingkat full-efisien secara teknis, karena dari 37 responden masih terdapat 62 persen petani yang tidak efisien dan 38 persen petani yang sudah dinyatakan efisien. Dari 37 petani responden, terdapat 22 persen responden yang beroperasi pada skala CRS (constan return to scale), 32 persen responden beroperasi pada skala IRS (increasing return to scale), dan sisanya 46 persen responden dengan kondisi operasi DRS (decreasing return to scale). 3. Pendapatan tunai perhektar usahatani padi sawah di Desa Wonotirto lahan kering sebesar Rp 8.806.145 dengan R/C ratio sebesar 1,33 sehingga dapat dikatakan bahwa usahatani tebu lahan kering di Desa Wonotirto layak dan dapat diteruskan. 4. Terdapat hubungan yang signifikan antara nilai efisiensi teknis yang dicapai dengan pendapatan perhektar usahatani tebu lahan kering. Nilai signifikan tersebut tergolong sedang karena hanya memililiki koesisien sebesar 0.416.
English Abstract
Indonesia sugar cane production has increased from years to years. The increases indicated by increased productivity sugarcane that in fact decrease land area of production but actually increased. But although Indonesia continued to increase sugarcane production, domestic sugar consumption has yet to be fulfilled. Government keep trying to increase of sugar confection to able to fulfill consumers, so fulfillment consumption sugar not too depends on imports. One of the solution offered to solve the problem is to improve the efficiency technical of sugarcane farming on the areas which is considered not efficient in sugarcane production. Blitar Regency is one of the areas that is a commodity producer of sugarcane. Blitar sugarcane production in 2012 is 36.036 tons just meet the 2,7 percent of the total East Java production of sugar cane, (Badan Pusat Statistik, 2013). It was not comparable to the sugarcane land area of Blitar is big enough. It also affects the level of prosperity of the sugarcane farmer growers and sugar cane farmer income. To increase the production of sugar cane in the Blitar Regency, can be done by increasing the efficiency of the use of factors of production of sugar cane farming. Based on the explanation that has been put forward before, then the development of farming in the Wonotirto village was more focused on the ability of farmers in improving the productivity of sugarcane with the aim of increasing the maximum profit. The maximum profit is associated so closely with efficiency and the efficiency of the technique. Therefore, important research is performed about sugarcane farmers how far is able to allocate input owned to acquire production potential. Income farmers factor need to be object research to know ability of sugarcane farming executed in producing profits. Besides, guiles analysis of R /C ratio analyzing the relationship between supplies output costs and revenue from cane production. There are hypothesis hat technical efficiency farming not necessarily be farming that having the highest income per acre. Regression analysis is the analysis of the production function is used to examine the factors that influence the production of sugar cane farming in Wonotirto village, Blitar regency. This function is used because according to the field of agriculture. In the analysis of this production function model election Cobb Douglas. After analysis of the Cobb-Douglass is done, then the next technical eficiency analysis is done using the factors of production. Technical efficiency here to gauge the level of production that was achieved at the level of the use of certain inputs where on this research using Data Envelopment Analysis (DEA). This is because in this study using a output variable and some input variables. Variable output in this research the production of sugarcane and while variable input in this research is seed, Za fertilizer, phonska fertilizer and labor. In addition to determine the level of efficiency technical with use DEA, research is also analyzefarming income sugar cane. Farming income measuring return for its obtained the family farmer from the use of factors of production the processing and their own as well as capital that is invested in this farming.Can then be known that there a relation between income are represented by R/C ratio with technical efficiency scale of sugar cane farming. Based on the result analysis that has been done, then the result of this research, as follows 1. Factors of production are used in dry land sugarcane farming in the village of Wonotirto are seeds, Za fertilizer, Phonska fertilizer, and labor. The four factors of production are the real effect on confidence level of 90 percent. Factors of production of seed, Za fertilizer and labor, influential positive which means any addition of the production factors will lead to increased production. While the negative effect Phonska fertilizer which means any fertilizer addition Phonska will lower production of sugarcane to be generated. 2. Technical Efficiency that have been analyzed using Data Envelopment Analysis indicates that dry land sugarcane farming in the village of Wonotirto has not yet reached full-efficient level technically, because of the 37 respondents there are still 62 percent inefficient farmers and 38 percent of farmers who already declared efficiently. Of the 37 farmers respondents, there were 22 percent of the respondents who operate at the scale of the CRS (constan return to scale), 32 percent of respondents operate on the scale of the IRS (increasing return to scale), and the remaining 46 percent of respondents in DRS operating conditions (decreasing return to scale). 3. The sugarcane farming income in the Wonotirto village amounted to Rp 8.806.145 with a R/C ratio of 1.33, so it can be said that dry land sugarcane farming in the village of Wonotirto and can be forwarded. 4. There is a significant relationship between technical efficiency with incomes of farming dry land sugarcane. The significant value as being due only come with a coefisient of 0.416.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2014/125/051403091 |
Subjects: | 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Agribisnis |
Depositing User: | Hasbi |
Date Deposited: | 06 Jun 2014 09:48 |
Last Modified: | 16 Nov 2022 08:33 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/129574 |
Other
ISROFAH NUR HAYATI Download (1MB) |
Actions (login required)
View Item |